EMPAT BELAS

2 1 0
                                    

"Assalamu'alaikum." Ucap Senja sesaat setelah membuka pintu rumahnya. Kembali menutup pintu, kemudian berjalan menuju sova.

"Walaikumsalam," sahut Ega tanpa menoleh. "Sore banget balik lo, Ja." Tanya Ega yang masih terfokus pada TV.

"ho'oh, kak." Jawab Senja sekenanya sembari menjatuhkan tubuhnya di sova panjang yang berada di sebelah Ega.

"Lo kenapa, lemes amat?"

"Capek gue, kak."

"Emang lo ke rumah Bulan jalan kaki?"

"Ya enggak lah, kak. Gila bener gue ke rumah Bulan jalan kaki." Jawab Senja sewot.

"Lah, terus?"

"Gue tuh capek banget ngadepin sohib lo tuh, kak."

"Maksud lo, si Dewa?"

"Emang sohib lo ada berapa sih, pakek tanya segala."

"Elah gitu aja sewot."

"Biarin."

"Emang lo diapain sih, sama Dewa?"

"Tau ah, nggak usah bahas orang sableng itu, bisa-bisa mati muda gue gegara darting tiap kali denger nama dia."

"Segitunya lo Ja benci ma Dewa. Gue sumpahin suka, mampus lo."

"Idih, ogah gue. Gue masih sayang nyawa kak."

Ega terbahak mendengar penuturan Senja. Dia bisa bayangin gimana perasaan Senja saat ini, betapa keselnya adiknya itu sekarang. Ega saja yang sudah lama menjadi sahabat Dewa, selalu di bikin kesel karena ulah Dewa yang selalu ngeselin.

"Gue mau ke kamar, kak. Mau mandi, habis itu sholat, lanjut belajar." Pamit Senja sembari bangkit dari sova.

"Ok."

***

Tok...tok...tok...

Terdengar jelas pintu rumah Senja di ketuk oleh seseorang. Ega yang memang masih stay di depan tv pun berdiri dari sova guna untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

Mata Ega membulat saat mendapati Sosok Nakula yang tengah berdiri di depan pintu. Dengan cepat, Ega kembali menutup pintu.

Tok...tok...tok...

Kembali terdengar pintu yang di ketuk oleh seseorang. Ega yang masih berdiri di depan pintu pun sontak membuka pintu tersebut.

"Misi gan, yang punya rumah ada?" Tanya Nakula menirukan gaya penjual online.

"Saya sendiri gan." Jawab Ega.

"Oh, saya salah alamat kalau gitu gan. permisi gan." Nakula berjalan menjauh dari pintu yang kemudian langsung di tutup oleh Ega.

Nakula berjalan beberapa langkah, kemudian berhenti.

"Ada yang aneh," Nakula menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue inget bener, ini ruman Senja."

Nakula kembali berjalan ke arah pintu, mengetuknya beberapa kali hingga pintu itupun terbuka. Masih menampilkan orang yang sama yaitu Ega.

"Lo,?" Nakula menunjuk Ega dengan jari telunjuknya yang langsung di tepis oleh Ega.

"Apaan sih, pakek tunjuk-tunjuk." Protes Ega.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Nakula sewot.

"Ya elah sewot bener, lo. Udah kayak anak cewek lagi PMS, aja." Jawab Ega ngasal.

"Ish, bisa aja lo botol kecap." Sahut Nakula di barengi toyoran di kepala Ega. " Lo ngapain di sini?"

" Ngemis." Jawab Ega asal sembari mengusap kepalanya yang kena toyoran bebas dari Nakula. " Ini kan rumah gue." Lanjut Ega enteng.

"Bukannya ini rumah Senja, ya. Kok gue baru tahu kalau rumah ini pemiliknya telah ganti."

"Ish sotoy, lo." Sekarang giliran Ega yang menoyor kepala Nakula.

"Au, sakit tahu." Pekik Nakula.

"Elah, Jadi cowok lembek amat."

"Wah, sekate-kate, lo.  Adu jotos hayuk." Tantang Nakula.

"Hayuk." Ega menerima tantangan Nakula denga  senang hati.

Nakula dan Ega masuk ke dalam rumah Senja. Sesampainya di ruang tamu, Ega dengan cepat memiting leher Nakula hingga terbatuk. Nakula yang tidak terimapun, menjambak rambut Ega hingga anak laki-laki itu menampakkan wajah merahnya karena kesakitan.

Senja yang mendengar keributan dari lantai bawah pun berlari, melihat apa gerangan yang terjadi.

Mata Senja membulat saat mendapati Ega dan Nakula sudah berguling-guling di lantai, saling tumpang tindih.

"Stooop...!" Teriak Senja dari lantai dua.

Ega dan Nakula yang mendengar teriakan Senja pun seketika menghentikan aksi gila mereka.

Tak butuh waktu lama, Senja sudah berdiri di hadapan mereka dengan berkacak pinggang dan melihatkan wajah sangarnya.

"Ngapain kalian berantem di sini? kalau mau berantem, sana di lapangan. jangan di rumah gue."

Ega dan Nakula saling padang.  "Habisnya dia ngatain gue lemah, Ja. Makanya gue tantangin dia berantem, biar dia tahu kalau gue tuh nggak lemah." Jelas Nakula sembari melirik sinis ke arah Ega.

"Emang lo lemah. Masak iya nih ya, ja. Dia tuh cowok, gue toyor dikit aja dia kesakitan." Balas Ega tak mau kalah.

"Lo bilang gue lemah." Nakula berkacak pinggang dan melotot ke arah Ega. "Mau di lanjut nih adu jotosnya." Tantang
Nakula.

"Wokay, hayuk."  Terima Ega dengan senang hati.

Senja yang semakin pusing melihat tingkah konyol kakak dan sahabatnya itu, memilih pergi ke dapur. Entah apa yang ingin dia ambil.

"Ga , sakit ga. Lepasin." Teriak Nakula kesakitan saat jambul katulistiwanya ditarik kuat oleh Ega.

"Lepasin dulu kuping gue."  Teriak Ega tak kalah menahan sakit.

Byuuurrr...

Satu ember air berhasil mengguyur tubuh mereka berdua.

"Apaan sih, Ja. Dingin tahu." Protes Ega.

"Iya nih, main guyur aja."

"Biarin. Biasanya tuh, ya. Kalau.ada kucing berantem, di guyur air pasti berhenti tuh berantemnya."

"Lo nyamain kita sama kucing, Ja?" Teriak Ega dan Nakula bersamaan.

"Sumpah, lo adik laknat, Ja. Gue sumpahin jomblo seumur hidup lo."

"Iya. Gue sumpahin jadi perawan tua lo." Tambah Nakula.

"Bodo amat!" Jawab Senja sambil ngacir meninggalkan mereka berdua. "Jangan lupa di pel tuh, awas aja nggak di pel. Gue laporin ke penjaga komplek atas tuduhan merusak ketenangan hidup gue." Teriak Senja tanpa mengehentikan langkahnya.

"Gara-gara lo nih, jadi gue kenak kan." Protes Nakula pada Ega. "Masak iya tamu suruh ngepel." Lanjut Nakula.

"Rasain lo. Tamu nggak berakhlak pantes dapat ini."

"Hisst.. udah ah capek gue dengerin lo. Udah ah, gue mau ambil alat pel dulu." Ijin Nakula sembari berpegangan pada lutut Ega.

"Apaan lo pegang-pegang, gue."

"Isst. Lo nggak liat nih gue kesusahan berdiri. Udah buruan berdiri," Nakula mengulurkan tangannya setelah berhasil berdiri sempurna , mencoba membantu Ega berdiri. "Kagak usah banyak bacot."

"Iye." Ega menerima uluran tangan Nakula, kemudian berdiri.

Nakula dan Ega pergi ke dapur guna mencari alat pel. Setelah menemukan alat pel, keduanya kembali ke ruang tamu dan mulai mengepel lantai yang tengah basah karena guyuran dari Senja.

" Btw, lo ngapain sih di sini, Ga?" Tanya Nakula dengan mendorong  alat pelnya kedepan kemudian kembali menariknya.

"Gue emang tinggal di sini." Jawab Ega santai membuat Nakula terkejut hingga menghentika  aktivitasnya.

"Ngapain lo tinggal di sini?" Tanya Nakula penuh selidik.

"Gue tuh_" Perkataan Ega terhenti ketika Senja memanggil Nakula untuk memberikan baju ganti untukya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang