5. MASALAH BARENG MUSUH 😰

88 33 11
                                    

PLAY ~ WHY DON'T WE - CHILLS 😙

Raden : Maaf ya disini gue toxic
Fanny : Gue juga minta maaf yaa semua yang baca ini, disini gue toxic:" disuruh author:)
Author : Cih! Tiap hari langganan toxic aja pke bawa bawa nama Rnseavey lagi lo_-

                                       ^~^

Sedikit terbiasa di Indonesia, Reav bersyukur tidak balik ke Negara asalnya. Hubungannya dengan orang sekitarnya, kembali seperti biasa. Raden tetap musuhnya, Fanny dan Dinda selalu berantem, Ramadhan? Entah kenapa semenjak dia merawat Reav, mereka selalu bersama.

"Ch, abis pulang sekolah kita ujian dulu, tadi Juan udah kirim materinya ke gue," ujar Ramadhan sedang memakan karage.

"Gue latpas dulu," jawabnya.

"Gue juga Marching Band dulu, tapi izin dulu lah Cha, kita kelas 9 nih, gue gak mau ribet tar Juan ngundur ujiannya," Ramadhan memohon.

"Liat nanti," jawab Reav.

"Juan kan udah lulus,kok dia masih ngurusin anak beatbox di sini?" tanya Niken kepada Reav dan Ramadhan.

"Dia ketua disini, kalo mau cari master beatbox bisa aja, ntar kita adain acara pemilihan, tapi gak ada yang kayak dia.. Juan bisa semua beat, trus dia juga udah keluar daerah buat lomba, sertifikat dia juga banyak," jawab Ramadhan sambil memasuki makanannya kemulut.

"Trus Cece kok bisa jadi wakil dia? Kan dia anak baru disini," Niken masih penasaran dengan sahabatnya ini, dia anak baru tapi dikenal banyak orang bahkan dia dipercaya jadi wakil dan ketua di eskulnya.

"Kan ada test-nya Niken, pas di test ternyata Icha bisa semua beat tapi ada satu beat yang dia gak bisa makanya dia jadi wakil beatbox, lo gak bisa lipprol ya Cha?" tanya Ramadhan menatap lurus ke Reav.

"Bisa." jawabnya datar.

"Lo gak bisa apaan dah? Lupa gue," tanya Ramadhan, tapi hanya dijawab kedua bahu dinaikan sedikit oleh Reav.

"Bang, lo apa banget sih duduk deket gue mulu? Gue tau, lo nge-fans banget sama gue, tapi gak gini juga lah jijik gue." Dinda risih duduk dekat Fanny, soalnya gak ada jarak lagi diantara mereka.

"Itu bego! Kelincinya pak Kumis, deketin gue mulu," ucap Fanny ketakutan.

"Itu kelinci bodoh, bukannya harimau, gitu aja takut lo bang," sekarang Ramadhan ngejek Fanny.

"Ehhh, lo ngapain naek-naek ke bangku guee!!!!! Jonahh tolongin istri lo!!!" Fanny berdiri di meja kantin, sambil teriak teriak mengusir kelinci itu.

"Fan, goblok banget lo ini meja kantin bukan panggung! Ngapain lo berdiri di situ?!" karena merasa terganggu, Raden menghampiri Fanny.

"Den, itu usirin monsternyaaa! Dia deketin gue mulu! Tuh kan kan, Radeen dia ke mejaa guee!!!" Fanny sudah tidak tahu malu lagi teriak teriak bak di hutan. Raden langsung mengambil kelincinya dan dimasuki ke kandangnya.

"Udah sekarang turun!" Raden melihat Fanny sedikit kesal tapi kasihan, Fanny sekarang berdiri ditembok perbatasan kantin dengan meja kantin dengan muka yang pucat dan mata yang memerah.

"Hisk hisk," Fanny tidak tahan lagi menahan air matanya, dia menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Raden mengambil bangku dan berdiri untuk membantu Fanny turun.

"Lo beneran takut? Kelincinya udah gue masukin kandang, sekarang turun," titah Raden tapi Fanny tidak mendengarnya. Tanpa izin, Raden menggendong Fanny di punggungnya.

"Waaaa!! Monsternya tambah gede ini!"

Pletak!

"Gue Raden bukan monster."

My Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang