Part 13. ADA KAMU & DIA

21 2 0
                                    

Rumah Sakit.

Aku melihat lelaki disamping dia duduk dikursi, tanganya yang menggengamku sebari menunduk, kepalanya ke kasur mengarah kepadaku, dia sangat terlihat lelah, wajah nya lesu dan pucat, tangannya begitu hangat, aku tidak tau siapa lelaki yang tidur ini, sepertinya dia sakit, ketika aku mencoba melepaskan genggamanya dia terbangun lalu tersenyum terlihat wajah nya yang merasa lega dengan garis lebar di bibirnya.

"syukur lah akhirnya sadar juga." Sahutnya.

Aku terdiam mencoba mengingat apa yang telah terjadi, tak lama setelah dia memanggil dokter untuk memeriksa keadaanku, memori itu hadir satu per satu dalam benak ku.

Flashback.

Ketika hendak menyebrang... Aku mendengar beberapa kali suara klakson mobi yang mencoba menyadarkan ku, namun aku hanya terdiam di tengah jalan tanpak di sadari, sebab fokus ini hanya kepadanya, benak ini meracuni semua memory ku, akan dia yang selalu memperhatikan aku, mencoba selalu mengerti. Kebaikanya untuk membimbingku dalam masa depan tentang harapan-harapan itu, dia selalu ada dalam suka dan duka, membuat aku tertawa, sering tersenyum, memotivasiku untuk bangkit dari rasa malas, ia juga teman canda gurau,

Kang Nean... dia sudah memberikan kenyamanan untuku.

Dia pun menganggapku sebagai adiknya, katanya dia ingin aku bahagia, aku yang menjadi lebih baik, aku yang kini ada dalam hatinya, aku yang selalu bisa mengetahui apa yang dia maksud, aku sebagai tempat sandarnya, aku membuat dia selalu tersenyum, bahagia, nyaman, memuat dia selalu penasaran akan diriku yang pemberani, mengkhawatirkanya, aku yang memiliki banyak kesamaan,

Kita seperti bercermin!

Awal bertemu seperti sudah saling mengenal, dia seperti bagian dari jiwa ini, kita memiliki selera yang sama, bahkan apa yang ada dalam pikiran selalu tertebak, begitupun dengan kebohongan nya, aku tau dia sedang berselingkuh, dia menyukai dua wanita, dan menyakiti ku... hati ini terasa sakit! Mengetahui apa yang telah ia perbuat kepadaku, aku masih tak percaya ia bisa melakukan hal seperti ini, aku sangat tidak ingin jika kekasih lamanya itu mengetahui hubungan ini, aku yakin kang Nean melakukan hal ini karena dia sedang dalam masalah. Aku tak pernah ingin menyalahkan nya sebab dia yang merasa nyaman dengan ku mungkin tidak ingin melepasku, mungkin ia ingin mengenalku lebih dekat, atau aku yang membuat nya "menjadi terpaksa mencintaiku." Karena aku yakin dia hanya menyukaiku sebab ia kagum bukan mencintaiku,

Mungkin dia tidak ingin aku pergi sebab ia masih penasaran akan aku, dan aku yang menyatakan bahwa aku mengaguminya mungkin ia berpikir "aku juga mencintainya," tapi hal itu pun benar adanya, aku mencintai kang Nean, sebab aku yang tidak bertanya mengenai kekasihnya mungkin ia berpikir "aku tidak ingin tersakiti," maka dia tidak menceritakan kekasihnya agar aku tak pergi meninggalkanya.

Sekarang aku sangat bersyukur karena tuhan menyayangiku, dan dia tidak ingin aku lebih sakit, semua ini pelajaran untuku. Berharap mereka bahagia, dan selalu bisa bersama. aku belum menceritakan bahwa aku sudah mengetahui semua kebohonganya.

Semua itu membuat aku tak fokus, sebab aku merasa sedang dalam mimpi. Aku tersadar mendengar suara kang Nean, tapi tak mendengar suara klakson mobil, hujan yang deras pun membuat mataku tak dapat melihat dengan jelas, aku mendengar nya teriak "Leta!" namun aku menghiraukanya sebab aku kesal ketika itu, dia kembali teriak lalu aku merasa ada yang mendorong ku entah siapa itu.

"hey! Kok bengong?" tanya lelaki pucat yang duduk disampingku, aku pun meliriknya dan menggelengkan kepalaku.

"huachim! huachim!." Bersin lelaki itu.

Tampaknya dia sedang sakit, bibir pucat, tangan hangatnya, wajahnya juga terlihat lesu. Entah siapa lelaki ini? Dia murah senyum, setelah dia bersin pun tersenyum kembali kepadaku, apa yang mendorong ku ketika menyebrang itu lelaki ini? Tapi aku mendengar suara kang Nean buakan lelaki ini atau suara asing, siapa yang telah menolongku?. Batin Leta.

"maaf ya?" kata lelaki itu.

"iya, kak periksa sana?"

"kakak, kayak nya sakit!" lanjutku.

Lelaki itu kembali tersenyum. "iya nanti."

"kak, terimakasih sudah menolong saya." Jawabku.

Lelaki itu terdiam lalu memandangku. "bukan saya menolong, saya yang tak sengaja menabrak." Jawab lelaki itu menundukan kepalanya sejenak lalau menatap ku dengan penuh kehawatiran, lalu dia menggenggam tangan ku dan meminta maaf, "aku minta maaf," lanjutnya.

Aku terdiam lalu ingat dengan kang Nean, apa kang Nean yang mendorong aku? Tapi kenapa dia tidak ada disini, atau jangan jangan-jangan dia juga dirawat!. Pikirku tentangnya, mata ini mulai berkaca-kaca aku mulai takut, dan khawatir akan kang Nean, aku selalu membahayakannya.

"kak?" aku memanggil lelaki itu yang menatapku. Aku pun meneteskan air mata sebab aku merasa khawatir kepada kang Nean, aku sangat takut dia tidak baik-baik saja.

"iya kenapa?"

"kamu kenapa, hey! Kenap? menangis?"

"jangan bengong!" lanjut lelaki itu bertanya sembari menggengam tangan kiriku dan menepuk pelan bahuku.

"dimana kang Nean?" jawabku panik.

"laki-laki yang mendorongku!"

"dia baik-baik saja kan?" tanyaku kembali, lelaki disampingku hanya terdiam ia tidak menjawab, aku kesal dan mencoba beranjak dari kasur.

"tunggu! Kamu mau kemana, diam disini!." Jawab lelaki itu sedikit membentaku.

Aku menaap sinis lelaki itu, aku pun berpikir tidak mungkin aku memberontak seperti anak kecil atau tidak bisa mengendalikan emosi ku ini.

"kamu tenang dulu, orang yang menyelamatkanmu sekarang di rawat." Jawab lelaki itu.

21:23

Mendengar semua itu membuat aku semakin tak bisa menahan air mata yang berlinang, aku taidak perduli dengan ingus yang keluar, kepala yang tiba-tiba begitu sakit, aku menangis terus menerus selama 15 menit air mataku terus menetas walau sudah taka da suara, lelaki yang disampingku terus berusaha menenangkan ku dengan segala kata-katanya yang memotivasiku untuk terdiam, awalnya lelaki itu membiarkan ku menangis tapi mungkin karena kau yang tidak berhenti untuk menangis akhirnya dia berusaha menenangkan aku sampai ia kesal dan membentaku.

"jangan nangis aja sih!"

"gak ada guna! Yang ada lo nambah sakit!."

"kalau nangis buat dia sembuh! Silahkan. Tapi enggk kan?"

"berdoa saja lah, udah nangisnya cukup." Lelaki itu menceramahi ku, lalu ia pergi dari ruangan ini. Aku tidak tau siapa lelaki ini, dia menemaniku disini hingga larut malam.

02:56

Aku terbanguan di sepertiga malam, aku mimpi tentang kang Nean yang terus memanggil namaku disebuah hutan, aku mencarinya seorang diri agar bisa bertemu dengan kang Nean, tapi aku malah terbangun dan tak bisa kembali tidur, aku khawatir dengan keadaannya, dia dirawat diruang intensive care unit ICU kondisi kritis yang dialaminya membuat aku tidak bisa tenang, pikiran ini sangat kabur, aku sangat ingin segera melihatnya.

Air mataku kembali menetes, aku melihat lelaki itu tidur di sofa dia sepertinya sangat kelelahan, aku heran kenapa dia masih disini, kalau dia tau aku menangis pasti dia akan mengeluarkan ceramahnya yang sangat mengusik ku.


Ada Kamu & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang