Day 14

4.6K 661 70
                                    

Televisi yang menyala sepanjang malam di temani bungkus makanan ringan yang terbuka dengan lebar benar-benar menciptakan kesan berantakan pada kamar berwarna hijau tosca ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Televisi yang menyala sepanjang malam di temani bungkus makanan ringan yang terbuka dengan lebar benar-benar menciptakan kesan berantakan pada kamar berwarna hijau tosca ini.

Di tambah lagi selimut, bantal, dan guling yang tidak sesuai dengan tempatnya.

Seperti bukti nyata dari kalimat kapal pecah.

Menonton beberapa film menggunakan dvd diiringi cerita panjang dari pemuda bermarga Lee membuat rasa kantuk tak kunjung menghampiri Jisung.

Tawa lebar beberapa kali menghampiri saat dirasa alur cerita terdengar lucu.

Dan tekuk 'kan di bibir menjadi pertanda jika pemuda jangkung ini tengah menahan rasa kesal pada ceritanya.

Senyuman manis milik Jisung sering kali muncul saat dirasa mata sipit itu di penuhi banyak bintang.

Sungguh! Cerita miliknya semalam membuat Jisung mengubah penilaian pertamanya.

Mungkin bagi orang-orang yang tidak memiliki kedekatan dengannya, ia akan terkesan tidak ramah dan cuek.

Tapi bagi Jisung yang setidaknya merasa memiliki kedekatan, Minho itu bagaikan seorang anak kecil yang butuh usapan rambut dari sang ibu.

Benar-benar cerewet, manja, dan tidak senang miliknya di ganggu.

Walaupun pada kenyataannya, Jisung hanyalah orang baru dalam hidup Minho.

Ahh, ralat! Orang baru di detik terakhir hidup Minho.

Kenyataan satu itu membuat Jisung terkekeh kesal, lagi-lagi perasaan membuncah saat perpisahan menanti disana.

Jisung sangat benci kondisi dimana ia yang harusnya menjaga justru dijaga.

Jisung sangat benci kondisi dimana rasa sakit yang hadir saat sadar waktu bersama semakin menipis.

Jisung sangat benci kondisi dimana kata selamat tinggal mau tak mau harus meluncur di bibirnya.

Jisung sangat benci kondisi—dimana ia bisa begitu mudah mencintai seseorang.

Fakta satu itu menjadikan diri Jisung begitu lemah dibandingkan yang lain.

Mendengar mereka yang bisa begitu mudah menjaga membuat rasa iri lagi-lagi timbul dalam diri Jisung.

Kenapa ia justru lebih mudah menimbulkan rasa?
























































"Mau aku buatkan omelette atau bubur?" Tanya Jisung saat mata indah itu terbuka dengan perlahan.

"Mau aku buatkan omelette atau bubur?" Tanya Jisung saat mata indah itu terbuka dengan perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku 'kan baru bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku 'kan baru bangun."

"Memangnya aku tidak?

Bibir yang semalam sempat mengerucut kini kembali mengerucut "Tapi aku belum merasa lapar."

"Nanti maag mu kambuh, Minho!

aku tidak memiliki obat maag dan kau tau sendiri jika minimarket jauh dari rumahku."

"Tapi—

—ya sudah jika kau tak ingin sarapan, toh aku tidak perlu kelimpungan membuat sarapan untuk dua porsi."





























"Kau bisa membuat omelette seenak ini tapi kau selalu membawa bekal roti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau bisa membuat omelette seenak ini tapi kau selalu membawa bekal roti." Komentar Minho sembari menyuapkan sesendok nasi dan omelette pada mulutnya.

"Karbohidrat dalam roti lebih besar dibandingkan nasi

dan manusia membutuhkan banyak karbohidrat agar tubuhnya bisa bersemangat."

Mendengar ucapan Jisung membuat dahi Minho menukik tajam "Kau menyindir ku!?"

"Apakah kalimat ku tadi termasuk kalimat sindiran?

setahuku dalam—

—ahhh sudah-sudah, mending kau habiskan makananmu lalu kita lanjutkan tidur."

Jisung berdecih "Ini rumahku, seenaknya saja kau!"

"Bukan seenaknya tapi memang enak."

Setelah kekeh-an meliputi keduanya, rasa canggung pun kini mengambil alih.

Keduanya sama-sama menyibukkan diri dengan makanan di hadapannya.

Jisung yang memutuskan jika ini saat yang tepat untuk bercerita memilih untuk memulai obrolan

"Minho." Panggil Jisung berusaha memecah rasa canggung.

"Hubungan ku dan Jeno tidak lebih dari sebatas teman

Jeno menyukai saudara ku di kelas 11-B, namanya Huang Renjun dan Jeno betul-betul berharap bisa dekat dengannya

aku tidak bermaksud ber-gila rasa atau mungkin percaya diri berlebih, yang pasti perhatianku padamu tidak akan bisa terbagi."
























































































T A M A T

Tapi boong hehe

HUWAAA AKU MUK NANGIS SAMA ANTUSIAS KALIAN YANG NUNGGU INI BOOK😭
*walau aku sadar kentank banget ketikan ku

MAKASIH BANGET DEH BUAT KALIAN YANG UDAH SPAM COMMENT DAN BIKIN SEMANGATKU BUAT UP NAIK😭👍

Di lanjut di Leehalq
Kita nangis bareng disana yaa
.canda sayang
Jangan lupa mampir akun ku^^ ada banyak cerita minsung nihh😻

✘28 days [1/2] ⁀➷Minsung ✘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang