Dua bulan telah berlalu sejak Junhui dan Minghao menikah. Sekarang usia kandungan Minghao sudah jalan 4 bulan. Junhui semakin protektif. Tak membiarkan Minghao melakukan hal berat dan selalu memastikan Minghao mengonsumsi makanan yang sehat.
Junhui seorang suami yang baik. Ia menepati janjinya untuk tak meminta uang pada ayahnya. Ia bekerja sebagai fotografer dan terkadang mengikuti perintah ibunya untuk menjadi model. Uangnya memang tak banyak. Tapi itu cukup untuk menghidupi Minghao dan dirinya sendiri.
Sebenarnya, ayah Junhui masih tetap mengirimi Junhui uang bulanan seperti biasa. Tapi Junhui enggan untuk menggunakannya. Ia memilih menyimpan uang itu, siapa tahu nanti akan digunakan di saat-saat genting, atau mungkin bisa ia gunakan untuk biaya persalinan Minghao.
Hari ini Minghao bilang kalau teman barunya ingin datang berkunjung ke apartemen. Jadi waktu itu, saat Minghao sedang memeriksakan kandungannya, ia berkenalan dengan salah satu ibu hamil di sana. Namanya Jeonghan katanya.
"Nggak apa-apa kan kak?" Minghao terus memohon. Bahkan saat Junhui sedang melahap sarapannya. Bibirnya dipoutkan dipadukan dengan tatapan memohonnya.
Junhui hanya terkekeh kecil, "Kenapa kamu ijin ke kakak sih?"
"Huh? Emang Hao salah?" tanya Minghao bingung. Minghao rasa yang dilakukannya itu benar. Junhui itu suaminya, lalu apartemen ini milik Junhui. Jika ada yang mau berkunjung ke sini, tentu harus dengan ijin sang pemilik bukan?
"Enggak salah sih. Cuma agak aneh aja kalo teman kamu mau main harus dengan ijin kakak."
"Jadi boleh?" Junhui mengangguk. Ia menepuk kepala Minghao pelan. "Boleh."
"Ah makasih kak." Minghao memeluk Junhui, membuat Junhui yang ingin melahap makanannya terkejut. Sendok di tangannya jatuh, nasi gorengnya berserakan di meja makan.
"Hao, nasi goreng kakak jatuh." lapor Junhui.
"Haha nggak apa-apa, nanti Hao yang bersihin." ujar Minghao tak melepaskan pelukannya. Junhui mengacak rambut Minghao gemas. Istrinya ini, sungguh menggemaskan.
"Udah lepas. Ini kapan kakak ngelanjutin makannya kalo kamu gini terus." Minghao melepaskan pelukannya. Ia duduk di samping Junhui, menyaksikan Junhui melahap makanannya.
Semakin hari, Minghao semakin terpesona dengan wajah tampan sang suami. Mata tajamnya, rahang tegasnya, hidung mancungnya, dan...uh bibir tipisnya. Wajahnya benar-benar sempurna. Tak pernah sedikit pun Minghao bosan untuk memandangnya.
Saat tidur, Junhui selalu memeluk Minghao dari samping. Tangannya akan selalu mengusap perut Minghao hingga Minghao tertidur. Terkadang ia bahkan mengoceh di depan perut Minghao, seakan sedang berbicara dengan janin yang ada di dalam perut Minghao. Aneh memang, padahal usia kandungannya masih cukup muda.
Saat Junhui kuliah, biasanya Minghao akan mulai membersihkan apartemen. Sebenarnya Junhui selalu melarang Minghao untuk melakukan itu, karena katanya itu pekerjaan yang berat. Ia takut Minghao kelelahan. Tapi Minghao tetap keras kepala. Ia memohon kepada Junhui untuk diijinkan membersihkan rumah. Hingga akhirnya, Junhui memberikan ijinnya.
Membersihkan rumah, memasak, mencuci, dan menyetrika. Itu semua perkara mudah bagi Minghao. Ia sudah sering membantu ibunya untuk melakukan semua itu. Lagipula untuk sekarang, pekerjaan itu tidak terlalu berat. Apartemen Junhui tidak sebesar rumahnya, pakaian mereka tidak terlalu banyak, mereka hanya dua orang.
Kalau untuk berbelanja, Junhui selalu bersedia untuk mengantarnya. Mereka berdua selalu berbelanja bulanan bersama, sekalian menentukan apa yang ingin dimasak.
"Udah selesai. Kakak berangkat sekarang ya? Kamu hati-hati, kalo ada apa-apa, kabarin kakak." Minghao mengangguk. Ia mengikuti Junhui yang berjalan menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug (JunHao GS) ✔
FanfictionMinghao harus rela kehilangan masa depannya dalam semalam. Kejadian pada malam 'itu' mengundang beberapa masalah lainnya, hingga tiba-tiba Junhui datang menawarkan sebuah bantuan dengan alasan CINTA. JunHao GS Xu Minghao GS