Now Playing
Maliq D'essentials - Senja Teduh Pelita*****
"Setelah salat asar, kalian ganti pakaian dengan baju olahraga. Pukul empat kurang lima menit kalian harus sudah di lapangan!"
Ungkapan penuh rasa syukur tiada henti Aletta gumamkan setelah mendengar informasi tersebut. Badannya terasa luar biasa pegal setelah tiga jam duduk di tempatnya tanpa beranjak sama sekali. Belum lagi ia harus mendengarkan materi di jam-jam rawan kantuk tanpa permen Kopiko yang biasa menemani.
Aletta senang bukan main ketika akhirnya ia menghirup udara bebas, di dalam aula benar-benar sumpek. Untungnya ia tidak seperti Stella dan Agnes yang harus menahan napas karena duduk dekat dengan orang bau ketiak. Beuh... baunya luar biasa!
"Ini perempuan yang lain mana?!"
Kenyataan bahwa Aletta seorang Bu Lurah, membuatnya tak bisa berlama-lama merasa senang. Di hadapannya, Raja sudah ngomel-ngomel sambil berkacak pinggang karena jumlah perempuan di lapangan masih bisa dihitung jari.
"Sabar dong! Dikira ganti baju cewek sama kayak cowok?!" gerutu Aletta.
Tampaknya Pak Lurah itu enggan menuruti Aletta yang menyuruhnya bersabar. Lima menit lagi semua harus sudah berkumpul, tapi kaum 'terserah' itu belum juga datang. Raja tidak mau kena amuk panitia, karena itu ia berinisiatif mengetuk pintu barak perempuan sambil berteriak, "Dipercepat teman-teman!"
Upaya tersebut membuahkan hasil. Dengan tergesa, mereka segera ke lapangan dan membentuk sebuah barisan. Meski ogah-ogahan, Aletta membantu Raja memastikan seluruh peserta sudah di lapangan dengan menanyakan para ketua kelompok.
Hanif sebagai kordinator fasilitator sudah menunggu dengan tangan kanan yang memegang toa. "Sudah semua?"
Mereka menjawab kompak, "Siap, sudah!"
Hanif mengamati mereka sejenak. Memastikan bahwa memang tidak ada peserta yang tertinggal. "Baik. Sebelumnya saya apresiasi kalian yang kumpul tepat waktu dengan jumlah yang lengkap. Tepuk tangan untuk kalian semua!"
Riuh tepuk tangan terdengar. Mereka bangga pada diri mereka sendiri yang berhasil membuat panitia tidak mengomel untuk saat ini.
"Seperti yang kalian lihat, di lapangan sudah terbagi menjadi empat pos," ucap Hanif, sontak para peserta mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka.
"Kali ini kita akan berkegiatan seru, masih pada semangat?"
"Siap, semangattt!"
Jawaban kali ini terdengar sungguhan, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang terdengar pasrah dan terpaksa.
"Dengarkan instruksi saya, ya. Pertama, nama kegiatannya 'Anggota Tubuh'. Kalian akan memutari lapangan sampai saya memerintahkan kalian untuk mencari anggota tubuh." Para peserta mendengarkan dengan seksama penjelasan Hanif, ia pun melanjutkan, "Misalnya saya meminta enam mata, maka kalian harus membentuk tim sebanyak tiga orang karena masing-masing orang hanya punya dua mata."
Para peserta mengangguk, tampaknya mulai paham.
"Oke, kita coba. Barisan paling kanan boleh pimpin temen-temennya buat keliling lapangan. Sambil keliling kita nyanyiin lagu 'Mari Berjalan-jalan' pada hapal, 'kan?"
"Siap, hapal!" Mereka ingat lagu tersebut pernah dinyanyikan bersama saat masa pengenalan lingkungan sekolah dulu.
"Kita mulai, ya. Mari berjalan-jalan~"
"Hey!"
"Bikin lingkar lingkaran~"
"Hey!"
Para peserta mulai mengelilingi lapangan sambil menyanyikan lagu. Mereka sedikit lega dan santai karena kegiatan kali ini tidak se-kaku sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS OR OH SHIT?!
أدب المراهقين[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Habis rapat pulang bareng, yuk!" "Apa aja yang harus direvisi? Aku bantu." "Semangat ngejalanin proker-nya!" "Kalau capek bilang aja, ya." "Anak-anak di mana?" Niat menyibukkan diri karena patah hati, Aletta malah terjebak...