Part 2. ADA KAMU & DIA

78 9 3
                                    

Edra Leta Leteshia (Leta) POV

12 Desember,

Tiga bulan berlalu, aku tak pernah bertemu dengannya lagi, aku hanya menjadi pengagum rahasia, mencari tau siapa dia? Neandro Sabrian (Nean) dia peria muslim, dari Lombok berusia 27 tahun, dia memiliki adik laki-laki yang sekarang tinggal bersamanya di Bandung, kini tuhan mempertemukan ku kembali, ketika hujan membasahi bumi.

Bagiku hujan adalah kedamaian, ketika aku menutup mata ku, berada dalam rintik air, mendengar gemercik air membuat melodi, mencium aroma baunya yang khas.

Tepat ketika matkul (mata kuliah) selesai hujan pun turun membasahi bumi, kesempatan bagiku untuk berdamai, sudah lama tidak hujan-hujanan! ketika kaki ini melangkah, kemungkinan orang akan berpikir bahwa aku seperti anak kecil, atau aku bodoh karena memberikan payaung kepada orang lain dan diriku ingin basah kuyup.

"hujan!!!" teriak ku keluar dari ruangan dengan penuh semangat.

"seneng amat?" tanya teman ku Ica.

"tadi didalam kelas aku pusing dan mulai stress, ini payung, ini kunci, aku titip tas sama sepatu ya? tolong bawain, aku mau hujan-hujanan, udah lama, he.. gak hujan-ujanan."

"katanya pusing!."

"dadah" jawab mengalihkan, karean jika aku menjawab pertanyaan Ica pasti tidak akan ada ujung penyelesaian.

Aku pun hanya melambikan tangan dengan wajah gembira melangakah bersama kedamaian, kututup mata sejenak lalu pergi berjalan. menoleh ke belakang lalu tersenyum, tiba-tiba mata ini melihat seseorang dengan samar-samar karena derasnya hujan, semakin dekat akupun muali jelas melihat siapa yang berlari menemuiku.

Kini dia berdiri setengah meter dari ku, mata ini mulai mengenali siapa dirinya, aku terkejut setelah sekian lama tidak melihat kini ia didepan ku dan bertanya,

"kamu ngapin hujan-hujanan?" suara beratnya.

Aku tersenyum, "hah? Aku hujan-hujanan, akang ngapain hujan-hujanan?" aku terus tersenyum sembari memandangi nya hingga tidak menjawab pertanyaan itu, sebab aku salah tingkah dan terlihat bodoh.

Aku masih tidak percaya, ini seperti mimpi. Akupun menyubit tangan kiriku. "aa a!" teriak mulut ini membuat kang Nean tercengang melihat dengan tatapan aneh.

"kenapa? Kok teriak?" tanya wajah heran.

Aku menggelengkan kepala, " enggka, he (menyeringgai) aku kira aku mimpi?"jawab jujur.

Aku tidak percaya dengan hatiku yang masih merasakan hal sama seperti dipertemuan pertama, rasanya senang sekali bisa melihat senyum dan tawanya, membuat aku ikut bahagia, namun bercampur dengan keadaan diaman jantung ku berdebuk lebih kencang, tangan ku gemetar, dan aku muali salah tingkah ketika dia menarik lengan kanan ini.

"oh ya tuhan? Ini bukan mimpi kan? Kang Nean pegang tanagn aku," batin. Sembari tersenyum melihat tangan ku yang dipegang.

"saya mau pulang? Kamu ngapain hujan-hujanan?." Tanya kang Nean sembari memegang lengan kanan ini menyisi jalan.

Apa dia tidak sadar memegang tangan ini, berjalan bersama dengan hujan. "kebetulan aku juaga mau pulang, dan aku merindukan hujan, maka dari itu aku hujan-hujanan, yang dimana hujan membawa kedamaian, tadi aku pusing merasa stress dengan matkul he (menyeringgai) maka dari itu hujan-ujanan, udah lama juga gak pernah lagi hujan hujanan. Di tahun ini," jawab.

Kang Nean tersenyum dan tertawa, dia terlihat bahagia melepas semua itu, sepertinya dia tidak sadar membawa aku berjalan, mengayunkan tangan ini, dan yang pasti dia tidak mengenal siapa aku. Ya.. mana mungkin dia mengenal aku, dengan pertemuan disekian kelas yang begitu banyak mahasiswi.

"kang!"

"kang Nean tau saya?" lanjut bertanya.

Seketika dia berhenti berjalan, lalu memandang, dan tersenyum. "kamu?" matanya menatap ku kurang lebih 8,2 detik.

"Saya tau... tapi, tidak tau nama mu." Lanjut kang Nean dan melepas tangan ku.

Aku pun tersenyum,"hujan itu memang bisa merepotkan, tapi hujan bisa membuat saya melepasakn segala amarah, segala kegilaan dalam hidup saya, jika saya turun melangkah dengan hujan, menutup mata sejenak untuk menukmati turunnya air membasahi diri ini dan, mendengar gemercik nya itu menenangkan." jawab mengalihkan topik tadi, sebab aku terlalu bahagi dengan hujan.

"oh ya? hampir sama dengan saya, saya gak nyangak! bisa betemu dengan orang yang sama menyukai hujan." Jawab kang Nean dengan wajah terkejut, kepala nya yang megeleng-geleng.

"hahaha.. semua orang juga suka hujan kali! Tapi, di hal tertentu?" jawab sembari tertawa.

"(senyum miring) kamu pulangnya kemana?"

"pulang ke kosan, tapi.. kang Nean malah bawa aku kesini, ke tempat parkir." jawab memandang kang Nean.

Kang Nean tertawa malu menutupi wajahnya dengan tangan kanan lalu tersenyum pada ku. "yaudah yuk saya anterin." Tawarkanya.

"tidak, kosan aku dekat kok." Jawab lalu berjalan pergi.

" tunggu! ayok naek?." Serunya mengendarai motor pespa merah.

Lima menit berlalu, aku turun dari motor merah yang mungil, "terimakasih, oiya tadi aku tidak menjawab, sekarang aku jawab disini!"

"nama aku.. Leta kang." lanjut ku sembari tersenyum berdiri di depan pagar.

"ok Leta." Jawab nya dan membalas senyuman ku.

"hati-hati kang, semoga sampai di jalan Gudang selatan no.22 Bandung." Batin.

Aku kembali menemukan siapa kang Nean, dia memaknai hujan hampir sama dengan ku, menikmati hujan itu seperti quality time yang begitu berharga, dimana hujan membawa kedamaian seperti keluar dari segala kegilaan dunia, yaitu semua hal yang negative didalm diri ini hilang, entah kenapa aku merasa aman, nyaman, tenang seketika pikiran ini menjadi jernih kembali. Hujan membasahi dengan perlahan, seperti membersihkan pikiran dan membawa ku ke sebuah cahaya yang indah yaitu, ketika menutup mata sejenak, hingga aku pun bisa meneteskan air mata karena membuat hati begitu bahagia.

Walau kadang hujan merepotkan, tapi sebenarnya hujan itu rizki yang luar biasa, hujan menghidupkan dunia. Jika hujan merugikan, itu salah manusia yang tidak mengerti adanya hujan!

Ada Kamu & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang