-Bab 3: Pintar?-

32 5 0
                                    

Alma memegang pundak Leon untuk membantunya naik ke motor. Setelah Leon merasa Alma sudah duduk nyaman di jok motornya, dia langsung menancapkan gasnya dan pergi meninggalkan kampus.

Leon memberhentikan motornya tepat di depan rumah dan turun dari motornya. Leon masuk ke dalam rumah lalu memberikan kunci motor ke penjaga rumahnya, Mang Ujang  untuk memasukkan motornya. 

"Mang Ujang, tolong masukan motornya ya," ucap Leon sopan

"Siap Den!" jawab Mang Ujang lalu menghampiri motor Leon

Alma hanya diam kebingungan sambil memperhatikan semua gerakan Leon. Alma bingung bagaimana cara untuk turun dari motor karena tidak ada pegangan, Melihat seseorang yang tadi berbicara dengan Leon, ia ingin meminta tolong.

"Pak, punten. Jadi gini, saya itu nggak bisa naik atau turun tanpa pegangan soalnya motornya tinggi. Nah tadi itu saya dateng sama Kak Leon terus pas sampe sini, dia berenti--" Jelas Alma terpotong

Leon yang sedari tadi geram memerhatikan Alma berbicara panjang lebar langsung menghampiri dan menyodorkan tangannya. Alma yang sedang berbicara langsung diam kebingungan dan hanya melihat tangan Leon

"Pegangan," ucap Leon singkat

"Hah?" jawab Alma tidak mengerti

"Mau turun nggak?" 

"Mau," 

"Butuh pegangan kan?"

"Iya"

"Yaudah ini pegang tangan gue," ucap Leon sedikit menaikkan nadanya

"Ohh," balas alma polos lalu memegang tangan Leon

Setelah Alma turun, Leon langsung masuk ke dalam di ikuti Alma dan Mang Ujang hanya bisa menggelengkan kepala melihat Alma sambil memasukkan motor.

Sesampainya di ruang tamu, Leon langsung naik ke atas untuk mengambil buku dan setelah itu berniat membuatkan Alma minum. Alma hanya diam sambil berdiri karena ia teringat pesan ibunya untuk selalu menjaga sopan santun,

Leon yang sudah selesai mengambil buku dan membuat minuman sekaligus mengambil cemilan langsung duduk di sofa. Leon membaca bukunya, saat sedang membaca bukunya ia tidak merasakan ada seseorang yang duduk di sofa selain dirinya. Leon yang bingung langsung mengedarkan pandangannya dan melihat Alma yang berdiri dengan wajah memelas.

"Ngapain?" tanya Leon

"Capek, Kak" keluh Alma

"Siapa suruh berdiri? duduk!" ucap Leon

"Aku kan nurutin pesan ibu, katanya aku harus tetep sopan santun dimana aja. Aku nggak duduk soalnya kakak nggak nyuruh aku duduk, aku capek tau berdiri terus" ucap Alma memelas sambil duduk

"Gue juga capek dengerin lo ngoceh mulu," balas leon dengan datar

"Ya maaf atuh kak, Aku gatau. Aku kan tadi cuma ngomong kalo aku tuh--" Belum selesai Alma bicara Leon langsung memotongnya

"Dasar lemot," 

"Apaansih aku nggak lemot kakak aja yang--"

"Terus tadi di motor apa?"

"Ya lagian kakaknya--"

Tanpa pikir panjang Leon langsung menyumpal mulut Alma dengan cemilan yang dibawa dan meletakan buku referensi untuk tugasnya.

"Buat apa?" Tanya Alma dengan suara yang tidak terlalu jelas karena cemilan yang ada di mulutnya

"Jadi ngerjain tugas gak?"

"Tugas? Oh iya ya,"

"Katanya pintar,"

"Lagian kakak selalu tiba-tiba kan aku--"

"Yauda udah, ini dibaca buat referensi tugas, kalo ga ada bilang,"

"Tadi katanya mau bantuin,"

"Ya ini dibantuin,"

"Cuma disuruh baca,"

"Buku punya siapa?"

"Punya kakak,"

"Berarti sama aja bantu pinjemin buku kan?" Alma hanya mengangguk

"Yauda cepet baca dulu, kalo ga sesuai sama tugasnya bilang,"

"Bilang ap--" Belum selesai Alma melanjutkan kebodohannya, Leon langsung menutup mulutnya 

"Diem, Baca, Jangan berisik," geram Leon dibalas anggukan Alma dan Leon melepas tangannya

Alma mulai membaca buku yang Leon berikan sambil sesekali mencatat bagian yang ternyata sesuai untuk tugasnya. Leon sesekali melihat Alma yang serius mengerjakan tugasnya mulai terlarut dalam buku yang dia baca seperti biasa. Mereka membaca dalam hening.



Ruang AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang