0.1

78.8K 17.7K 14.1K
                                    


pandangan Haechan tertuju pada papan hitam yang berada di samping etalase kaca 'milik' Mark.

Ia membaca deretan nama yang ditulis dengan tulisan Mark menggunakan kapur putih.

Lalu tak sengaja tatapannya terhenti pada satu nama di bawah setelah nama 'YERA'  yang tentunya sudah dicoret oleh Mark dengan spidol merah.

"jadi target selanjutnya bernama Eby?"

"aha."

Begitu respon Mark.

"kelahiran tahun 1999. Statusnya adalah sebagai siswi di sekolah Neo High School."

Haechan menoleh ke belakang. Ditatapnya Mark yang sedang mencuci tangan di wastafel. Lalu matanya kembali melihat papan hitam itu.

"jadi gadis ini akan kau dekati dalam waktu berapa lama?" tanyanya.

Selesai mengelap tangannya dengan handuk kecil, Mark berjalan menghampiri Haechan dan ikut berdiri disampingnya.

"semakin cepat semakin baik bukan?" ujar Mark seraya melepas kacamatanya.

Haechan menoleh menatap Mark dengan gusar.

"kalau kau gagal?"

Mark diam. Sedetik setelah itu ia menarik sudut bibirnya.

"pasti berhasil, kau bantu aku ya," ujar Mark sembari merangkul Haechan bersahabat.

Haechan memutar bola matanya dan menatap Mark kesal. "yah peran figuran lagi. Sudah yang ke berapa kali ini?"

Mark tertawa saja mendengar omelan haechan. Ia juga tidak begitu peduli.

Suasana hening sesaat sampai akhirnya Mark menunjukan layar handphonenya kepada Haechan.

"ini Eby... bagaimana menurutmu?" tanya Mark

Haechan terdiam sesaat. Mulutnya kaku tidak bisa digerakkan. Ditatapnya lekat lekat foto seorang gadis yang ada di layar handphone Mark.

ia menoleh ke Mark, "i-ini dia?"

Mark mengangguk mantap.

Tatapan haechan kembali ke arah layar. Ia tidak tahu harus reaksi bagaimana. Baginya Mark terlalu memberikannya kejutan.

"hei, bagaimana?" merasa tidak puas dengan respon haechan yang hanya diam, mark kembali bertanya.

"ini cantik... lebih cantik dari korbanmu yang sebelumnya," jawab Haechan.

Namun matanya tak tentu menatap ke arah mana. Seolah olah ia menghindari percakapan ini.

Tiba tiba saja Mark tertawa. Lama lama tawanya semakin keras dan menggema hingga seluruh penjuru ruangan. Tak hentinya ia menepuk tangannya sendiri, seolah ada sesuatu yang lucu baginya.

Haechan yang merasa ditertawakan langsung memasang wajah datar.

"berhenti tertawa Mark, tidak ada yang lucu disini." katanya.

"jangan bilang kau menyukainya, haechan. Wajahmu lain tadi. Hahahaha!"

Haechan diam saja. Karena menurutnya, ia tidak begitu tadi.

"kau yakin sudah mencari korban yang tepat?" Haechan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"tak ada yang perlu kau khawatirkan Haechan, semuanya ada di tanganku."

Mark tersenyum lalu menepuk pelan pundak Haechan seolah olah ia telah meyakinkan anak itu.

"sudahlah, fokusmu sekarang cuma satu. Bantu aku," ucap Mark dengan nada penuh penekanan. Matanya menatap dalam mata Haechan.

Bot 0.2 | Haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang