Setelah malam penuh pelukan itu, siangnya aku mengantar Bapak menuju pemakaman.
Ini seperti dejavu, rentetan kejadian yang telah aku lewati.Kejadian traumatis yang masih membekas.
Terkadang aku mengenang beberapa hari terakhirku bersama Mamah sebelum ia berpulang.
Tempat-tempat yang pernah kami lewati dan segala hal yang terjadi.
Saat aku melewati tempat itu secara otomatis rekaman otak ini bergulir, membuat hatiku sedikit tak nyaman.
Baiklah mungkin itu akan hilang sendirinya...-
Aku kembali pada permasalahan, semangat kuliahku sudah hampir tak ada.
Beberapa kali aku pikir untuk berhenti kuliah saja.
Beristiqoroh kepada Allah, agar aku diberikan jalan terbaik.
Tapi tetap saja aku tak memiliki ambisi lagi untuk menyelesaikan kuliah.
Ah rasanya, berat menjalani ini...Tapi, aku kembali berpikir, menelisik segala pelajaran hidup yang aku peroleh.
Hikmah dari setiap kejadian dan ketentuan-Nya, aku mencoba untuk memegang teguh akan kehendak-Nya.
Bukankah Allah memberikan ujian kepada hambanya sesuai kemampuan dan keimanan masing-masing?
Ternyata sekarang aku sedang naik kelas kehidupan.-
Hingga kemudian aku disadarkan oleh pelajaran hidup yang selama ini tak aku fahami, yang selama ini aku abaikan.
Aku menelisik segala background kehidupan teman-temanku satu persatu.
Ternyata selama ini aku hanya mengenal mereka tidak mengenal masa-masa sulit yang pernah mereka jalani.
Ternyata aku ini tidak empati.Aku dikelilingi teman-teman yang berhati kuat dan tegar dengan segala background kehidupan yang akhirnya membangun mereka.
Kebanyakan temanku sudah tak memiliki keluarga lengkap atau mengalami broken home.
Kedua orang tua yang telah tiada, Ibu atau Ayahnya telah berpulang dan keluarganya telah berpisah karena perceraian.
Aku banyak memperoleh semangat saat aku mengingat mereka, mereka yang masih dapat menatap kedepan meski tada penopang.
-
Yang aku sadari adalah bahwa selama ini aku hidup bahagia berkeluarga lengkap dam harmonis.
Kemudian Allah biarkan aku merasakan bagaimana perasaan orang disekelilingku.
Membuatku sedikit mengerti rasa kehilangan dan traumatis yang teman-temanku alami selama ini.Dan saat itulah mungkin Allah membukakan semangat hidupku kembali.
Aku menata perlahan, menitih diatas pedih katena aku tau ada Allah dan orang-oramg kuat yang membersamaiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Lalu Lagi
Cerita PendekIni bukan soal patah hati asmara. Bukan kisah cinta hawa nafsu. Ini adalah patah hati seorang anak Adam pada kedua mentarinya. Ya ini adalah patah hati kehilangan.