Sudah sebulan berlalu sejak peristiwa itu. Minghao sibuk dengan ujiannya dan tak pernah mengingat kejadian itu lagi. Ia perlahan mulai melupakan hal-hal buruk yang menimpanya. Ia harus bahagia.
Mamanya tentu senang melihat Minghao yang sudah mulai ikhlas. Walaupun hatinya juga terluka, tapi ia akan lebih terluka lagi jika melihat anaknya terpuruk. Ia tahu, Minghao sering menangis sendirian saat malam hari. Ia pun sama, ia selalu menangis saat mengingat apa yang menimpa sang anak. Ia merasa menjadi ibu yang buruk, tak bisa menjaga anaknya.
Melihat Minghao yang mulai bangkit, ia merasa sangat bersyukur. Ia harap Minghao bisa melupakan hal buruk itu dan mulai meraih kebahagiaannya.
Akhir-akhir ini nafsu makan Minghao bertambah. Biasanya gadis itu hanya makan 2 kali sehari, namun seminggu belakangan ia bisa makan 3 kali sehari ditambah dengan camilan dan lain sebagainya.
Mama Minghao heran. Ia takut apa yang ada di pikirannya itu menjadi kenyataan. Ia takut jika Minghao semakin terpuruk.
"Ma, mama punya mangga nggak? Hao pingin makan mangga." Minghao yang baru saja pulang dari sekolah menghampiri sang ibu yang tengah sibuk menyiapkan makan malam. Mamanya heran, tumben sekali Minghao mencari buah.
"Tumben? Biasanya kamu nggak terlalu suka mangga." ujarnya mamanya. Tapi mamanya masih tetap melangkah menuju lemari es, mengambil buah mangga, mengupasnya, memotongkan kecil-kecil dan memberikannya kepada Minghao.
"Ini." Ia memberikan sepiring buah mangga yang sudah dipotong. Minghao menerimanya dengan senang hati.
"Makasih mama. Hao bawa ke kamar ya?" Mamanya mengangguk. Minghao mulai pergi dari dapur menuju kamarnya. Senyumnya tak hilang dari bibirnya. Entah kenapa, hari ini moodnya sedang baik. Ia merasa bahagia.
Ia meletakkan sepiring mangga itu di meja belajar. Meletakkan tas dan mulai melepas seragamnya. Hah melelahkan, hari ini cukup melelahkan bagi Minghao. Rasanya di luar sangat panas, jadi ia tak heran jika seragamnya basah karena keringat.
Minghao mengganti seragamnya dengan baju rumahan. Duduk di meja belajar dan mulai bermain ponsel. Sesekali ia melahap sepotong buah mangga yang sudah disiapkan atau menenggak segelas air putih yang selalu disediakan mamanya di kamar.
Ia sedang istirahat sebelum nanti malan harus mulai belajar untuk ujian. Minggu depan ia ujian nasional. Itu artinya, waktunya di sekolah tinggal beberapa minggu lagi.
Berselancar di Internet memang hal yang paling menyenangkan. Minghao asik membuka sosial medianya, melihat postingan teman-temannya dan terkadang mengomentari. Hingga sebuah berita muncul di berandanya.
Aku hamil di luar nikah saat smp.
A thread.
Minghao mati-matian menelan salivanya. Kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak? Dengan rasa penasaran, ia mulai membaca rentetan kalimat itu.
Membaca kata demi kata, mengamatinya dan memahaminya. Sampai sebuah paragraf mengganggu pikirannya.
Nafsu makanku mulai tidak jelas. Aku yang awalnya dapat mengontrol nafsu makanku, maka saat itu semuanya entah kemana. Aku suka makan, apalagi makanan yang masam. Aku mulai mual setiap pagi, badanku sangat lemas. Dan aku mulai ingat, aku terlambat datang bulan.
Tangan Minghao bergetar. Ia mulai mengingat dirinya seminggu belakangan. Seungkwan sering menegurnya yang tak henti-hentinya mengemil. Lalu baru saja ia meminta mangga kepada mamanya, padahal ia tak terlalu suka mangga. Lalu....sial, Minghao terlambat datang bulan.
Matanya terbelalak. Dirinya mulai panik. Sebagian dari pikirannya menyuruhnya untuk tenang. Minghao melihat kalender di meja belajarnya, seharusnya ia datang bulan 2 minggu yang lalu. Ia telat 2 minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug (JunHao GS) ✔
FanficMinghao harus rela kehilangan masa depannya dalam semalam. Kejadian pada malam 'itu' mengundang beberapa masalah lainnya, hingga tiba-tiba Junhui datang menawarkan sebuah bantuan dengan alasan CINTA. JunHao GS Xu Minghao GS