Namjin - LDR 2

273 40 4
                                    

4 bulan pertama semua berjalan lancar, Namjoon terus menghubungi Seokjin. Memberikannya kabar, walaupun tidak penting ia akan terus memberikan update kepada Seokjin dan begitu sebaliknya. Tetapi sudah 1 minggu terakhir Namjoon jarang membalas pesannya, tidak mengangkat panggilannya, tidak memberikannya kabar sama sekali.

Namjoon selalu telat memberikannya kabar, bahkan kadang tidak membalasnya berhari-hari. Seokjin sudah mulai curiga dan memikirkan hal-hal yang negatif. Ia mencoba menghubungi Namjoon lagi, tetapi hasilnya nihil. Namjoon tidak mengangkat panggilannya. Ia mengirimkan pesan kepada Namjoon, berharap Namjoon akan menelphonenya kembali.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan. Kau ini sedang mengandung, Seokjin. Tidak baik untuk bayimu" Lagi, selama ini Noonanya yang selalu ada untuknya selama Namjoon pergi. Noonannya yang usianya berbeda 1 tahun dengan Namjoon, yang memilih untuk tidak menikah.

"Noona, kalau Namjoon selingkuh gimana?"

"Hush jangan ngomong gitu, Namjoon kesana untuk kerja. Kau tau hanya dia putra semata wayang keluarga Kim, yang mengharuskan dirinya terjun sendiri dalam masalah perusahaan. Cukup, Seokjin. Ayo istirahat" Yongsun mengantar Seokjin ke kamarnya. Seokjin sedang mengandung, usia kandungannya sudah 3 bulan. Tetapi ia baru menyadari dirinya mengandung 3 minggu yang lalu, sedangkan Namjoon? Iya belum mengetahui hal ini. Seokjin berniat memberikannya kejutan untuknya.

Yongsun menarik selimut dan menutupi tubuh Seokjin hingga ke dagu dengan selimutnya. Diciumnya pipi adik kecilnya ini yang sudah dewasa dan akan menjadi calon papa. Sungguh rasanya tidak menyangka bahwa adikknya sekarang sudah mengandung, bahkan menikah. Ia sangat senang melihat adiknya akan memiliki bayi kecil yang melengkapi keluarganya.

.

.

.

Paginya Seokjin terbangun dengan badan yang pegal-pegal. Direntangkan kedua tangannya, dan melakukan pergerakan sedikit. Perutnya belum terlihat membesar tapi ia sudah merasakan cepat lelah. Ia langsung mengecek ponselnya, tetapi tidak ada balasan dari Namjoon sama sekali. Tidak ada panggilan atau pun pesan.

Ia ingin menghubungi Namjoon lagi, tetapi disana sudah pukul 12 malam. Sedangkan di Korea pukul 7 pagi. Seokjin kesal, mood paginya hari ini sedang tidak baik. Untung hari ini ia libur, tidak ada kelas. Ia akan mengajak Kakaknya ke pantai, ia butuh hiburan hari ini.

.

.

.

"Noona, tolong belikan ice cream mint chocolate disana. Aku ingin sekali, dengan chocochip yang banyak ya" Noonanya mendengus kesal, selama Seokjin hamil dirinya seperti suaminya, harus menuruti apapun yang diinginkan oleh Seokjin.

Seokjin terdiam, duduk dihamparan pasir menikmati pemandangan ombak yang sangat indah pada pukul 5 sore. Tangannya bermain dipasir membuat pola lingkaran yang berulang ulang, pikirannya tetap kepada satu orang. Kim Namjoon, dimana dirinya, bagaimana kabarnya, mengapa ia tidak menghubungi dirinya. Semua itu membuat kepala Seokjin rasanya ingin meledak. Ia mencoba menghubungi Namjoon lagi.

Di sisi lain, Namjoon sedang sarapan ditemani oleh seorang wanita berdarah campuran Korea-Prancis yang memiliki tubuh tinggi, mata indah, paras cantik, kaki jenjang, semuanya terlihat sempurna dikarenakan wanita itu adalah model. Ya, Namjoon sedang bersama seorang model. Mereka sangat akrab bahkan mengobrol dan tertawa bersama, jika orang lain melihatnya pasti mereka berdua akan dikira pasangan kekasih.

Ponsel Namjoon berbunyi, 'Seokjin' muncul di layar ponselnya. Namjoon tidak menjawabnya dan membiarkan ponsel tersebut terus berbunyi sampai suara tersebut mati sendiri.

"Sampai kapan kau mengacuhkannya?" Tanya wanita tersebut. "Sampai semua selesai".

Kembali lagi ke Seokjin, dirinya hampir saja membanting ponselnya sendiri. Namjoon lagi-lagi tidak mengangkat panggilannya. Seokjin sungguh muak dan lelah, air matanya tiba-tiba turun membasahi pipinya. Ia menundukkan kepalanya dan menangis dilututnya, hingga Yongsun kembali. Yongsun sangat terkejut melihat adikknya menangis, ia berlari menghampiri Seokjin dan tidak memikirkan ice cream yang dibawanya sudah terjatuh ke pasir.

"Seokjin, kenapa?" Seokjin terus menundukkan wajahnya. Ia terus menangis. "Sudah jangan menangis ya, mau pulang? Atau tetap disini?" Yongsun memeluk adiknya dengan erat, ia tidak tau apa yang terjadi, kenapa adiknya bisa menangis seperti ini.

"Ayo kita pulang, hari sudah makin gelap" Yongsun menuntun adiknya. Ia tidak tega melihat Seokjin seperti ini, siapapun yang membuat Seokjin menangis akan berhadapan dengan dirinya.

Kita kembali lagi ke sisi Namjoon. Sudah pukul 12 siang di Paris. Dirinya sekarang sedang berbelanja dengan wanita model tersebut. Tangannya merangkul bahu wanita itu dengan akrab, sambil terus mengobrol selama berjalan memasuki satu toko ke toko lainnya.

"Namjoon, ini bagus?"

"Bagus sekali, seleramu bagus sayang" Mereka berdua tertawa dan segera membayar belanjaannya.

"Namjoon, kau tau Seokjin sedang hamil?" Namjoon tidak terkejut sama sekali, ya dirinya tau. Orang tuanya memberikan kabar tersebut dengan gembira, dirinya akan segera menjadi Ayah.

"Tau. Aku akan pulang ke Korea malam ini" Namjoon mengangguk dan kembali merangkul wanita itu.

.

.

.

Seokjin terbangun dari tidurnya, sekarang sudah pukul 11 malam, ia mengecek ponselnya. Lagi-lagi tidak ada panggilan dari Namjoon. Yang ada hanya ada sebuah pesan, entah dari siapa pengirimnya, tetapi pesan tersebut berisikan tiga foto. Foto tersebut berisikan satu orang perempuan yang sedang tertawa dan satu orang laki-laki berambut hitam dengan jam tangan yang sangat ia kenal, laki-laki tersebut adalah Namjoon, Namjoon yang entah dengan siapa dirinya disana. Merangkul wanita tersebut dengan mesra dan sangat bahagia.

---
Ternyata ini akan menjadi 3 part guys untuk khusus yg LDR, karna kalau dijadiin satu bakalan banyak banget. Satu part lagi nanti ya aku ngantuk banget

VellichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang