Namjin - Mafia

410 51 9
                                    

Bekerja sebagai seorang mafia membuat Namjoon seperti seekor kucing yang 'katanya' memiliki banyak nyawa. Dirinya sudah menjadi mafia seperti ini sejak dirinya berusia 20 tahun, sekarang usianya sudah menginjak 27 tahun, cukup lama bukan. Banyak pengalaman yang telah dilewatinya, dari disuruh membunuh seseorang dikarenakan alasan politik, disuruh mengambil uang dengan nominal yang cukup besar, hingga yang terakhir diterimanya adalah menculik seseorang dari pemerintahan.

Dirinya banyak dikenal oleh orang banyak dengan sebutan RM, jarang bahkan sedikit yang mengetahui nama aslinya. RM yang dikenal adalah seorang yang dingin, tidak pernah gagal dalam misinya dan terkenal tidak peduli dengan korbannya, yang dipikirkan hanya uang yang akan diterimanya. Hal tersebut membuat dirinya menjadi buronan polisi dan masyarakat, banyak yang ingin membunuhnya.

Dan sekarang dirinya sedang berada dimarkas besarnya, ia baru saja selesai dengan misinya tetapi ia mendapatkan beberapa luka di tangan dan pelipis kepalanya, yang membuat dirinya sekarang dirawat oleh seorang dokter, Kim Seokjin. Seokjin adalah dokter yang bekerja sama dengan komplotan mafia ini, ia digaji cukup besar untuk mengobati luka-luka dari beberapa mafia tersebut.

"Sudah cukup, aku baik-baik saja" Namjoon menarik tangan Seokjin dari pandangannya. "Tapi lukamu masih basah, Namjoon-ah. Sedikit lagi" Seokjin memajukan kembali tubuhnya dan mengarahkan tangannya ke pelipis Namjoon. Ia sedikit menekankan kapas yang sudah diberikan alkohol tersebut ke arah pelipis Namjoon. Dibersihkannya luka itu terlebih dahulu. Setelah itu diambilnya obat merah dan kapas, ia kembali menekankan kapas tersebut ke lukanya.

Jarak yang sangat dekat diantaranya membuat Namjoon dapat merasakan hembusan nafas yang berasal dari Seokjin menerpa kulit wajahnya. Diperhatikannya wajah Seokjin yang selama ini ia tidak sadar bahwa wajah tersebut sangat tampan dan indah. Dari kedua alisnya yang sempurna, matanya yang indah dan bersinar, hidungnya yang mungil dan lucu, dan bibirnya yang merah dan berisi. Tatapannya terus ke arah bibir Seokjin, ia baru menyadari bibir tersebut terlihat sangat menggoda, dengan bentuk yang sangat pas dan cocok. Bagaimana rasa bibir tersebut jika ia menciumnya.

"Suka apa yang kau liat eh?" Pertanyaan itu membuat lamunan Namjoon buyar, ia segera menjauhkan dirinya. "Daritadi Aku panggil tidak menjawab, lukamu sudah selesai" Seokjin bangkit meninggalkan Namjoon sendiri dikamar ini, dan kembali dengan beberapa perban.

"Kau tau pelipismu ini sudah berapa kali kena sayatan pisau hm?" Seokjin membalut luka di pelipis Namjoon dengan beberapa perban. Namjoon menaikkan kedua alisnya, "Khawatir hm?". Seokjin yang melihatnya tersenyum, "Mau aku jawab jujur atau bohong?"

"Kau tau bagiku semua jawaban tersebut tidak menguntungkanku, mau jujur atau bohong" Seokjin tidak menggubrisnya. "Kalau jawaban yang bohong, tentu aku tidak peduli denganmu. Mau kau terluka atau tidak, bahkan mau kau mati atau tidak aku pun tidak peduli. Dirimu dimata orang lain hanyalah seorang penjahat, Namjoon-ah" Ucapan Seokjin membuat Namjoon tertawa miris.

"Wow sakit hatiku, kau mengucapkan fakta" Seokjin tertawa, ya memang apa yang diucapkannya adalah fakta yang selalu diterima Namjoon. "Dan jujur, sungguh Aku sangat khawatir melihat dirimu seperti ini setiap hari, tugasku hanya mengobatimu jika terluka sedangkan dirimu? Tugasmu sangat rawan dan menyeramkan, Namjoon-ah. Bagaimana kalau besok dirimu hanya tinggal nama? Siapa yang akan aku obati lagi lukanya?" Namjoon malah tertawa sangat keras saat mendengar Seokjin seperti itu.

"Kau seperti seorang kekasih yang sedang mengkhawatirkan pasangannya" Seokjin menangkup kedua pipi Namjoon dan menatapnya. "Berhentilah menganggapku sebagai dokter, Namjoon-ah. Aku, Kim Seokjin adalah kekasihmu."

"Sayang, kau tau aku tidak ingin membahayakan dirimu. Jadi, jika kita berada dimarkas kita harus menjaga jarak" Namjoon meraih tangan Seokjin dan menggengamnya. "Sini Aku rindu" Namjoon menarik pinggang Seokjin dan membawanya kepangkuannya.

"Aku lebih rindu dengan dirimu, kita jarang bertemu dirumah. Kau sibuk dengan tugas-tugasmu dan terus melupakanku. Sekalinya bertemu dengan dirimu pasti dalam kondisi seperti ini, terluka, tersayat, tertembak, yang membuatku selalu ingin menangis jika mengobatimu. Disini pun aku tidak bisa menganggapmu kekasihku, tidak bisa memberikan perhatian lebih" Seokjin memajukan bibirnya, ia sedang kesal sekarang. Tangannya melingkar di leher Namjoon.

"Aduh jangan manis seperti itu, sayang. Kalau aku tiba-tiba menerkammu saat ini juga bagaimana?" Dikecupnya cepat bibir Seokjin, merasa tidak puas Seokjin menarik kerah baju Namjoon dan menciumnya dengan perlahan dan tidak menuntut. Tetapi sebelum Seokjin memperdalam ciumannya, Namjoon menarik dirinya dari Seokjin, ia bangkit dan menutup pintu kamar ini dan menguncinya.

"Istirahat sebentar, ayo sini aku ingin memelukmu" Namjoon kembali kehadapan Seokjin dan menidurkan tubuhnya di ranjang yang telah disediakan disana, kamar ini kamar khusus miliknya untuk beristirahat. Tangannya direntangkan dan Seokjin menidurkan tubuhnya tepat disamping Namjoon.

"Sampai kapan kau akan seperti ini? Sungguh aku khawatir, Namjoon-ah. Bukan hanya satu orang yang ingin membunuhmu tetapi puluhan Namjoon, puluhan" Namjoon hanya tersenyum dan memeluk tubuh Seokjin yang lebih kecil darinya. Ia memasukkan tangannya kedalam baju Seokjin dan mengusap punggung belakangnya perlahan.

"Tapi buktinya aku masih disini kan? Masih berada didepanmu. Kekasihmu ini jago bela diri, tidak perlu khawatir" Seokjin mendekatkan dirinya kepada Namjoon dan menaruh kepalanya didada bidang Namjoon dengan jarinya yang terus bermain membuat pola lingkaran di dadanya.

"Aku mencintaimu" Namjoon mencium puncak kepala Seokjin dengan sayang. "Namjoon, kalau nanti kita menikah, Aku ingin tinggal di tempat yang jauh dari kota, kendaraan dan polusi. Aku ingin udara yang bersih" Namjoon mengangguk.

"Nanti kalau sudah menikah kau ingin punya anak berapa?" Namjoon menghentikan gerakan tangannya. Ia terdiam, anak? Ia tidak pernah memikirkan sejauh itu. Menikah saja hanya terlintas karna Seokjin yang mengucapkannya.

"Aku tidak tau, Dua mungkin?" Seokjin mengangguk, ia setuju dengan ucapan Namjoon. "Aku juga inginnya dua saja, satu laki-laki dan satu perempuan. Ah apalagi kembar, pasti sangat menggemaskan" Ucapan Seokjin terhenti sebentar, membayangkan bagaimana nanti keluarga kecilnya terbangun.

"Bayangkan Namjoon, nanti pasti kau sibuk menjadi seorang Ayah, mengasuh, memberinya makan, mengajaknya bermain, mengganti pakaiannya dan sebaginya. Pasti lucu jika anak kita nantinya sudah besar, kau mengajarkannya tentang bela diri, cara menggunakan pisau, cara menembak dan sebagainya. Ah pasti anak kita akan tampan dan cantik" Seokjin tersenyum membayangkan hal tersebut, ia tidak sabar hal itu akan terjadi.

Namjoon hanya terdiam mendengarkan ucapan Seokjin, karna ia tau. Ia sangat tau, bahwa dirinya tidak akan menjadi seorang Ayah, bahwa dirinya tidak akan mempunyai anak, bahwa dirinya tidak akan menjadi pendamping hidup Seokjin diakhir nanti. Ia tau dirinya menjadi buronan para polisi dan orang lainnya. Ia tau persentase ia hidup setiap harinya hanya 5%, ia tidak ingin membahayakan Seokjin. Ia hanya terdiam jika Seokjin membahas hal seperti ini, karna baginya memikirkannya hanya membuatnya Sakit.

Namjoon tersenyum menarik dagu Seokjin, matanya bertemu dengan mata indah Seokjin. "Berjanjilah Seokjin, kau akan bahagia". Seokjin mengangguk dengan semangat. "Tentu, aku akan bahagia". Namjoon terkekeh melihat tingkah Seokjin. Ya, Seokjin harus bahagia, walaupun harus tanpa dirinya.

---
Ok sekian, hihi. Disini kalian kebanyakan suka pair/ship apa? Selain dari banyaknya yang req itu Namjin ya. Aku kepo, apa ada yang sama kaya aku? Aku suka namjin,sope,vmin,kookv.

VellichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang