Setelah kepergian Minghao, Junhui sempat terpuruk selama berbulan-bulan. Ia bahkan enggan melihat wajah anaknya setelah Minghao dimakamkan. Ia mengunci pintu apartemennya rapat-rapat dan membiarkan anaknya dirawat oleh kedua orang tua Minghao.
Karena Junhui tak kunjung memberikan nama untuk anaknya, baba Wen mengajukan diri untuk menggantikan Junhui. Ia memberikan nama untuk anak Junhui dan Minghao.
Wen Jierui.
Junhui sudah mencoba ikhlas setelah 3 bulan kepergian Minghao. Selama itu, dia mengurung diri di apartemen. Benar-benar tepat selama 3 bulan. Karena besoknya, pagi-pagi sekali, Junhui sudah berada di depan rumah keluarga Xu, dan berkata.
"Pa, Ma, maafkan Jun. Sekarang, biarkan Jun merawat anak Jun."
Tentu saja tidak semudah itu bagi Junhui untuk mengambil kembali Jierui. Papa Xu menghadiahkan 2 pukulan di pipi dan perut Junhui, lalu mama Xu memberikan 1 tamparan keras di pipi.
Sekarang, usia Jierui sudah nyaris 2 tahun. Dia sudah lancar berjalan dan berlari. Badannya gembul dan sehat. Mata dan mulutnya sangat mirip dengan Junhui, namun suara tawanya nyaris seperti Minghao. Menggemaskan.
"Jie jagoan baba, ayo bangun! Kamu harus mandi dan berangkat sekolah." Junhui mencubit ringan pipi-pipi tembam milik sang anak. Jierui mengerang kecil, ia bergoyang-goyang berusaha menyingkirkan tangan babanya dari pipi tembamnya.
"Hei ayo bangun. Kalo Jie nggak bangun juga, nanti Baba tinggal di sini. Biarin Jie di apartemen sendirian, Baba tinggal bekerja." Junhui belum menyerah. Ia masih berusaha membujuk sang anak untuk bangun, ya walaupun sedikit ditambah dengan ancaman.
"Babababaaa..."
"Apa sih bababa terus? Ayo bangun sekarang!" Junhui langsung membawa anaknya ke dalam gendongan. Membawa Jierui yang justru asik memeluk leher babanya ke kamar mandi.
Junhui sudah menyiapkan air hangat sedari tadi. Jadi ia dengan sigap melepas seluruh pakaian Jierui dan mulai memandikannya.
Jierui sempat menangis saat babanya menyiramnya dengan air hangat. Ia tidak terima acara tidurnya diganggu, walaupun pada akhirnya ia asik dengan bebek karet dan bola kecil di bak mandinya.
Setelah memandikan Jierui, Junhui segera memakaikan pakaian dan menyuapi anaknya dengan makanan dan strawberry kesukaan Jierui. Tak lupa ia menyisakan buah-buahan dan camilan ke dalam kotak bekal pororo milik anaknya.
"Nyam...nyam...nyam..." Jierui menyantap makanannya dengan tenang. Ia memakan makanannya sendiri karena setiap kali Junhui ingin menyuapinya, ia selalu menolak.
"Jie, baju kamu kotor. Baba harus ganti bajumu." Junhui meninggalkan anaknya sendirian di kursi makannya. Ia beranjak menuju kamar untuk mengambil sepasang pakaian milik Jierui.
Anaknya itu memang sangat berantakan saat makan. Hal itu membuat Junhui menyerah untuk memcuci pakaian sendiri, mau tak mau ia menerima jasa laundry.
"Udah. Ayo kita berangkat." Junhui merapikan rambut Jierui yang sedikit berantakkan dengan sisir, "pakai tasmu."
Jierui mengangkat kedua tangannya ke samping, membiarkan babanya memasangkan tas pororo di punggung kecilnya.
*****
Sekolah Jierui memang tidak terlalu jauh dari apartemen Junhui. Ia sengaja memilih itu agar mempermudahkannya jika tengah dikejar waktu. Di depan pintu masuk sekolah, guru Jierui sudah menunggu. Junhui mengecup kedua pipi tembam anaknya, ia memberikan senyuman hangatnya.
"Jangan nakal okay? Jie-nya Baba tidak boleh nakal. Sampai bertemu nanti." Junhui melepaskan pelukannya. Ia membiarkan Jierui memasuki sekolah dengan tangan yang sibuk melambai kepadanya.
Setelah mengantarkan Jierui ke sekolah, Junhui segera melajukan mobilnya ke kantor. Baba Wen sudah menghubunginya beberapa menit yang lalu agar segera ke kantor karena akan diadakan rapat.
Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit Junhui sudah memarkirkan mobilnya di depan kantor milik keluarganya. Ia keluar mobil dengan tangan yang menjinjing tas kerja berisi dokumen-dokumen penting. Kacamatanya sudah bertengger di hidung mancungnya, ia sudah siap untuk rapat.
*****
Hari ini pekerjaan di kantor cukup banyak hingga membuat Junhui lupa untuk menjemput Jierui. Ini sudah hampir petang, harusnya Jierui pulang satu jam yang lalu.
Junhui segera keluar dari ruang kerjanya. Ia menyampirkan begitu saja jas miliknya di lengan, dasinya sudah tak berbentuk, kemejanya sudah kusut.
Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju sekolah Jierui. Mulutnya sibuk bergumam, merapalkan doa agar sang anak baik-baik saja. Ia khawatir jika Jierui diculik.
Junhui segera turun dari mobilnya. Ia berlari masuk ke halaman sekolah, melihat sekitar mencari Jierui. Sekolah Jierui sudah sepi. Ya walaupun beberapa guru masih berkeliaran membersihkan kekacauan yang disebabkan murid-muridnya.
"Permisi Bu, Wen Jierui, di mana ya?" Junhui bertanya kepada salah satu guru yang melintas di depannya.
Guru itu tampak berpikir sebelum menjawab, "Ah Jierui. Ia tengah di taman samping, bermain dengan salah satu guru. Dan kenapa bapak baru menjemput jam segini?"
Junhui tersenyum kikuk, ia mengusap lehernya dan menjawab, "Ah itu, saya terlaku fokus dengan pekerjaan sampai lupa waktu. Kalau begitu, saya menemui Jierui sekarang. Terima kasih."
Junhui dapat melihat anaknya yang tertawa dengan riang sembari bermain ayunan dengan salah satu guru. Senyumnya merekah begitu mendengar tawa senang dari sang anak. Ia segera menghampiri Jierui.
"Jie!"
Jierui menoleh, ia menatap sang baba dengan penuh binar. Dengan semangat, Jierui berusaha turun dari ayunan yang lebih tinggi dari kakinya itu. Gurunya sengan sigap membantu, takut bila Jierui justru terjatuh.
"Hati-hati Jie."
"Babababa...." Junhui membawa Jierui ke gendongannya. Ia mengecup pipi anaknya karena gemas.
Setelah puas bercengkrama dengan anaknya, Junhui mengalihkan pandangannya kepada guru Jierui.
Ia mematung saat melihat wajah sang guru. Wajahnya sangat mirip dengan Minghao. Junhui tekankan sekali lagi, dengan MINGHAO.
"Akhirnya Bapak datang juga. Jie sudah menunggu dari tadi." Guru Jie tersenyum tipis, "kalo begitu, saya permisi dulu ya Pak."
Junhui mengerjap pelan saat guru Jie berniat pergi. Ia segera mencegahnya dengan meneluk bahunya pelan.
Guru Jierui menghentikan langkahnya, ia menatap Junhui seolah bertanya 'ada yang bisa dibantu?'
"Boleh saya tahu nama bu guru ini?" Junhui dengan ragu bertanya. Oh ayolah, ini terasa sedikit aneh.
"Ah tentu. Perkenalkan, nama saya Seo Myungho. Saya guru baru di sini."
END
Beneran End ya hehe
Masa ada prolog tapi nggak ada epoilog. So, ini aku kasih epilog.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug (JunHao GS) ✔
FanfictionMinghao harus rela kehilangan masa depannya dalam semalam. Kejadian pada malam 'itu' mengundang beberapa masalah lainnya, hingga tiba-tiba Junhui datang menawarkan sebuah bantuan dengan alasan CINTA. JunHao GS Xu Minghao GS