Awal Firasat dan Rasa

26 4 0
                                    

Entah berapa episode lagi hidup ini, yang ku tau ini adalah episode tersulit selama 19 tahun Tuhan mencatat kalam-Nya untuk ku.

-

424 kilometer, ya sejauh itu aku dan rumah, aku dan keluargaku.
Ditanah rantau tempat menuntut ilmu, aku tanggalkan keluargaku, rumah dan kamar kesayanganku, hanya untuk melanjutkan pendidikan.
Mengorbankan segala yang bisa dikorbankan material, waktu dan emosi.

...

Belum genap satu semester, tiba-tiba parau datang menyapa bukan rasa rindu yang alakadarnya.
Seperti memaksa kehendak, mendorong diri memenuhi emosi.
Rasa tidak nyaman mengelayut dipunggung, menumpuk dipundak, dan menambah beban dihati.
Lantasku cari pembenaran alasan mengapa ada rasa seperti ini.
Ku kambing hitamkan teman satu kamarku.
Aku menyalakannya karena kupikir dia yang membuatku tak nyaman.
Rasanya ingin pulang saja.

Lalu aku ambil ponselku, tersirat untuk menanyakan kabar keluargaku.

"Teh, Bapak gimana sehat?"
Pesan Whatsapp ku kirim kepada Kaka perempuanku dirumah.
Bapakku memang sedang menderita sakit sudah 4 bulan tumor besemayam diperutnya, 3 rumah sakit kami sambangi namun tak ada yang mampu mengatasi.
"Iya a, ini lagi coba berobat alternatif"
"Owh iya kalau gitu, yang penting ikhtiar"
Singkat padat dan jelas begitulah aku dimata mereka, aku bukan anak yang ribet dan lebih suka to the point.

...

UAS semester ini akan diselenggarakan 2 minggu lagi, dan sudah pertemuan terakhir perkuliahan, ada 1 minggu tenang sebelum UAS untuk mengganti jam kosong dan memenuhi tugas yang tertinggal.
Namun aku dan egoisku.
Aku memilih untuk pulang kerumah.
"Hah, pulang lagi?" Kata teman kelas saat aku berkata bahwa aku akan pulang kerumah.
Dalam satu semester ini terhitung 4 kali aku pulang kerumah dan ini kali ke 5.
"Iya, gw mau pulang aja, bosen gw dikosan"
"Tapi kan banyak kuliah tambahan lho"
"Bodo ah, mau pulang"

Esoknya aku langsung pulang kerumah, tanpa bilang pada siapapun, bahkan pada teman sekamarku, karena aku sedang kesal.
Lagipula dia tak akan peduli aku ada atau tidak.

Hah....
Orang pendiam mungkin senang mengabaikan orang lain.

....

Patah Hati Lalu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang