02. Diam-diam suka ☀

295 36 153
                                    

"Sampai detik ini setidaknya aku tahu bagaimana rasanya mencintai dalam diam, memendam perasaan rindu sendirian."

☀☀☀

                Satya mengendarai motornya, dengan kecepatan tinggi. Kendaraan itu melesat membelah jalan kota yang lumayan ramai.  Pikiran Jingga panik gadis itu gemetaran keringat pun mulai bercucuran.

Jika sudah bosan hidup dan pengen ninggoy jangan mengajak anak orang sebab gadis itu masih jomblo dia masih ingin hidup lebih lama. Walupun dia tidak mengerti perannya di dunia ini apa? Mungkin hanya sebagai figuran semata. Namun tak apa Jingga tatap bahagia.

"Kak Satya ingin kita meninggal hah? Please jangan ngebut mengendarai motornya aku mohon, bahaya tahu!" tak habis pikir Satya bukan hanya mengendarai motor sangat kencang, tatapi suka ngerem mendadak.

Jederrrrrrr!!! Kepala Jingga terbentur helm.

Entah tujuannya itu agar cepat sampai tujuan? Atau malah ingin modus agar Jingga memeluk tumbuhnya?

Sikap Satya Reza Samudra, memang sulit untuk dipahami.

"Dek Jingga manis kalau kita mati bukankah romantis?" tanya Satya dengan nada menggoda. Bukannya baper Jingga malah ingin memukul kepala Satya.

"Romantis darimana kakak? Aku masih jomlo. Aku belum mau meninggal, kasihan Kak Alfian dan Hanna nanti mereka merindukanku."

"Romantis tau kita mati berdua jiahh cinta sehidup semati.  Btw lo jomlo? Kalau gitu mau tidak jadi pacar kedua gue?"

Jingga sangat senang Satya mengatakan hal itu, entah  serius atau bercanda hatinya tetap berbunga . Bagi Jingga menjadi yang kedua atau cadangan tak masalah, asal Satya terus bersamanya. Hanya saja Jingga masih punya jati diri, ia tak ingin di cap sebagai perempuan perusak hubungan orang.

"Tidak mau!" Entah mengapa hati Satya sedih, karena ia berharap Jingga menerima cintanya.

Kisah yang memilukan, ketika dua insan saling mencintai. Namun enggan mengungkapkan perasaan hanya karena gengsi semata.

"Kenapa?" Harapan agar Jingga bersamanya, kini semakin sempit. Satya merasa Jingga bukanlah tipe perempuan yang gampang meleleh. Padahal saat melihat Satya tersenyum saja Jingga sudah merasa jadi orang paling bahagia di dunia.

"Aku tidak mau dibilang perebut pacar orang, Kakak." Jingga sangat ingin memperjuangkan cinta, namun ia sudah terhampar kenyataan. Dirinya bukanlah gadis cantik maupun cerdas, Satya itu terlalu emas buat Jingga yang hanya serbuk marimas.

Patah hati karena tidak bisa memiliki itu lebih baik, daripada berjuang tatapi terbuang dan tidak pernah dihargai.

"Gue, cuma bercanda Jingga, lagipula satu pacar sudah membuat kepala gue pusing."

Hanya bercanda katanya hati Jingga tersayat-sayat mendengar kata-kata cowok itu. Jingga sudah menduga bahwa Satya tidak akan pernah bisa bicara serius.

"Hm sudahlah kak Satya bercandanya tidak lucu, hm ... sebetulnya kakak mau bawa aku kemana sih?"

"Hah! lo ngomong apa sih." Satya tidak mendengar ucapan Jingga.

Fall In Love In Silence ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang