"Aku anterin kamu pulang ya Wan"
"Gausah Bin, gue bisa naik ojek online"
"Jangan, ojek online mahal dari sekolah ke komplek. Lagipula, apa salahnya sih aku anterin? Kan rumah kita sebelahan"
Awan terdiam sejenak. Sesaat kemudian, Langit keluar dari gerbang sekolah bersama Kinara. Hatinya masih terasa sakit.
Hari ini, sudah bulan april itu tandanya, Awan sudah melewati kesedihannya selama dua bulan. Tetapi masih saja hatinya tak bisa dibohongi.
"Yaudah deh Bin, gue bareng ama lo"
"Nahh gitu dong cantik"
Mereka pun melaju dengan kecepatan sedang. Bintang mencuri pandangannya lewat kaca spion. Menatap kecantikkan wajah Awan, terlukis lekukan senyum di bibir Bintang.
Semakin hari, semakin lama rasa jatuh cinta itu benar benar hadir dan semakin tumbuh dalam.
Tetapi Bintang tak tahu apakah Awan mencintainya juga? Bintang berjanji bahwa detik ini dan mulai seterusnya, ia akan menggantikan luka Awan dengan kebahagiaan.
"Udah sampe deh"
"Lho, Bin, kok kita berenti disini?"
Awan terheran saat mereka berhenti dirumah tua bertingkat dengan warna coklat tua. Rumah itu sekan tak berpenghuni.
"Iya, maaf ya Wan kalo aku ajakin kamu kesini sebentar"
"Ini rumah siapa Bin?"
"Dulu, ini rumah aku. Tempat dimana semua kenangan bersama mama ada disini"
Yaaa...dahulu rumah tua ini adalah tempat tinggal Bintang. Menjalani kehidupan bersama orang tuanya dengan rasa bahagia. Mereka tak pernah menjalankan kehidupan dengan rasa lelah, dan bersedih.Keluarga mereka benar benar harmonis. Hingga suatu hari, keluarga itu menjadi awan hitam bagi Bintang. Kesedihan menyelimuti rumah ini
Bintang harus menyaksikan kematian mamanya ditangan seorang lelaki berjaket hitam yang menutupi wajahnya dengan masker.
Saat itu, Bintang melihat mamanya sudah terkapar di lantai dapurnya. Seorang lelaki yang ia lihat ditangannya adalah pisau. Lelaki itu melarikan diri setelah apa yang dilakukannya.
Awan ikut bersedih, meneteskan air matanya. Ia tahu betul rasanya ditinggal oleh orang tua tercinta. Nasib Awan sama dengan Bintang, harus merelakan kepergian orang tua.
"Gue tau Bin, semua rasa yang lo rasain saat mama lo meninggal. Tapi lo juga harus bangkit, dan ilangin luka yang ada di kehidupan lo"
"Eh yaampun, sorry sorry Wan aku ga bermaksud buat bikin kamu nangis. Tujuan awal aku ajakin kamu kesini, buat ngehibur bukan buat nangis"
"Iya gapapa Bin"
"Oh iya, aku ada tempat yang dulu sering banget dikunjungin sama mama papa"
"Dimana?"
"Yuk, ikut aku"
Mereka menuju tempat tujuan. Berjalan kaki karena tidak jauh dari rumah tua itu.
Dibelakang, Awan yang mengikuti arah Bintang sesekali tersenyum. Senyumannya terlukis begitu saja.
Awan merasakan hal berbeda hari ini. Hatinya terasa sangat senang, tetapi Awan berusaha untuk menutupinya
Apa benar, akan ada sosok pengganti Langit? Apa Bintang yang akan mengganti tempat dihati ku? Ujar batin Awan
Sesampainya ditempat mereka tuju, Bintang melakukan hal hal yang membuat Awan tertawa.
Tempat itu adalah pantai. Pemandangannya begitu indah, anginnya terasa sangat kencang sehingga rambut indahnya Awan beterbangan. Susananya begitu nyaman.
Bintang sengaja mengajak nya kesini agar melihat senja. Indah sekali, dan Bintang rasa Awan menyukai senja.
Saat menunggu waktunya senja tiba, mereka bercanda tawa, bercerita kehidupan mereka hingga memakan ice cream dan kelapa hijau yang dipanjat langsung oleh Bintang.
Kini waktunya senja tiba, mereka bersiap siap melihat dan semua orang pun berkumpul demi menyaksikan senja yang indah.
Awan memejamkan matanya, menghirup udara hangat saat senja tiba dan merentangkan tangannya dan tersenyum.
Bintang yang disampingnya, langsung memfoto Awan dengan camera yang dibawanya
Hasilnya bagus sekali. Wajahnya Awan yang cantik tetapi alami tanpa make up, dan efek karena senja menjadi foto yang sangat disukai Bintang.
Senja berakhir, mereka pun segera pulang karena tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 19.00.
......"Awan? Sudah jam berapa ini?" tanya Amira
Bintang merasa sangat bersalah "maaf tan, saya yang ajak Awan buat ikut saya"
"Kamu siapa?" tanya Amira heran
"Saya Bintang Atmadjaya. Temen nya Awan tante"
"Masuk Awan"
"Lain kali, jangan ajak Awan pulang malem ya Bin. Dia cewek, gabaik pulang malem. Tapi, makasih kamu udah anter Awan pulang" lanjut Amira
"Iya tan. Yasudah tan, saya pamit pulang dulu"
Didalam kamar, Awan merebahkan tubuhnya dikasur. Menatap langit langit kamar sambil tersenyum.
Hatinya terasa senang hari ini. Karena hari ini, hari berhentinya luka didalam hati Awan.
Lukanya dihilangkan oleh Bintang membuat tak bisa melupakan kenangan manis di hari ini.
Bahagia ini tak pernah dirasakan sejak ia kehilangan Langit Bagaskara. Ia merasa sangat bersyukur bisa mengenal Bintang tetapi ia tak tahu apakah ia sudah mulai menyukainya, atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Random"Aku memilih kita yang sekarang kembali tanpa ada perasaan. Sebab bagiku, mengenalmu dan memiliki perasaan untukmu(lagi), semakin aku terluka" -Awan Nadira