GUE BINGUNG?

17 10 0
                                    

"Nis Lo ngerasa aneh gak? Masa Raka sama Naura bisa akrab gitu!" Tanya Beni yang sedang duduk disamping Anisa

"Gak tuh biasa aja" jawab Anisa cuek

"Ya ya gue yang salah nanyain orang aneh ke orang aneh, kan sejenis" tawa Beni memecahkan keheningan kelas

"Apaan sih lo, bacot"

"Ya gue kan cuma nanya, emang salah?"

"Lo bisa diem gak, gue tonjok juga lo" Anisa menatap Beni tajam dan mengepalkan tangannya

"Santai, ntar cantik nya ilang"

"Lo sih berisik banget"

"Abisnya Lo stalker bias Lo Mulu sih"

Raka dan Naura masuk kelas beriringan, Raka didepan dan Naura membuntutinya di belakang, sontak itu semua membuat satu kelas kaget tidak sedikit siswa yang melongo melihat Raka dan Naura yang berjalan beriringan, Difa tidak tinggal diam dan menghampiri Raka

"Raka, kamu kenapa bareng si cewek kulkas ini sih?"

Raka mengabaikan pertanyaan Difa

Difa yang kesal sontak menjambak rambut hitam milik Naura "Cewek kulkas udah berani deketin cowok yang gue suka?"

Naura tidak tinggal diam dan membalas jambakan Difa, alhasil mereka berdua saling jambak

"Lo apa-apaan sih Difa, lepasin gak!" Bentak Anisa pada Difa

Anisa berusaha melerai keduanya

"Woy Lo gak usah ikut campur, ini urusan gue sama si kulkas" Difa menarik rambut Naura semakin kencang

"Naura sahabat gue, Lo berani nyakitin dia Lo berurusan sama gue, lepasin gak gue tonjok Lo"

Anisa berhasil melepaskan tangan Difa dari rambut Naura

Difa pergi meninggalkan Naura dengan tatapan sinis

"Ra Lo gak apa-apa?" Tanya Anisa merapikan rambut Naura

"Em gue gak apa-apa, makasih Nis"

"Woy... Balok es, Lo kenapa diem aja ngeliat Naura digituin, Naura kan pacar Lo" bentak Anisa pada Raka yang telah duduk di kursi nya

Naura berbisik pada Anisa yang tengah berdiri didepan kursi Raka "Nis apa-apaan sih gue sama Raka gak pacaran"

"Ra gue ngebela Lo, tapi kenapa Lo malah ngebela si balok es ini sih?"

"Nis gue gak ngebela dia"

"Udahlah gue tau Lo pacar si balok es dan gue cuma temen Lo, emang gue gak penting sih dimata Lo" Anisa meninggalkan Naura lalu duduk dikursi nya

Naura sudah berkali-kali menjelaskan bahwa ia dan Raka tidak berpacaran dan Naura tidak membela Raka Tetapi Anisa tetap mengabaikan Naura, sampai bel pulang sekolah berbunyi Anisa masih diam mengabaikan permintaan maaf Naura

"Nis plis maafin gue, gue gak punya siapa-siapa dikelas ini selain Lo" Naura memegang tangan Anisa erat

"tuh masih ada balok es" Anisa menunjuk Raka yang perlahan menghampiri mereka

"Nis berkali-kali gue bilang Raka bukan pacar gue, Lo gak percaya banget sih sama temen sendiri"

Raka menarik tangan Naura "pulang"

"Gih pulang sana pacar Lo udah nungguin" Anisa keluar dari ruang kelas

"Ta... Tapi"

Pandangan Naura yang dari tadi menatap Anisa kini beralih menatap Raka yang sedang berdiri disampingnya

"Lepasin, gue gak mau pulang sama lo" Naura menarik tangan nya paksa

"Lo udah lupa sama janji?" Raka menarik tas punggung Naura

Naura menarik nafas dalam, Raka dan Naura meninggal kan ruangan kelas dan menuju ke parkiran, langkah kaki Naura terburu-buru Naura tidak mau berjalan seiring dengan Raka, menurutnya Raka membuat hidupnya semakin menderita. Kaki Raka yang panjang tentu dapat menyesuaikan langkah nya dengan Naura



°°



"Woy Lo kenapa diem, Lo niat gak sih ngajarin gue?" Raka memukul pulpen yang dipegang oleh Naura, Raka memecahkan lamunan Naura

"Ma.. maaf" Naura mengucek matanya

"Lo sakit?" Bibir Naura yang pucat menimbulkan pertanyaan bagi Raka

"Gak gu.. gue gak apa-apa" Naura tersenyum kecil dan kembali menatap buku

Raka mengambil kunci mobil nya dan membereskan buku Naura

"gue anter" Raka membantu Naura berdiri

"Gue bisa sendiri" Naura berusaha berdiri tapi tubuh nya semakin lemas Naura jatuh dan Raka dengan sigap menahan tubuh Naura

"Ngeyel sih lo"

Raka menyalakan mobil nya, Raka tidak tega melihat Naura yang tampak lemas, selama diperjalanan menuju rumah Naura tertidur pulas

"Lo cute juga kalo lagi tidur" Raka menatap Naura sekilas dan tersenyum tipis

"Ra bangun, udah sampe" Raka berusaha membangunkan Naura, mata Naura tidak kunjung terbuka Raka memegang jidat Naura yang panas

"Panas" Raka bergegas membuka pintu mobil dan menggendong Naura

"Tante buka pintunya" tak lama Dina_bundanya Naura membukakan pintu

"Lo Naura kenapa?" Wajah Dina berubah menjadi cemas

"Badan nya panas Tan"

"Ya udah bawa masuk ke kamar" Air mata Dina menetes

Raka mencoba menelpon dokter pribadi nya dan menyuruh dokter itu untuk bergegas kerumah Naura

"Duh Naura tubuh kamu kenapa panas gini?" Dina mengelus-elus rambut Naura

"Tante jangan panik ya, Raka udah telpon dokter bentar lagi sampai" Raka berusaha menenangkan Dina yang tidak berhenti menangis

"Bun kakak kenapa? Bunda kenapa nangis?" Tanya Dino_adik Naura

Raka duduk dan mengelus rambut tebal Dino
"Bunda sama kakak gak apa-apa, yok main sama abang?"

"Abang siapa? Pacarnya kak Naura ya?" Dino menunjuk lesung pipi Raka

"Iya, yok main" Raka tersenyum ramah



°°°


"Jadi gimana dokter? Keadaan anak saya?"

"Anak ibu tidak apa-apa dia cuma capek perlu istirahat, perlahan demam nya akan membaik, ini resep obat nya"

"Makasih dokter"

"Tante, Raka pulang ya udah malam"

"Makasih ya nak Raka, oh iya jangan panggil Tante panggil aja Bunda"

"Iya tan... Eh Bun, saya pulang, permisi" Raka menyalimi tangan Dina dan tersenyum ramah

"Dino Abang pulang ya"

"Besok main lagi ya bang"

Raka memeluk Dino dan peluang kerumah nya

Raka Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang