#E

20.9K 139 1
                                    


Sudah tiga hari berlalu sejak Jenny memberikan nomer ponselku pada Bian, namun sampai sekarang belum ada panggilan ataupun pesan darinya.
Seseorang yang selalu ku tunggu kehadirannya. Apapun itu.

Malam ini ku nikmati waktu dengan sendirian, karena Raka berpamitan akan ke luar kota dengan temannya untuk memancing di laut. Aku tidak terlalu mengekang kehidupannya, karena aku pun meminta hal serupa padanya. Hubungan yang di mulai karena hal konyol. Sebenarnya aku tidak mengingatnya dengan jelas karena kondisi mabuk berat, tapi dia mengatakannya padaku setelah itu. Katanya, aku menumpahkan minuman di bajunya saat berada di sebuah club malam. Dan parahnya aku hanya tertawa melihatnya dan menggodanya dengan jari jempol di acungkan ke bawah. Sejak saat itu, dia terus memperhatikanku yang terus tertawa lepas bersama teman-teman gilaku. Saat ku tanya bagaimana kondisinya, dia menjawab tidak peduli dengan celana bagian depannya yang basah dan itu malah membuatnya semakin ingin memelukku. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya dia mengikutiku saat akan pulang dan menculikku dari teman-temanku. Dan konyolnya, dia langsung menciumku saat berada di lorong yang sepi, dan aku menerima ciumannya hingga cerita  berakhir di hotel tidak jauh dari tempat club berada. Ya, setidaknya jam malam tidak berlaku saat usiaku sudah mendekati 30 tahun.

Ah betapa itu terdengar sangat menyenangkan andai saja saat itu aku dalam keadaan sadar meskipun setengah waras.

Jadi kangen Raka.

Ku ambil ponselku yang berada di samping laptop dan menatap layar ponsel berlogo jeruk tersebut.

1 panggilan tak terjawab
5 pesan
Semuanya dari nomer yang sama. Nomer Tak Dikenal.
Mungkinkah ?

Hati berdebar saat jari mengusap layar sentuh dan membuka isi pesan dari nomer tersebut.

'Nadine'
'Ini aku'
'Bian'
'Lagi sibuk ?'
'Sorry ganggu'

Oh Tuhan! Akhirnyaaa...

Ku pegang erat ponselku dan ku dekap di depan jantungku yang berdetak tak karuan. Hanya satu kata yang mewakili perasaanku saat ini. Bahagia.

Ku balas pesannya cepat.

'Lagi santai aja, ada apa ?' isi balasanku. Dan berharap Bian cepat membalas, karena pesan yang dikirimnya sudah 15 menit yang lalu.

Lebih dari 10 menit belum ada balasan darinya membuatku frustasi.

Bodoh! Bodoh! Harusnya aku bunyikan nada dering ponselku.
Tapi mau bagaimana, aku terbiasa menggunakan ponsel hanya dengan mode getar. Argghh.. ku ayun-ayunkan kaki ku ke udara, menendang-nendang angin untuk melepaskan kekesalan.

Tenang. Tenang Nadine. Belum 15 menit.
Andai saja Bian kini memiliki sifat pendendam.

Ugh.
Ku benamkan wajahku di atas selimut. Berusaha menunggu dengan sabar. Meski berat.

Drrt.
'Boleh telpon sebentar?'

YA! Sangat boleh! Aku sudah lama menunggumu Bian!.
Eh tunggu, aku harus menulisnya di balasan pesannya. Dia bukan dukun setauku.

'Yaa' balasku singkat dan hanya beberapa detik setelah pesan terbaca, panggilan yang ditunggu-tunggu pun datang.

"Hai." sapa suara di seberang telepon.

"Hai Bian."

"Ehmm.. lg sendiri kah ?" tanyanya ragu atau was-was, entahlah. Bian tau aku istri orang sekarang.

"Ya, kenapa ?"

"Nanti malem sibuk ? atau ada acara ? Aku ingin keliling kota, lama tidak kembali pulang."

"Trus ?" tanyaku pura-pura, hanya untuk memastikan.

"Ya pengennya sama kamu. Kalau kamu mau. Kalau nggak ya .. pleaseeee, mau ya ..?!" pintanya dengan nada memohon.

Untunglah ini bukan panggilan video, kalau iya pasti dia gak perlu mendengar jawaban saat melihat raut mukaku sudah mengatakan YA.
Aku tersenyum membayangkan akan bertemu lagi dengannya. Sekali lagi berada di dekatnya.

"Ehm.. boleh. Tapi ketemu di kafe depan Galasy ya ... "kataku malu-malu.

"Oke Nadine, aku jemput jam 7 malam nanti. Bye Nadine.

"Bye~"




....

Mr. ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang