16

1K 88 23
                                    

"Menangis lah, jika itu bisa membuat jauh lebih tenang. Menangis lah, walau kau tau segala nya tak akan kembali seperti semula."
~unkwon.

***

Hari ini, seperti biasa sekolah ku mengadakan acara halal bi halal dalam rangka menyambut ramadhan. Semua datang mengenakan pakaian muslim sesuai yang diperintahkan guru guru, acara dimulai dengan pidato singkat, pengumuman liburan, tadarus bersama, muhasabah, dan terakhir saling ber maaf maaf an.

Sepanjang acara pikiran ku melayang entah kemana, bahkan aku hampir tidak menyimak alur acaranya.

"Riri! Ayo baris." Suara Annisa menyadarkan ku dari lamunan.

"Eh, iya iya ayo."

Semua pun berbaris, dimulai dari Guru-guru, lalu senior dan yang berjalan untuk bersalaman dimulai dari junior. Selesai acara aku langsung buru-buru pamit pulang duluan.

"Yailah ri mau kemana si buru²amat, ayo maen dulu." Cegat Lisna.

"Duh Lis gabisa nih gua ada urusan."

"Makan bentar doang aja ri, di traktir Febri tuh." Jawab Lia masih membujuk.

"Nah bener tuh kata... Eh apaan dah ko di traktir gua?!" Semua tertawa tapi aku tidak, rasanya senyum pun sudah malas apalagi tertawa.

"Lu kan aja paling banyak feb jajannya. Traktir lah sekali kali itung² pahala." Bujuk Linda ke Febri.

"Ck, yauda yauda, baik nih gua sama kalian."

"Sorry banget guys gua gabisa ikut ya, gua harus pulang." Pamitku lagi.

"Ayolah ri, terakhir loh. Besok kan udah puasa. Lagian ada apa si? Kaya nya buru buru banget."
Cegat Lia lagi, aku mulai bingung bagaimana caranya aku bisa pulang sekarang.

"Ya ga ada apa apa si..."

"Nah yauda ayo ikut, makan gratis loh." Kata Dianti dengan nada semangat, teman teman ku memang seperti itu kalau soal traktiran, aku juga. Tapi hari ini rasanya tidak semangat.

"Ih tapi..."

"Udah ayo ri, ga ada lu ga asik." Kata Rangkul Reina.

Yasudah lah, lagipula tidak ada salahnya. Biar bagaimana pun urusan hati tidak boleh sampai merusak pertemananku dengan mereka. Walau sebenarnya pikiran ku masih menuju ke arah sana.


S K I P


Jam sudah menunjukan pukul 16.37, dan aku masih bersama teman²ku. Tak henti²nya aku melihat ke jam tangan ku dengan wajah cemas,

"Lu kenapa si ri? Gelisah amat." tanya Dianti

"Tau nih riri, kenapa? Ada sesuatu?" tanya Lia ikut penasaran.

"Kalian tau kan, gua punya temen 'itu'?"

"Yang mana nih? Kan 'temen' lu banyak ri." Sahut Putri.

"Yang cowo itu loh." Semua seakan langsung paham maksudku.

"Ohh, kenapa dia?" Tanya Linda penasaran.

"Kan besok puasa, kalian tau lah kalo 'yang kaya gitu' di gimana in." Mereka pun langsung mengerti dan paham penyebab kegelisahan ku itu apa.

"Yauda mending sekarang balik aja deh yuk, udah sore juga." Ajak Annisa dan langsung di iya kan oleh yang lain.

"Riri mau gua anter ga?" Tawar Reina.

"Boleh deh, biar cepet sampe."

Kami semua berpamitan dan langsung berangkat kerumah masing masing.

"Ayo ri."

Aku di antar Reina naik motor agar lebih cepat sampai, dan kebetulan rumah kami tak terlalu jauh. Aku masih terus memandangi jam tangan untuk melihat jam berapa sekarang dengan wajah cemas, sesekali aku menegur Reina agar lebih cepat karena aku harus sampai sebelum adzan maghrib.

"Ren cepet ren..."

"Sabar ri ini udah ngebut."

Setelah agak lama diperjalanan akhirnya aku sampai dirumah, aku buru²membuka gerbang dan masuk kerumah, bahkan aku lupa pada Reina.

"Oiya, Ren makasih!" Teriak ku dari dalam, dia menjawab tapi tak aku hiraukan. Aku buru²lari masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum." Aku hanya memberi salam lalu tergesa gesa naik ke kamar ku.

"Waalaikumsalam, ri kamu mau ngapain buru²gitu?" Tanya mamah ku yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Ga mah, ga ngapa ngapain." Jawabku berteriak sambil terus berjalan.

Tiba depan pintu kamar aku langsung membuka dan melihat ke sekeliling.

Tidak ada apapun. Kosong, bahkan kamar ku terasa lebih hampa dari sebelumnya.

Ku lihat jam dinding, jam masih menunjukan pukul 17.05, apa yang salah? Aku tidak terlambat kan? Jam nya pun tidak rusak. Lalu kemana dia pergi? Kenapa dia pergi lebih awal tanpa berpamitan lebih dulu?

Pertanyaan pertanyaan itu terus muncul di pikiran ku, rasa bersalah mulai berdatangan, aku menjatuhkan tubuhku ke kasur, memendam wajah di bantal lalu menangis sejadi jadinya.

Kenapa si se cepet ini? Kenapa si harus sekarang? Kenapa waktunya harus ga tepat?

"Hah dasar, ditinggal bentar aja udah nangis segitunya. Gimana nanti ditinggal sebulan."

Aku tertegun mendengar suara itu, aku langsung mendongak untuk melihat benar atau tidaknya.

"Ikeh?..."

Kepincut Hantu GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang