Setelah mengantar Minghao berangkat ke sekolah. Junhui kembali ke rumah Minghao. Ia memutuskan untuk meminta restu hari ini juga. Terlalu cepat memang. Tapi tak apa, Junhui yakin ini yang terbaik.Setelah menikah dengan Minghao, Junhui berencana untuk tinggal di apartemen yang telah diberikan babanya untuk Junhui. Apartemen itu berada di dekat kampus Junhui. Jadi Junhui bisa lebih mudah untuk pulang pergi saat kuliahnya sudah dimulai.
Ia mengetuk pintu rumah Minghao dengan tenang. Ya sedikit gugup sih, namun ia optimis bisa meyakinkan orang tua Minghao untuk menikahi anak mereka.
Pintu rumah Minghao dibuka oleh mamanya. Junhui membungkuk singkat sebagai bentuk salam. Mama Xu mempersilakan Junhui untuk masuk.
Junhui duduk di sofa ruang tamu, ditemani papa Xu yang hari ini tengah libur dari kantornya. Junhui mengobrol kecil dengan papa Xu sembari menunggu mama Xu selesai dengan minuman dan camilan.
"Nah Junhui, ini diminum ya." mama Xu meletakkan segelas teh hangat di depan Junhui. Junhui menganggik dan tersenyum tipis.
"Jadi, ada apa ini Jun? Tumben kamu ngajak kita ngobrol gini, biasanyakan ngajak ngobrolnya kalo ada Minghao. Ini Minghaonya masih sekolah." papa Xu memulai pembicaraan utama. Mama Xu yang duduk di sampingnya mengangguk menyetujui.
Junhui yakin, orang tua Minghao belum tahu mengenai kehamilan Minghao. Ia sudah menanyakan ini semalam lewat telepon, dan ia sudah meminta ijin Minghao untuk mengatakannya hari ini.
"Begini Pa,Ma. Kalian sudah tahu kalo Minghao....hamil?" tanyanya ragu. Telapak tangannya sudah basah karena keringat. Dia gugup.
Mama Xu membelalakan matanya, juga papa Xu yang terlonjak kaget. Mereka menggeleng secara bersamaan. "Maksud kamu, apa Jun? Minghao...hamil? Jangan bilang karena..."
Junhui mengangguk. Ia tahu ini berat, tapi ini kenyataannya. "Saat Jun ketemu sama Minghao. Minghao masih berdiri di depan apotek buat beli test pack. Malamnya, saat Jun main ke sini. Mama ingat kan?" Mama Xu mengangguk. Tentu ia ingat, betapa senangnya ia waktu itu karena dapat kembali bertemu dengan Junhui.
"Malam itu, Minghao baru aja ngetes pakai test packnya. Hasilnya positif. Minghao sudah ceritain semuanya ke Jun. Besoknya, saat Jun nganter Minghao berangkat dan pulang sekolah. Kita mampir dulu ke rumah sakit untuk periksa. Dan dokter bilang, usianya jalan tiga minggu." Junhui memberikan foto usg yang didapatkannya dari dokter kepada orang tua Minghao.
Mama Xu menerimanya dengan tangan bergetar. Benarkah ini? Ia menatap foto itu dengan lekat. Matanya buram, air matanya jatuh begitu saja. Ia menangis tanpa suara.
Papa Xu terlihat menahan emosinya. Junhui paham. Ia juga pasti akan seperti itu jika anaknya mengalami hal buruk seperti yang menimpa Minghao.
"Jun, terima kasih karena kamu sudah mau memberitahukan ini kepada kita. Papa yakin, Minghao tidak akan berani jujur." Junhui mengangguk. Memang benar, Minghao selalu bilang kalau ia takut. Ia takut mengecewakan kedua orang tuanya.
"Oleh karena itu Pa,Ma. Jun berniat meminta ijin untuk menikahi Minghao." Junhui menatap orang tua Minghao bergantian. Tatapannya penuh dengan permohonan.
Mama Xu menutup mulutnya dengan tangan tak percaya. Kenapa Junhui mau bertanggung jawab. Ini jelas bukan salah Junhui.
"Atas dasar apa kamu memilih keputusan itu? Kamu tahukan, ini bukan salah kamu." Papa Xu memulai interogasi. Ia menatap Junhui dengan tajam.
"Jun sayang sama Minghao Pa. Jun nggak suka lihat Minghao seperti waktu itu. Hati Jun sakit lihatnya."
"Junhui, kamu sadarkan dengan keputusan kamu?"
"Seratus persen sadar, Pa. Junhui sudah memikirkan ini matang-matang. Jun harap, Papa dan Mama memberikan Jun restu untuk menikahi Minghao." Orang tua Minghao terdiam. Ia nampak memikirkan ucapan Junhui.
"Apa kamu sudah membicarakan ini ke kedua orang tuamu Jun?"
"Sudah Pa, mereka berdua sudah memberikan Jun restu. Sekarang, Jun perlu restu dari kalian berdua. Kalo kalian memberikan Jun restu, Jun akan menikahi Minghao secepatnya dan mungkin, Jun akan mengajak Minghao tinggal di apartemen Jun." Jelas Junhui panjang lebar. Orang tua Minghao benar-benar bingung saat ini. Baru saja mereka mendapatkan fakta bahwa anaknya hamil, sekarang ia harus rela membiarkan anaknya untuk menikah.
"Gimana menurut Mama?" Papa Xu bertanya kepada mama Xu yang masih saja menangis. Matanya memerah, persis seperti mata Minghao saat sedang menangis.
Mama Xu mengangguk, "Mama merestui mereka."
Junhui tersenyum senang. Terima kasih Tuhan, Kau membuat ini berjalan dengan lancar.
Papa Xu tersenyum tipis penuh wibawa, "Kalo begitu, Papa juga merestui kalian. Jaga Minghao baik-baik Jun. Papa percayakan Minghao ke kamu."
"Baik Pa, Ma. Secepatnya, Junhui akan menikahi Minghao. Junhui akan mengurus segalanya sekarang juga. Junhui janji."
Junhui harap, semuanya menjadi lebih mudah.
Junhui harap, mereka berdua akan bahagia.
Tbc...
Uwaw kegabutanku benar-benar keterlaluan.
Maaf ya nyampah di notifikasi kalian 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug (JunHao GS) ✔
Fiksi PenggemarMinghao harus rela kehilangan masa depannya dalam semalam. Kejadian pada malam 'itu' mengundang beberapa masalah lainnya, hingga tiba-tiba Junhui datang menawarkan sebuah bantuan dengan alasan CINTA. JunHao GS Xu Minghao GS