pertemuan

288 7 2
                                    

Diandra POV

Jangka waktu kontrak magangku hanya satu tahun. setelah ini aku tidak tau akan diperpanjang atau tidak. dan hari ini adalah penentuannya. aku dipanggil keruang kepala SDM yang namanya pak alex .

Beliau umurnya satu tahun diatasku. dia merupakan bujangan paling diminati di kantor ini. selain itu dia juga masih keponakan dari pemilik perusahaan ini. itu cerita yang aku dengar dari orang orang. dulu yang menerima aku magang disini bukan dia tetapi wakilnya karena saat itu dia sedang keluar kota. jadi aku baru bertemu dengannya hari ini. karena posisi, jabatan dan lantai gedung yang berbeda membuat aku sama sekali tidak tau seperti apa wajah dari pak alex ini. dengan perlahan aku ketuk pintu ruangannya setelah terdengar jawaban dari dia aku langsung masuk.

Demi apapun yang ada disini. memang benar ucapan para penggosip itu. beliau adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan tuhan. dengan wajah imut khas kekanakan tapi dibalut dengan busana yang rapi dengan sorot mata tegas dan lembut. benar benar mencerminkan seseorang yang most wanted.

" maaf pak saya diandra yang anda panggil tadi"

" jangan terlalu formal diandra. silahkan duduk"

aku duduk dikursi dihadapan beliau dengan hati yang tidak karuan. bukan karena ketampanannya tapi karena nasibku akan ditentukan disini sekarang. apakah aku akan terus bekerja atau aku akan diberhentikan.

" diandra, sebenarnya tidak ada bagian yang kosong diperusahaan ini. saya minta maaf, sebenarnya anda sangat berprestasi tapi tidak ada tempat kosong. jadi.."

" saya mengerti pak." ucapku sambil tertunduk. " klo begitu saya.."

" sebenarnya ada lowongan menjadi asisten dari wakil direktur yang baru disini. tapi dia agak sulit menerima orang. jadi jika dia bersedia aku akan menghubungi anda"

" terima kasih pak. saya permisi"

" sebentar, saya sepertinya pernah melihat kamu?"

" mungkin bapak salah orang. saya permisi pak"

Dengan berat hati aku meninggalkan ruangan pak alek. baru saja aku akan membuka pintu tapi dorongan dari bagian luar pintu membuatku terjedot pintu.

siall,,,

kenapa sih harus begini. akhirnya dengan tertunduk aku meninggalkan ruangan dan si pembuka pintu sialan itu tanpa ada permintan maaf darinya dan malah aku yang meminta maaf.

setelah memasuki lift dan aku hanya sendirian didalamnya. aku menangis, bukan karena sakit dikepalaku tapi lebih kepada bagaimana aku akan bilang kepada bunda bahwa aku akan menganggur lagi. pasti bunda akan kesulitan membiayai kehidupan kami. hufft aku keluar kantor dan memilih berjalan sepanjang trotoar tanpa tujuan.

Fabian POV

pagi ini hari pertama masuk kerja. aku berangkat agak siang. aku keruangan daddy dan daddy menunjukkan ruanganku sendiri yang berada dilantai atas. aneh? ngga juga deddyku tau aku menyukai pemandangan dari ketinggian jadi meskipun aku wakil direktur ruanganku ada dilantai teratas.

aku memasuki ruangan yang dibilang sama deddyku benar benar sesuai dengan harapanku. dominasi warna coklat tua berpadu dengan gading. membuat suasana hangat seperti dirumah. tapi ada satu yang kurang yaitu asisten merangkap sekertarisku.

sudah banyak cv yang ditunjukkan deddy kepadaku. tapi aku sama sekali tidak ada yang sreg. terlalu menor, terlalu tua, terlalu menggoda dan banyak alasan yang kubuat untuk deddy. sampai deddy akhirnya bilang ada satu orang anak magang disini. yang kata deddy dia sangat pintar dan sangat mengerti serta paham akan tugasnya namun sayangnya tidak ada lowongan yang tersedia di seluruh devisi didepartemen yang ada.

more than word (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang