Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, bunga-bunga dan pepohonan yang tertutup salju kini mulai bermekaran kembali.
Musim berganti dan sekolah pun ikut berganti, setidaknya itulah yang tengah Jisung rasakan sekarang.
Ayahnya yang ditunjuk sang atasan untuk memegang salah satu anak perusahaan membuatnya mau tak mau harus beradaptasi dengan lingkungan baru.
Membaca sepintas tentang sekolah barunya dari internet membuat Jisung senang bukan main, pasalnya waktu belajar disana tidak sepadat waktu belajar di sekolah lamanya.
Ditambah lagi letaknya berdekatan dengan perpustakaan dan taman kota.
Sesampainya disana pun senyuman sekitar menyambutnya dengan begitu hangat.
Sungguh! Ia pasti betah bersekolah disini!
"Nama ku Han Jisung, kalian bisa memanggil ku Jisung." Ujar Jisung mengenalkan diri dihadapan teman-teman sekelasnya.
"Okey Jisung, kau boleh duduk disebelah sana." Tunjuk sang wali kelas pada bangku dua dari belakang.
Melangkahkan kakinya pelan sembari berharap teman sebangkunya ini tidak menyebalkan atau mungkin menjengkelkan.
00 : 28 : 09 : 37 : 02
Astaga, malang sekali teman sebangkunya ini, hanya bisa hidup kurang dari satu bulan.
Bel istirahat telah berbunyi, semua berebut langkah menuju kantin untuk melepaskan rasa lapar yang tak tertahankan.
Berbeda yang lainnya, teman sebangku Jisung justru diam memakai earphone sembari menunduk menutup matanya.
Dari jam pelajaran pertama posisinya tak sedikit berubah membuat Jisung takut jika bangun-bangun arah kepala pria itu malah miring bukannya lurus.
Berniat menepuk pundaknya justru ia sendiri yang di tepuk pundaknya dari belakang.
"Nama ku Lee Felix dan ku beri saran lebih baik kau tak membangunkannya."
Tatapan bertanya Jisung berikan "Kalau kau ingin pulang tanpa lecet sedikit pun lebih baik kau turuti."
"Kau membawa bekal atau-
-tidak, aku tidak membawa bekal." Jawab Jisung cepat.
"Baiklah, ayo kita ke Kantin" tangannya ditarik oleh pria yang bernama Lee Felix tersebut.
Tubuh yang sudah berdiri dan berjalan sedikit menoleh ke arah teman sebangkunya yang masih diposisinya itu.
Tarikkan tangan Felix yang terkesan memaksa membuat tubuhnya mau tak mau berjalan dengan cepat dan meninggalkan teman sebangkunya yang bahkan belum ia ketahui namanya.
Sepanjang perjalanan, keadaan koridor sekolah cukup ramai dan membuatnya yakin bahwa keadaan Kantin pun jauh lebih ramai dari apa yang ia lihat selama di perjalanan.
Dan benar, belum sepenuhnya masuk ke dalam kawasan Kantin, Jisung sudah melihat banyaknya murid yang sedang mengantre dan juga makan disana.
"Seramai ini?"
"Tentu, semua murid pasti merasa lapar setelah belajar"
Mendengar jawaban Felix, fikiran Jisung tertuju pada lelaki yang kini menjadi teman sebangkunya itu.
Niat untuk makan di Kantin seketika ingin ia urungkan begitu melihat tempat yang menjual beberapa jenis roti.
Belum sempat melangkah ke tempat yang hendak dituju, Felix sudah lebih dulu menarik tangannya ke lain arah.
"A-ah Felix, tunggu sebentar" Jisung menahan langkahnya, ia melepas paksa pegangan tangan Felix dan tersenyum canggung pada pria tersebut.
"Kurasa hari ini aku hanya ingin memakan sebuah roti"
"Kalau begitu aku akan mencari meja untuk kita"
Melihat Felix yang hendak melangkahkan kakinya, Jisung dengan cepat menahan pergelangan tangan lelaki tersebut.
"A-aku akan makan dikelas"
Hembusan nafas Jisung dapatkan dari temannya yang bernama Felix tersebut.
"Baiklah, kalau begitu sampai bertemu lagi dikelas"
Jisung menganggukkan kepala, ia segera berjalan menuju tempat yang menjual berbagai macam roti dan mengantri menunggu giliran.
Masih seperti semula, pria yang belum ia ketahui namanya itu masih menunduk menutup matanya.
Jisung sempat bertanya-tanya selama perjalanan menuju kelasnya kembali. Sebenarnya apa penyebab pria ini meninggal, pikirnya.
Melihat banyaknya murid dikelas ini namun tidak satupun yang berani mendekati pria tersebut semakin membuatnya penasaran.
Ia menatap ke arah roti yang sengaja dibelinya lebih dan segera terduduk disebelah teman sebangkunya tersebut.
Dengan rasa penasaran, Jisung pun menepuk teman sebangkunya itu beberapa kali hingga pada tepukkan ketiga pria itu meneggakkan tubuhnya.
"Apa? Aku tidak berniat untuk berkenalan denganmu!"
Mendengar kalimat pria tersebut tentu saja membuat Jisung terkejut.
Dengan keberanian yang ia miliki, Jisung segera menyodorkan roti ke arahnya hingga pria tersebut memberikan raut bertanya."Makan, sekarang waktunya makan siang" ucap Jisung dengan mata tertuju ke arah name tag yang tertera pada seragam teman sebangkunya itu.
Lee Minho
"Tidak perlu mencoba untuk berbaik hati padaku" Minho menjauhkan roti tersebut dan kembali menunduk seperti semula.
Melihat penolakkan tersebut tidak juga membuat Jisung jengah.
Lee Minho, teman sebangkunya itu harus memiliki hari yang menyenangkan sebelum ajalnya datang, setidaknya itulah yang ada pada fikiran Jisung.
Maka dari itu, Jisung kembali menepuk pria yang diketahui bernama Lee Minho tersebut hingga raut kesal terpampang dengan jelas di wajah teman sebangkunya itu.
Seakan tidak peduli, Jisung justru mengulurkan tangannya seraya mengajak pria tersebut untuk berkenalan.
"Aku Han Jisung, dan kita akan berteman mulai hari ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
✘28 days [1/2] ⁀➷Minsung ✘
Fanfiction-',✎ Hanya kisah seorang Han Jisung si pembaca kematian. -', ✄ Collaboration with : @leehalq