Bara langsung memanggil dan mengajaknya untuk bergabung bersama mereka.
"Alma! Sini!" panggil Bara sambil melambaikan tangannya.
"Kenapa kak?" balas Alma dengan lembutnya.
"Sini gabung bareng gue sama Leon," ajak Bara
"Waduh, gapapa kak? Nanti Kak Leon keganggu lagi," tanya Alma sambil sedikit melirik ke arah Leon
"Iya udah gapapa, gausah dipikirin dia mah. Emang gitu orangnya, dingin. Pengen jadi Presiden Antartika kali," jawab Bara meledek Leon
"Yauda deh, permisi kak, aku gabung ya," kata Alma dengan sedikit menganggukan kepalanya ke arah Leon
Mereka pun makan dan berbincang. Ya, mereka kecuali Leon yang hanya fokus makan, mendengar pembicaraan, dan membaca buku tentunya. Alma yang asik berbincang dengan Bara sedikit-sedikit melirik ke arah Leon. Entah merasa aneh atau bagaimana, tapi tidak dapat dipungkiri wajah Leon sedikit mencuri pandangan matanya. Ditambah lagi dia hanya diam dan tidak berbicara. menambah daya tarik untuknya.
Walaupun Leon terlihat hanya membaca buku, tetap saja ia sadar Alma sempat meliriknya beberapa kali. Hingga di satu pandangan mereka saling melihat, namun karena tatapan Leon yang datar membuat Alma sedikit takut. Tapi Leon hanya diam dan terus membaca bukunya. Hingga di satu pembicaraan, Alma bertanya dan membuat Leon hilang fokus membaca.
"Kakak mau bantuin aku nggak?" tanya Alma dengan penuh harap
"Mau kok, tapi bantuin apa dulu?" tanya Bara balik
"Aku dapet tugas dari dosen gitu, kakak mau nggak bantuin aku?" harap Alma dengan puppy eyesnya
"Aishh lucu banget sih mukanya" ujar bara gemas dan mengacak rambut Alma
Leon yang dari tadi hanya memperhatikan percakapan mereka berdua dan melihat tangan Bara yang usil hanya bisa mendengus kasar dan berdoa untuk sahabatnya agar cepat sadar
"Kamu sastra inggris kan? berarti bahasa inggris dong?" tanya Bara yang hanya dijawab anggukan oleh Alma
"Kalo masalah itu Leon jagonya, kamu dibantuin sama dia aja, ga gigit kok," jawab Bara yang membuat Alma melihat Leon dan Leon menatapnya dengan datar
"Beneran gapapa kak?" tanya Alma ragu
"Iyalah beneran, masa boong. Yakan Le?" balas Bara meyakinkan Alma dan Leon
"Ya, bisa. Asal serius. Ga berisik," ujar Leon sambil menutup bukunya dan menatap Alma, "Udah jam segini, mau langsung ngerjain atau gimana? Gue sibuk ga bisa lama-lama, cepetan kalo mau sekarang," lanjut Leon membuat Alma hanya diam.
"Orang ngomong dijawab. Jadi gimana? Jadi?" lajut Leon dengan wajah datarnya dan malah membuat Alma semakin takut
"Lo jangan galak-galak napa," omel Bara membela Alma
Leon hanya mendengus dan menarik Alma. Bara diam mencerna apa yang terjadi, setelah ia sadar ia hanya menggelengkan kepalanya, ada perasaan senang di dalam hatinya.
"Kak Leon! pelan-pelan jalannya aku susah ngikutinnya," ujar Alma yang sedikit terengah-engah akibat langkah Leon yang lebar dan leon langsung memelankan langkahnya.
Sesampainya di parkiran, Leon langsung menaiki motornya dan Alma hanya diam di tempat memperhatikan. Sungguh Alma bingung saat ini, bagaimana cara naik motor sport Leon yang tinggi. Bukan karena ia tidak pernah naik motor seperti ini, dia pernah sewaktu SMA dan saat menaiki motor sport seperti ini ia harus berpegangan untuk membantunya. Ia terlalu takut untuk memegang Leon.
Leon yang sadar tidak ada yang naik ke motornya langsung melihat ke belakang. Leon menatap Alma yang hanya memperhatikannya. Leon langsung mengangkat alisnya saat Alma sadar sudah ditatapnya
"Emm-itu, motor kamu kan tinggi," Ucap Alma gugup dan Leon semakin mengangkat alisnya
"Aku nggak bisa naik kalo nggak pegangan," Leon langsung meisyaratkan Alma untuk naik ke atas motornya
"Beneran?" Ujar Alma masih gugup dan Leon mengangguk.
Alma memegang pundak Leon untuk membantunya naik ke motor. Setelah Leon merasa Alma sudah duduk nyaman di jok motornya, dia langsung menancapkan gasnya dan pergi meninggalkan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Asa
Novela Juvenil"Aku punya harapan untuk mengisi, tapi aku tidak mau." -Alma "Aku punya ruang, tapi aku tidak mau." -Leon Kunci itu sudah mereka genggam tapi mengapa seolah olah mereka tidak mengetahuinya. Seegois itu kah mereka hingga sampai-sampai seperti itu. Me...