SATU

76 27 8
                                    

Terlihat seorang gadis kecil tengah duduk sendiri di depan kelasnya. Pandangannya tertuju pada teman-temannya yang tengah asik bermain. Sesekali senyuman manis mengembang di bibir mungilnya, tapi dengan cepat dia menghapusnya.

Tanpa dia sadari, ada seorang yang sedari tadi memperhatikannya. Perlahan, anak laki-laki itu melangkah mendekatinya.

"Kamu kenapa duduk sendiri?" Tanya anak laki-laki yang berdiri di sampingnya itu. Gadis kecil itu menoleh ke asal suara. "Kamu tidak ingin bermain bersama mereka?" Tanya anak laki-laki itu lagi. Sedangkan gadis kecil itu hanya menggeleng, kemudian kembali menatap teman-temannya yang asik bermain.

"Sini ikut aku," anak laki-laki menarik lembut tangan si gadis kecil.

"Mau kemana?" Tanya gadis itu ragu, tapi tak mendapat jawaban dari anak yang masih berlari di depannya itu.

Kini sampailah mereka berdua dia bawah pohon yang rindang, di sebuah taman kecil di belakang sekolahnya.

"Aku suka duduk di sini," ucap anak laki-laki itu, sembari duduk di atas rumput hijau yang sangat menyegarkan mata. "Aku tidak suka keramaian, aku lebih suka dengan suasana yang tenang seperti ini. Makanya, aku selalu datang ke sini saat jam istirahat.

"Aku Sadewa Putra Pratama," ucap anak laki-laki itu memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan ke arah gadis kecil yang masih berdiri tegak di hadapannya itu. "Nama kamu siapa?"

"Dengan ucapan yang terbata-bata, gadis kecil itu menyebutkan namanya, "Na-- nama ku Putri Senja Anggraini."

"Nama kamu cantik, sama seperti orangnya." Ucap Dewa yang kemudian dapat senyuman dari Senja.

"Oh iya, mulai sekarang jangan suka duduk sendirian ya."

Gadis kecil itu mengerutkan keningnya, kemudian mencoba memberanikan diri untuk bertanya. " Kenapa?"

"Karena itu akan membuat kamu merasa sendiri. Kalau kamu ingin bermain, cari saja aku. Aku janji akan menemani dan menjaga kamu."

"Janji?!" Ucap Senja dengan wajah sumringahnya, sembari mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Dewa.

Dewa mengacungkan kelingkingnya, kemudian mengaitkan dengan jari kelingking mungil milik Senja, " janji."

Senja berdiri di depan jendela kamarnya sembari menghapus air mata yang terus terjatuh setiap kali mengingat janji yang di ucap kan oleh Dewa. Selalu terbersit luka di hatinya mengingat ucapan manis itu. Janji yang entah sampai kapan akan Senja tunggu.

***

Suara jam weker terdengar sangat nyaring di telinga gadis cantik yang masih di balut dengan selimut tebalnya itu. Tangannya secara lincah mencari benda yang terus dan terus berbunyi itu. Saat tangannya telah mendapatkan benda itu, dengan cepat dia mematikannya dan kembali ke alam mimpi.

"Mbak senja, bangun. Sudah siang lho mbak, nanti telat lagi kesekolahnya." Suara itu milik bik inem. Suara yang selalu berhasil membangunkan tidur Senja. Bik inem adalah PRT di rumah senja, beliau sudah bekerja di sana semenjak Senja masih berumur 3 tahun. Senja sudah menganggap bik inem sebagai neneknya, mengingat beliau yang selalu menemani, merawat dan menjaganya.

"Iya bik," jawab gadis itu dengan suara khas orang bangun tidur.

"Ya udah, bibik ke bawah dulu ya mbk, nyiapin sarapan buat mbak senja."

"Iya bik."

30 menit berlalu, kini Senja sudah duduk di meja makan yang terlihat sangat mewah itu. Walau hanya Senja yang sedang melakukan sarapan pagi, tapi di sana terlihat beraneka makanan dan buah-buahan tak lupa segelas susu putih yang jadi minuman kesukaan Senja.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang