Leave - Taking

931 76 1
                                    

Akhirnya ia kembali. Entah sudah berapa lama ia tidak menghirup udara sejuk Desa Yandong, yang terletak di Yangdongmaeul-gil, Gyeung-si. Mungkinkah hampir dua tahun?

Itu artinya sudah dua kali berturut-turut ia melewati acara ritual leluhur di keluarganya.

Kedatangannya tak bersambut. Bukan karena ia tak memiliki siapa pun, sebaliknya, ialah yang tidak mengabari kepulangannya. Salah satu alasannya, ia tak ingin membuat keluarga besarnya mempersiapkan banyak hal. Entah itu pesta perjamuan hingga mengundang beberapa orang kampung untuk bercengkerama di kediaman mereka.

Jujur saja, ia tak ingin pulang, mengingat hubungan ia dengan ayahnya yang memburuk.

|Pulanglah, Oppa. Ayah sedang sakit.|
- Jeon Hana -

Namun, pesan yang dikirimkan Hana, adiknya, dua hari lalu, membuat Jungkook berpikir ulang untuk pulang. Satu lagi, ia sebenarnya masih memiliki alasan untuk kembali.

Im Nayeon, nama mantan kekasih yang masih bersarangl di hatinya. Sekaligus alasan yang membuat hubungan ia dengan ayahnya memburuk. Hanya karena perbedaan status selaku Tuan Tanah dengan seorang pelayan, ayahnya menentang keras hubungan keduanya.

Waktu terus berlalu, dan Jungkook masih mengingatnya. Bahkan ia tak bisa melupakan bagaimana Nayeon selalu mengirimi pesan untuk menyemangatinya yang berjuang sendiri di Seoul, meski kadang ia tak membalas pesan tersebut. Wanita itu juga selalu mengirimkan foto makanan yang ia buat untuk keluarganya. Wanita yang lembut yang masih terpikirkan untuk ia jadikan istri.

"Jungkook-ssi!"

Pria yang dipanggil namanya itu terpelongo. Tak percaya wanita yang ia pikirkan kini berada tak jauh darinya. Tengah melambaikan tangan dengan senyum lebar yang merekah.

"Na-Na-Nayeon?" Masih tak percaya dengan penglihatannya.

"Selamat datang. Instingku terlalu tajam untuk mengetahui kepulanganmu, 'kan?"

Bak magis, Jungkook terpana dibuatnya. Tidak seperti gambaran yang ia ingat dua tahun lalu, nyatanya wanita Im itu kini tumbuh menjadi sosok yang cantik. Rambut hitam terjuntai dengan poni yang menutupi dahinya, ditambah senyum khasnya yang menambah kecantikan alaminya di depan mata Jungkook.

Keduanya lantas memastikan untuk pulang bersama. Menaiki taksi lebih mudah mengingat bus hanya tersedia dua jam sekali. Lagi pula baru sepuluh menit bus terlanjur pergi. Keduanya terlambat datang. Mau tak mau mereka  duduk berdampingan sambil sesekali melempar senyum.

"Kau masih membuatku terkejut. Padahal aku sengaja merahasiakan kedatanganku, tapi bagaimana bisa—"

"Karena aku memang bisa," Nayeon menyela. Per sekian detik ia terlihat sendu, tapi beberapa detik kemudian ia balik tersenyum. "Maksudku, karena aku mendapat feeling kau akan pulang hari ini. Anggap aku benar-benar beruntung," lanjutnya.

Jungkook mengangguk. Terdengar ia juga terkikik geli. Keberuntungan yang sungguh tidak masuk akal, pikirnya.

"Terima kasih sudah pulang, Jungkook-ssi. Ayahmu pasti senang sekali tahu kau pulang."

Jungkook terdiam. Ia tidak ingin menjawab. Padahal Nayeon tahu alasan kenapa ia membenci ayahnya, tapi kenapa harus bersikap peduli pada orang yang sudah menolaknya.

"Aku baik-baik saja sekarang. Karena itu, kau juga harus melakukan hal yang sama." Masih Nayeon meneruskan.

Jungkook melirik wanita yang bermarga Im itu membuang pandangannya ke luar jendela. Seperti katanya, ia baik-baik saja. Mungkin benar karena nyatanya ia masih bisa tersenyum.

"Ah, laut!"

Jungkook melihat ke luar. Hamparan air biru itu sudah lama tak dikunjungi. Namun, Nayeon, seharusnya ia tak perlu seterkejut seperti sekarang. Kapan pun ia mau, wanita itu bisa pergi ke sana.

Oneshoot Story Naykook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang