TIGA BELAS

4 1 0
                                    

Dewa menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berukuran luas dengan pekarangan yang di penuhi oleh beraneka bunga.

"Wa, lo yakin kita nggak salah rumah lagi?" Tanya Senja mencoba meyakinkan Dewa.

"Sepertinya emang ini sih alamatnya. Sama persis sama alamat yang gue minta dari petugas TU. coba kita masuk aja. Kalua memang bukan rumah Bulan, kita tinggal balik lagi ke mobil."

"Iya, deh" Jawab Senja ragu.

Dewa membuka pintu mobilnya dan di ikuti oleh Senja. Walau terlihat ragu dan sedikit takut, Senja tetap saja berjalan mengekori Dewa.

"Wa." Panggil Senja dengan suara sedikit tertahan.

"Apa?" Sahut Dewa sembari menengok ke belakang.

"Gue takut." Kata Senja yang sudah tertinggal beberapa langkah di belakang Dewa.

"Lo takut apa?" Tanya Dewa sembari kembali menghampiri Senja.

"Gue takut kalua Bulan nggak mau maafin gue."

"Udah nggak usah takut. Masuk aja dulu. Kalua kita hanya berdiri di sini, kita nggak akan tahu hasilnya, Bulan mau maafin lo apa enggak." Jelas Dewa sambal menarik lembut pergelangan tangan Senja.

Tok...tok...tok

Dewa mengetuk pintu bercat putih itu beberapa kali hingga keluar seorang ibu paruh baya yang menurut Dewa, itu adalah pembantu Bulan.

"Permisi, bu. Apa ini benar rumah Bulan, ya?" Tanya Dewa dengan sopan.

"Oh iya, mas."

"Bulannya ada, bu?"

"Ada, mas. Silahkan masuk dulu, biar saya panggilkan non Bulannya.

"Iya, bu."

Dewa dan Senja mengikuti ibu paruh baya itu memasuki rumah Bulan hingga sampai di ruang tamu.

"Silahkan duduk mbak, mas. Saya permisi manggil non Bulan dulu." Ijin ibu-ibu tersebut dengan nada bicara sangat sopan.

"Iya, bu."

"Ja, lo kok diem aja. Lo nggak papa, kan?"

Senja mengangguk pelan. Dewa dapat melihat dengan jelas bahwa saat ini gadis yang tengah duduk di sampingnya itu sedang tidak baik-baik saja.

Tak berapa lama Bulan datang menemui Dewa dan Senja. Matanya terlihat sembab, rambutnya sedikit berantakan.

"Lan," Sapa Senja sembari berdiri saat melihat Bulan tengah berjalan menghampiri nya.

Bulan tersenyum tipis, tapi Senja dapat merasakan jika senyuman itu hanya senyuman palsu.

"Hari ini lo kenapa nggak masuk, Lan" Tanya Senja sedikit ragu.

"Gue," Bulan menjeda kalimatnya sejenak untuk mencari alasan."Gue lagi nggak enak badan, Ja" lanjutnya.

"Udah ke dokter?"

Bulan menggeleng, "Palingan buat istirahat aja juga baikan ntar, Ja."

Suasana terasa sangat canggung. Bulan dan Senja seperti orang asing yang baru pertama bertemu, sedangkan Dewa, dia terlihat sibuk dengan ponselnya hingga tidak menyadari keadaan Senja dan Bulan.

"Misi, non. Ini minumannya."

"Makasih, bu" Kata Senja sebelum ibu paruh baya itu meninggalkan mereka.

"Iya, mbak."

"Lan," Panggil Senja pelan. "Gue mau minta maaf soal kejadian kemarin." Ucap Senja sembari menundukkan kepala.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang