Namjin - Rindu

633 70 3
                                    

Top!Namjoon Bottom!Seokjin.

Terdengar suara tepuk tangan yang cukup meriah setelah laki-laki berkacamata itu memaparkan idenya serta beberapa bentuk kerjasama untuk kedua perusahaan tersebut. Ide yang ia bawakan sungguh menarik dan juga membawa keuntungan diantara kedua belah pihak.

Kaki panjangnya membawanya kehadapan patner kerjanya diulurkan tangan tersebut tanda sebagai ia telah yakin dan sangat menyetujui kerjasama mereka.

"Idemu sangat pintar Seokjin-ssi. Senang akan bekerja dengan Epiphany Corp"

"Ya terimakasih, Namjoon-ssi"

"Rapat kita sudahi sampai sini, sudah ditetapkan mulai minggu depan perusahan Mono Grup akan bekerja sama dengan Epiphany Corp. Terimakasih atas kerja keras kalian"

Para direktur, manajer dan karyawan lainnya keluar dari ruangan rapat tersebut, tersisa Namjoon dan Seokjin yang sedang membereskan peralatannya.

"Seokjin-ssi, kerunganku dulu sebentar"

Namjoon berlalu meninggalkan Seokjin untuk keruangannya. Seokjin segera mengikutinya, karyawan Namjoon banyak yang menyapa dirinya dan Namjoon dengan sopan. Ia pun melemparkan senyuman andalannya untuk menanggapi sapaan tersebut.

Seokjin mendudukan dirinya ke sofa besar yang berada di dalam ruangan Namjoon. Ruangan Namjoon sangat besar, Sofa untuk menerima tamu, meja kerja yang sangat besar, serta aquarium berukuran sedang diujung ruangan yang berisi kepiting kesukaannya.

Namjoon mengunci pintu ruangannya.

"Hyejin-ssi, kosongkan jadwalku hari ini setelah makan siang. Aku ada urusan mendadak yang tidak dapat ditinggal"

"Baik, Pak"

"Ok terimakasih"

Namjoon duduk disebelah Seokjin dan menarik badan Seokjin untuk duduk dipangkuannya.

"YA! KITA MASIH DIKANTOR, NAMJOON-SSI!"

"Shh. Kecilkan suaramu, Seokjin. Aku rindu denganmu. Kau terlalu sibuk dengan perencanaan kerjasama perusahaan kita, sampai Aku tidak diperhatikan sama sekali. Padahal kalau kita langsung menikah otomatis perusahaanmu dan perusahaanku pasti akan bergabung"

Namjoon menenggelamkan kepalanya di leher Seokjin sambil menghirup aroma lavender dari tunangannya ini. Dipeluknya pinggang Seokjin dengan erat.

"Oh, Namjoonku rindu padaku?"

Namjoon mengangguk lucu, ia mengerucutkan bibirnya lucu dengan mata yang melihat ke wajah Seokjin yang lebih tinggi darinya sekarang.

"Joonie rindu Jinnie"

"Kau ini seperti anak kecil tau"

Seokjin mengusap kepala Namjoon dengan lembut. Tunangannya ini sangat amat lucu ketika sudah dengannya. Padahal dikantor ia terkenal dengan dirinya yang dingin dan kejam bila karyawannya melakukan kesalahan. Tetapi jika ia sedang bersama Seokjin, Ia akan menuruti apa semua perkataan Seokjin, seperti anak kecil. Ia selalu ingin diperhatikan oleh Seokjin 24 jam penuh.Ia selalu ingin dipeluk dan dicium sebelum tidurnya. Ia selalu ingin berada dengan Seokjin.

Tetapi Seokjin sudah hampir 5 hari pulang larut malam dan pergi bekerja dipagi hari buta untuk merencanakan pembangunan cafe kerjasamanya dengan perusahaan Namjoon. Itu membuat Namjoon mendiamkannya seharian kemarin.

"Jinnie hari ini sama Joonie aja ya?"

Seokjin menatap tunangannya dengan tatapan tidak percaya, ia harus pergi mengurus rapat dengan beberapa direktur perusahaan. Tetapi Namjoon yang sedang rindu seperti ini merupakan tanggung jawab Seokjin dan hanya dialah obat dan penawar bagi Namjoon.

"Iya, Aku akan bersamamu hari ini seharian penuh"

Mata Namjoon berbinar senang. Padahal umurnya sudah menginjak 27 tahun sekarang, tetapi ia tetap seperti ini jika sudah berhadapan dengan Kim Seokjin seorang.

"Jinnie?"

"Hm?"

"Mau cium"

"Aduh gemasnya tunanganku ini"

Ditangkupnya kedua pipi Namjoon. Diciumnya kening, mata, hidung dan kedua pipi Namjoon.

"Jinnie!"

"Apa sayangku?"

"Kenapa hanya kening, mata, hidung dan pipiku yang dicium? Jinnie lupa mengabsen bibirku!"

Seokjin tertawa melihat Namjoon seperti ini, di ciumnya bibir Namjoon yang sudah mengerucut lucu itu dengan perlahan dan lembut.

"Sudah semua kan Aku absen?"

Namjoon mengangguk, ia kembali menenggelamkan kepalanya ke leher Seokjin. Diciumnya leher Seokjin yang membuat Seokjin hampir saja menarik rambut Namjoon kalau ia tidak memberhentikan ciumannya.

"Jinnie? Joonie lapar"

"Mau makan apa?"

"Jinnie"

"HAH?"

"Joonie mau makan Jinnie! Joonie lapar tau tidak dikasih santapan oleh Joonie 4 hari ini"

"Santapan?"

"Ini santapan Joonie, Joonie ingin"

Namjoon meremas bokong Seokjin membuat Seokjin hampir saja berteriak jika ia lupa ia masih berada dikantor Namjoon.

"YA KIM NAMJOON! INGAT INI KANTORMU!"

"Habis Jinnie terlihat sangat sexy menggunakan jas seperti ini dengan kacamata yang Jinnie pakai, Joonie jadi lapar. Lagi kantor Joonie tidak ada siapapun, dan ini kedap suara loh, Jinnie tau sendiri Joonie memilih ruangan kedap suara agar Jinnie dapat berteriak leluasa jika Joonie memasuk--"

"Cukup cukup! Astaga!"

"Hehe Jinnie ayo! Joonie tidak bisa menunggu, lihat yang dibawah sudah ingin dibebaskan oleh tangan Jinnie"

"Astaga mengapa Aku harus bertunangan dengan laki-laki ini, ya Tuhan"

"Bukankah, Jinnie mencintai Joonie?"

Mata Namjoon sudah berkaca kaca mendengar ucapan Seokjin. Seokjin segera memeluk Namjoon dan mengusap punggungnya.

"Aku, Kim Seokjin sangat amat mencintai pasanganku, tunanganku, bayi besarku, separuh jiwaku, Kim Namjoon"

Namjoon tersenyum cerah dan segera bangkit dengan tangan yang menggendong Seokjin.

"Kalau gitu, ayo! Joonie sudah lapar"

Namjoon menampar bokong Seokjin hingga timbul suara yang cukup keras.

"YA TUHAN, MENGAPA KIM NAMJOON MENYEBALKAN SEPERTI INI"

"Jinnie mau Joonie makan perlahan atau--"

"TUTUP MULUTMU, NAMJOON, KALAU SAMPAI AKU TIDAK BISA BERJALAN BESOK, AKAN KU GANTUNG DIRIMU"

---

Hari ini Aku ngepost 3 drabble yang ada di draftku dulu ya, nanti tengah malem atau besok aku post lagi. Selamat membaca -sa


VellichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang