"Apa katanya? " tanya Kinara.
Benaya masih menempelkan ponselnya di telinga, menunggu jawaban dari Sheya yang tak kunjung mengangkat panggilan. Membuat Kinara bertanya sekali lagi.
"Sheya masih belum angkat telpon?" tanya Kinara di samping Benaya, Benaya memalingkan pandangan keluar.
"Lo mau sarapan dulu nggak? " tanya Benaya saat matanya mendapati penjual bubur ayam keliling.
Kinara menggelengkan kepala, "Kara nggak lapar, "
Benaya menarik Kinara keluar dari mobil, "Makan nggak perlu nunggu lapar, lo bisa sakit kalo nggak sarapan! " ujar Benaya lalu memesankan bubur ayam untuk Kinara.
Kinara duduk manis di bangkunya, ia menunggu bubur ayamnya jadi dan sesekali melihat kedalam gerobak penjual.
"Bena, bapak itu nggak jual sate telur puyuh ya? " tanya Kinara tanpa mengalihkan pandangan kearah Benaya. Benaya mencolek bahu Kinara agar menghadap ke arahnya.
Kinara terkesiap saat menemukan beberapa tusuk sate telur puyuh ada di depan matanya, Benaya memberikan mangkuk berisi bubur ayam kepada Kinara.
Kinara memakan sate telur puyuhnya dengan lahap, membiarkan uap bubur ayam yang masih mengepul mengenai wajahnya dengan hangat.
"Enak nggak? " tanya Benaya saat melihat Kinara yang kini sangat lahap memakan bubur ayam nya.
"Ini enak bangettt!! " jawab Kinara tidak terdengar jelas karena makanan telah memenuhi mulutnya.
"Katanya gak lapar? " tanya Benaya melihat Kinara yang sedang menyantap makanannya dengan penuh semangat.
"Kata siapa Kara kenyang? " Kinara balik bertanya. Benaya hanya ber-Oh ria menanggapi pertanyaan Kinara. Kinara melayangkan sendok nya di depan mulut Benaya. Kinara menyuruh Benaya untuk membuka mulutnya.
"Aaaa, " titah Kinara saat menyuapi bubur ayamnya. Benaya membuka mulut dan merasakan bubur ayam yang Kinara berikan. Rasanya sangat enak, apalagi Kinara yang menyuapinya, membuat rasa bubur itu bertambah spesial karena ada orang spesial di sampingnya.
"Dasar cantik, " gemas Benaya sembari mengacak puncak kepala Kinara. Kinara yang diperlakukan seperti itu bukannya senang justru menatap Benaya dengan tatapan membunuh karena Benaya sudah menganggu waktu makannya.
Setelah menyelesaikan sarapan pagi, Benaya langsung melajukan mobilnya ke perjalanan menuju rumah Bu Suga, Benaya sudah mendapatkan alamat rumah Bu Suga dari Sheya yang tadi mengiriminya alamat melalui pesan SMS.
Keduanya telah sampai di depan pekarangan rumah Bu Suga tanpa tersesat, Kinara mengetuk pintu kayu rumah Bu Suga. Jawaban 'Iya sebentar' dari Bu Suga menghentikan Kinara melanjutkan aksinya.
Saat pintu rumah Bu Suga terbuka lebar Kinara langsung menjatuhkan pelukannya di tubuh ibu berkepala lima itu, "Kara kenapa gendang-gendangan? " tanya Bu Suga.
"Kara lagi ketuk pintu bukan main gendang Bu!!! " jawab Kinara masih di dalam pelukan Bu Suga.
"Kakak kenapa gak bilang mau main ke rumah Ibu? Ibu jadi nggak sempat bikinin kue kacang untuk kakak, " tanya Bu Suga membantu Kinara membawa jaket tebal Benaya yang sama sekali tidak terasa berat dibawanya.
"Benaya nyulik aku dari rumah bu, marahin aja tuh dia!! " tunjuk Kinara dengan sengit ke arah Benaya.
"Dia senang-senang aja Bu saya culik, " jawab Benaya datar.
"Kalau dari awal aku tau kamu nyulik aku ke Bandung sih aku jadi senang, karena Kara akan ketemu sama Bu Suga. Kara kangen banget deh sama Bu Suga, " ucap Kinara menggelayut manja di lengan Bu Suga. Bu Suga tersenyum melihat Kinara yang terlihat sangat manja di pundaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA
Tienerfictie[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...