12. PACARAN SAMA SIAPA? 😮

78 11 9
                                    

PLAY ~ WHY DON'T WE - 8 LETTERS

Maaf yoo lama update, baca part kemarin dulu biar gak lupa:v baru kesini:v

•~•

"Minum obat dulu dek," kata Rean yang berusaha sabar sedari tadi membujuk adiknya meminum obat.

"Ga," jawabnya tanpa melirik ke kakaknya dan sibuk membaca novelnya.

"Obatnya puyer ini dek, gak ada alasan lagi dan gak bakal muntah kamunya." jelas Rean, ke adik kesayangannya. Reav dari kecil memang susah minum obat dan selalu dimuntahkan lagi walaupun obat itu puyer tapi dia masih tidak bisa menelannya.

"Minum atau diinfus?" Rean mulai geram, karena dua jam dia membujuk adiknya minum obat, masih saja tak ada respon darinya.

"Sembuh." jawabnya jujur.

"Ya minum obat kalau mau sembuh dek, mau di omelin lagi sama daddy? Sisa dua kali lagi kamu masuk rumah sakit emang mau balik ke Jerman?" tanya Rean.

"Astagfirullah."

"Yang harusnya istigfar tuh kakak bukan kamu."

"Coba dulu aja Ce, dari pada gak sama sekali," suruh Dean diambang pintu kamar Reav. Reav hanya menatap datar sebentar ke Dean lalu kembali lagi membaca novelnya.

"Telepon Daddy sana dek!" titah Rean ke kembarannya. Dean mengambil ponsel berlogo apelnya di kantung celana lalu mengotak-atiknya.

"Iya-iya," Reav menyerah walaupun sama sekali tidak ikhlas meminum obat yang rasanya kayak kehidupan. Pahit.

"Buka mulutnya," titah Rean. Dean menahan tawa melihat adiknya yang mukanya sudah merah dan berkeringat seakan panik dikepung preman.

"Minum dulu," Dean memberi segelas air putih ke Reav dan langsung diteguknya habis.

"Obatnya dulu minum, ini malah dihabisin airnya gimana sih," oceh Rean lalu pergi mengambil air.

"Ini minum obat bukan lagi tampil gak usah keringat dingin gitu," ejek Dean.

"Astagfirullah Astagfirullah Astagfirullah," Reav terus beristigfar.

"Nih," Rean datang membawa segelas air dan memberi ke adiknya.

"Buka mulut kamu," Reav masih menutup mulutnya rapat rapat.

"Dek, pegangin tangan sama kakinya sebelah sana," titah Rean lalu dia memencet bel panggilan untuk asissten rumah tangganya dan langsung datang salah satu assistennya.

"Permisi, Tuan muda mau dibuatkan apa?" tanya wanita sekitar umur tiga puluhan di ambang pintu.

"Masuk.. Sudah pakai sarung tangan?" tanya Rean.

"Siap, sudah Tuan muda," jawabnya.

"Bantu saya, tolong pegangin kakinya dan tangannya," titah Rean.

"Izinkan saya Nyonya muda Arsenta," ucapnya sopan. Setelah siap semuanya Rean langsung mengelitiki pinggang adiknya dan mulutnya terbuka dengan cepat dia memasukan obat puyernya.

Hueekk.. Hueekkk.. Uhuk! Uhuk!

Dimuntahin kan? :)

Reav langsung lari ke kamar mandinya dan memuntahkan semua isi perutnya. Dia keluar ke kamar mandi sangat lemas, Reav tidak tahu dibawahnya ada skateboard miliknya dan ...

"Dek awas!" teriak Dean menghampiri adiknya. Dean menahan tubuh adiknya karena kalau dia jatuh kebelakang bisa terbentur meja kayu kepalanya.

"Ceroboh banget sih!" omel Dean tapi adiknya tak peduli lalu dia merebahkan tubuhnya lagi di kasur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang