#C

27.7K 186 4
                                    

Sang surya sudah menampakkan cahayanya, namun matanya masih saja terjaga tanpa rasa kantuk sedikitpun.
Bagaimana bisa dia tertidur saat hatinya terus saja gelisah sejak kejadian semalam.
Cinta pertamanya kembali.
Cinta pertamanya yang tidak pernah usang termakan waktu.

Raka masih tidur dengan nyenyaknya, yang ku yakini saat mendengar dengkuran halusnya. Aku mengusap punggungnya yang hampir 3 tahun menemani hari-hariku. Punggung yang selalu menghangatkan ranjangku hampir di setiap malam.
Ku usap perlahan piyama satinnya dari punggung hingga tanganku berada di atas perutnya yang rata. Aku memajukan tubuhku agar bisa memeluknya lebih erat. Inginku benamkan wajahku di balik punggungnyanya yang selama ini mencintaiku sepenuh hati.
Namun sayang, dia sudah memposisikan tubuhnya terlentang menghadap langit-langit kamar. Tangannya yang besar sudah menggenggam tanganku erat dan menuntunnya ke arah kejantanannya yang mengeras, meskipun hanya dari luar celana satinnya, aku merona mendapati rangsangan dadakan yang ku dapat.

"Rakaa.. " kataku pelan dengan suara yang sedikit serak. Mungkin karena terlalu banyak minum wine, pikirku sendiri.

Ku lihat wajahnya yang tanpa kacamata tersenyum nakal. Sangat nakal. Karena dia menyunggingkan bibirnya di salah satu sisi saja, dan dengan mata yang masih terpejam.
Sungguh menggoda untuk di berikan serangan fajar.

Ku usap lembut kejantanannya yang mengeras di bawah telapak tanganku.
Ku ciumi lengan kirinya hingga ke lehernya yang putih. Aku tahu kelemahannya ada pada telinga. Namun aku tidak melakukannya, hanya hembusan nafas yang ku berikan di sekitar telinganya.
Aku mendengarnya menghela nafas berat. Dan aku pun tersenyum puas.
Masih dengan tangan yang sama, tanganku meninggalkan kejantanannya dan memainkan jari jemariku di atas perut hingga dadanya.

"Ohh.. honey, jangan bermain-main. Bergerak lah di atasku." titahnya dengan suaranya yang berat karena horni.

Aku pun menurutinya dan mengangkat tubuhku ke atas tubuhnya. Dengan cekatan dia mengeluarkan kejantanannya dan menyingkap lingerie dan g-stringku ke selangkangan. Tanpa cumbuan yang romantis, dia melesakkan kejantanannya ke dalam vaginaku dan bergerak cepat.
Gerakannya yang tidak terkontrol membuatku berteriak-teriak tidak karuan.

"Oouhhh.. honeyyy, ohh.. oh.. ughh.. " rintihnya sebagai tanda klimaksnya.
Dan tanda bahwa aku harus segera melupakan klimaksku.

Dengan perasaan kecewa dan terpaksa, aku mengangkat tubuhku yang masih menginginkan lebih.

"Mau sarapan roti bakar atau nasi goreng ?" tanyaku sambil berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar.

"Roti aja honey, makasih." jawabnya dengan nafas yang masih terengah-engah.

Ku basuh muka ku yang sudah berhias air mata.
Ku lihat diriku pada cermin bundar di atas wastafel. Muka yang kusut dan mata yang sembab.
Sering kali hal seperti tadi terjadi. Harusnya aku terbiasa bukan ? harusnya aku lelah untuk kecewa.

Cepat-cepat aku mencuci muka dengan facial foam supaya tidak ketahuan saat Raka mungkin saja pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mencuci muka, aku kembali ke kamar untuk mengambil baju ganti yang pantas untuk dirumah, kecuali saat tidur aku lebih nyaman memakai g-string dan lingerie.

Aku melirik sekilas ke arahnya yang masih terbaring di atas tempat tidur dan memainkan ponselnya.

"Kamu gak mandi ? ntar telat ngantornya. " kataku sambil mengambil setelan babydoll warna kuning bergambar minion.

"Kan aku bos nya, siapa yang mau marahin sayang ?" jawabnya angkuh yang memang ada benarnya.

"Oke, terserah." kataku sambil mengedikkan bahu dan berjalan keluar kamar setelah berganti pakaian.

~~~

Tok tok tok

"Nyonya ?" suara lirih dari balik kamarku.

Tok tok

"Yaa." sahutku kesal. Oahmm.. ternyata aku tertidur pulas sesaat setelah Raka berangkat.
"Masuk bik."

Klek, pintu kamar sedikit terbuka dan menampakkan bik Nah, pembantu setia sejak rumah ini di bangun.

"Itu Nya, ada mbak Jenny di ruang tamu." katanya sopan.

"Oh. Ya, suruh nunggu bentar bik, aku mau mandi dulu."

"Siap Nya!" sahutnya dan beranjak pergi.

Aku mengambil ponselku di atas naskas dan melihat isi layarnya.
12 panggilan tak terjawab dari Jenny.
2 pesan WhatsApp dari mama.
Oke, sepertinya ada hal yang tampak mendesak bagi Jenny. Biasanya dia akan terus menerorku jika belum mendapat jawaban, buktinya dia sudah ada dirumahku saat ini. Ku tatap layar ponselku, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang hari.
Ya, aku harus segera mandi dan mencari udara segar.

~~~

"Bian ngebet minta nomer HP mu Nad, gimana ?" tanya Jenny ragu.

Mr. ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang