Pernikahan

2.7K 276 14
                                    


Sesuai rencana, Junhui dan Minghao melaksanakan pernikahan setelah Minghao menyelesaikan ujiannya. Pernikahannya berjalan dengan sederhana, tanpa pesta. Hanya ada upacara sakral di Gereja.

Pernikahan keduanya hanya dihadiri oleh keluarga mereka. Ayah Junhui memilih pulang sejenak demi menghadiri pernikahan putra tunggalnya. Mungkin banyak yang berpikir dia aneh. Orang tua macam apa yang membiarkan anak satu-satunya menikahi seorang yang hamil di luar nikah, ditambah wanita itu hamil bukan karena anaknya. Tapi dia tidak peduli. Ia percaya kepada anaknya. Anaknya tidak mungkin mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Ia yakin, Junhui sudah memperhitungkan segalanya.

Begitu pula dengan mama Junhui. Wanita berusia nyaris setengah abad itu terus menampilkan senyuman terbaiknya. Wajahnya yang awet muda itu dipoles dengan riasan tipis namun elegan. Ia menggunakan gaun simple yang sangat pas di tubuhnya.

Walaupun awalnya ia sedikit tak menyetujui pernikahan ini, akhirnya ia sadar bahwa ini pilihan anaknya. Sebagai orang tua, tak seharusnya ia terlalu mengatur pilihan sang anak. Ia hanya perlu mengingatkan dan menasehati. Hal itu dilakukan untuk mencegah sang anak memilih jalan yang salah.

Junhui terus berjalan di samping Minghao. Tangannya menggenggam jemari lentik Minghao. Tubuh tegapnya dibalut dengan setelan jas simple. Sementara Minghao, wajahnya dipoles dengan riasan yang natural dengan gaun yang serasi dengan jas yang tengah digunakan Junhui.

Kedua orang tua Minghao tak berhenti menebar senyum bahagianya. Setidaknya, Minghao tak mendapatkan suami yang salah. Mereka yakin itu. Mereka percaya kepada Junhui.

"Setelah ini, kalian mau langsung ke apartemen?" Baba Junhui bertanya sesaat setelah upacara pernikahan selesai. Ia menatap putranya dengan tatapan penuh tanya.

Junhui mengangguk, "Rencananya sih gitu Ba. Jun kemarin udah sempet mindahin beberapa baju Minghao ke sana."

Mama Minghao menatap putrinya dengan tatapan tak ikhlas. Oh ayolah, haruskah ia melepaskan putrinya secepat ini? Perasaan baru kemarin Minghao bisa jalan, kenapa sekarang dia sudah menikah saja?

"Mama jangan natap Hao gitu ah. Hao jadi nggak mau pergi kan." Minghao merengek kecil. Ia melepas tautan tangannya dengan Junhui dan beralih memeluk sang ibu.

Semua yang melihatnya terkekeh kecil. Gemas melihat Minghao yang merengek seperti itu. Dia terlihat seperti bocah berusia 5 tahun yang dilarang makan es krim oleh ayahnya dan mengadu ke sang ibu.

"Sudahlah Ma. Biarin Minghao pergi. Toh Minghao juga bakalan sering ke rumah buat main. Iyakan Jun?" Papa Minghao mencoba untuk menenangkan istrinya yang mulai menangis. Ia menepuk pundak sang istri yang masih setia dipeluk Minghao.

Junhui mengangguk, ia menunjukkan kedua jempolnya. "Tentu Pa."

"Sudah, sudah. Lebih baik sekarang kalian bersih-bersih, ganti baju. Dan Minghao, kamu benahin lagi barang-barang yang mungkin kamu butuhin nanti." Minghao mengangguk, menuruti perintah mama mertuanya. Ia melepaskan pelukannya.

Mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Junhui dan Minghao harus ke rumah Minghao terlebih dahulu untuk bersih-bersih dan bersiap ke apartemen.

*****

"Kak, di apartemen kakak ada dapurkan?" Minghao bertanya saat dirinya sedang sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus.

Junhui yang tengah membantu Minghao mengangguk kecil. "Iya ada, kenapa hm?"

"Kalo gitu nanti sekalian mampir ke supermarket aja. Beli bahan makanan."

"Boleh. Nanti kita mampir ke sana." Junhui menepuk pundak Minghao pelan. Bermaksud mengalihkan perhatian Minghao dari barang-barangnya ke arahnya." Ini buku-bukunya masih kepake nggak?"

Hug (JunHao GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang