Nendra POV
Setelah curhat sama diandra, bebanku seakan terangkat. Aku juga memikirkan kata-katanya. Dia bilang dengan enteng " klo memang cinta ya usaha dong. Masak nunggu aja!".
Aku bertekad akan berjuang, aku akan memperjuangkan olivia kembali. Seperti apapun aku yakin dia masih punya perasaan yang sama sepertiku.
Aku langsung pesan tiket pesawat untuk besok pagi. Aku tau dari orang kepercayaanku klo olivia sekarang bekerja diperusahaan fabian.
Sebenarnya hampir putus asa juga saat tahu klo olivia memilih bekerja dengan fabian. Tapi kata-kata diandra kembali terngiang " selama janur kuning belum melengkung maka, lengkungkanlah!"
Aku tersenyum mengingat pesannya. Menunjukkan betapa ambisiusnya dia sebagai wanita.
Aku tiba dijakarta siang hari. Aku langsung menuju kantor fabian. Aku memberitahu pada resepsionis bahwa aku mencari olivia dan beruntung dia ada dan mau bertemu. Meskipun aku harus berbohong sebagai klien nendra.
Melihatnya keluar dari lift membuat jantungku berdetak lebih kencang. Begitu dia tahu klo aku yang mencarinya, dia langsung berbalik hendak masuk kedalam lift dan sebelum lift menutup aku sudah ikut masuk didalamnya. Kami hanya berdua didalam lift fan ini sangat menguntungkanku.
" livi, aku ingin bicara" ucapku
" tidak ada yang perlu dibicarakan lagi!" Jawabnya ketus. Saat pintu lift hampir terbuka aku buru-buru menutupnya lagi dan memilih turun. Jika aku tidak bisa mengajaknya dengan baik-baik maka aku akan memaksanya
" jangan macam-macam dane!" Pekiknya saat aku memojokkan tubuhnya dilift.
" kamu bahkan masih menyebutku dengan panggilan sayangmu livi, kita bicara diluar. "
" klo aku menolak!" Jawabnya sambil mengangkat wajahnya menantangku.
Oke lets play sweetheart.
" aku akan menciummu disini bahkan sampai lift ini terbuka. Aku tidak peduli biar semua tau kamu milikku!"
" oke we need to talk" ucapnya pasrah.
Kami berjalan beriringan menuju mobilku dan berhenti di cafe yang dia mau. Setelah pesanan kami datang aku baru mulai berbicara
" so, livi kenapa kamu harus sembunyi dariku?"
" aku sembunyi? Haha kenapa aku harus sembunyi darimu!"
Ucapan dan nada bicaranya membuatku seakan ingin langsung menciumnya. Bagaimana kalimat semenyakitkan itu dijawab dengan nada meremehkan.
" entahlah. Tapi kamu menghilang dan aku tidak bisa menemukanmu livi. Aku sangat cemas" ucapku sungguh-sungguh
" cemas untuk apa? Tidak ada yang perlu dicemaskan. Aku baik-baik saja bahkan setelah malam itu!"
Malam jadi kami memang melakukannya dan dia memilih pergi begitu saja.
" jadi maksudmu malam itu kita. Kamu dan aku melakukannya?" Ulangku
" huh, lupakan. Sekarang aku sudah tidak ada urusan denganmu lagi. Anggap kita tidak saling kenal" ucapnya kemudian beranjak pergi.
Aku mengejarnya, tidak akan kibiarkan dia pergi lagi. Semua ini belum selesai, tanpa pikir panjang aku menarik tangannya dan sontak membuatnya menghadapku dan tanpa pikir panjang aku menciumnya. Tidak peduli ini didepan pintu atau banyak orang yang melihat. Awalnya dia hanya diam. Aku sudah siap dimaki atau parahnya ditampar tapi yang mengejutkan dia membalas ciumanku. Kami melepaskan ciuman saat kami butuh asupan oksigen. Dan langsung disambut riuh tepuk tangan para pengunjung dan samar-samar aku mendengar lagu way back into love dimainkan live. Dan semburat rona merah menghiasi wajah livi.
KAMU SEDANG MEMBACA
more than word (Completed)
Romanceaku bagai punuk merindukan bulan - diandra putri wijaya- taukah kau aku begitu ingin memilikimu karena aku mencintaimu - febian putra fernando-