f o u r

286 41 0
                                    


(◀◀◀)

Cahaya matahari sore. Jungkook tidak bicara, lebih tepatnya tidak berani bicara. Eunbi terlihat jengkel dengannya. Dari tadi, Eunbi terus mengomel. Lalu tiba-tiba merubah omelannya jadi 'cara menghapal jalan pulang'.

"Lu dengerin gua gak sih dari tadi?"

Langkah Eunbi terhenti dan menoleh ke belakang. Jungkook yang ada di belakang ikut terhenti dan menunggu Eunbi bicara.

"Sorry. Seriusan."

Mata Eunbi menajam, gadis itu menarik bibirnya karena tiba-tiba merasa lapar. "Kalo gitu... Beliin gua seblak."

"Apa?"

-

[Sekolah]

Eunbi merasakan pelipisnya berkeringat. Tangannya keringat dingin. Jujur, dirinya mules.

Tiba-tiba Eunbi menyesal meminta dibelikan seblak super pedas. Ia beneran lupa kalau besok ada guru killer — guru kimia.

"Anjir, Won." bisik Eunbi kepada Yewon—chairmates nya.

Yewon menoleh.

"Gua mules."

Mimik wajah Yewon berubah. "Jorok banget lo." balasnya berbisik. "Yaudah buru izin. Daripada kebablasan." lanjutnya.

Eunbi mengikuti saran Yewon dan meminta berjalan ke depan meminta izin toilet ke Bu Hana. Dan seperti dugaannya, Bu Hana malah berceramah kepadanya.

"Kamu tuh makanya jaga pola makan kamu... " Bla. Bla. Bla.

Eunbi memotong, "Ibu nanti ya omelin sayanya, genting."

Lalu ia lari dari kelas.

-

Eunbi memajukan bibirnya saat ia dilarang masuk kelas lagi oleh Bu Hana. Awas aja, nanti Eunbi bales.

Ia duduk di depan pintu kelas seraya mendengarkan penjelasan materi Bu Hana dari luar.

Tiba-tiba Jungkook yang dari kelas sebelahnya keluar dan melewati Eunbi. Matanya rada memebesar, "Kenapa diluar?" tanyanya dengan suara kecil.

"Biasa, Bu Hana."

"A.. Si guru killer."

Lalu Jungkook lewat dan berjalan ke tujuannya— ruang guru.

Tak lama ia dibolehkan untuk masuk ke kelas. Karena pelajaran Bu Hana sudah usai. Dan yang pertama diterimanya saat masuk kelas adalah ejekan Yewon.

"Berisik lo. Udah ayo cabut kantin."

-

Eunbi berjalan keluar gerbang sekolah karena sudah jam pulang sekolah.

Gadis itu biasa pulang jalan kaki, walau jaraknya lumayan jauh, butuh 45 menit dengan berjalan kaki.

Sampai di depan gapura gangan rumahnya, ada Jungkook disana. Dengan sepedanya. Kelihatan kebingungan.

"Masih kesasar lo?"

Jungkook menoleh, "Eh untung lo dateng. Gua masih belom hapal."

Eunbi berjalan mendahului Jungkook. "Berarti penjelasan gua waktu itu kagak lo dengerin, ya?!"

Anjir.

Gua ketauan. Pikir Jungkook. Sebenernya bukan sepenuhnya gak dengerin, tapi emang Jungkook itu gak gampang ngapalin jalan.

Ia mendorong sepedanya, membuntuti Eunbi dari belakang. "Gak, gua dengerin kok. Tapi lupa aja."

Eunbi tidak menjawab lagi ia hanya berjalan membelakangi Jungkook.

"Bi? Eunbi?"

Jungkook mendapati Eunbi sedang terlamun. Saat ditanya, Eunbi menjawab lagi mikir buat bales Bu Hana— si guru killer.

"Masih dipikirin aja."

"Kalo enggak, nanti dia malah mikirnya gua anak ga bener."

"Ayo naik." Jungkook menghalangi langkah Eunbi dengan sepedanya. "Mikir sambil kena angin sore."

Eunbi tidak banyak pikir dan naik ke sepeda Jungkook. Namun, gadis itu merasa heran.

Selain buta arah, kayaknya Jungkook juga buta waktu.

Ini masih jam berapa wOY. Matahari masih terik gini.

-

(▶▶▶)

[Kantor]

Eunbi memasuki ruangannya. Lalu melihat berkas yang menumpuk pada mejanya.

Sudah seminggu lebih dari pertemuannya dengan Jungkook lagi. Eunbi jadi tak seceria dulu, meski gak berubah terlalu drastis.

Gadis itu banyak pikiran— terlebih bertanya-tanya bagaimana bisa Jungkook gak tahu malu datang lagi? Dan mau tahu apa yang lebih menyebalkan.

Dugaannya benar! Eunseo yang sengaja membiarkan mereka bertemu lagi.

Eunseo memasuki ruangan Eunbi. Ia membawakan secangkir teh buat ketua penanggung jawab Lab pembuatan kosmetiknya itu.

"Ngapain?" tanya Eunbi dengan nada bete.

"Masih marah?"

"Iya."

Eunseo membuat pout pada bibir merahnya. Ia bersandar pada meja kerja Eunbi. "Jangan kepala batu kayak gitu," tegurnya hati-hati. Ia melanjutkan, "Kasih Jungkook kesempatan. Semua orang berhak akan kesempatan kedua."

"Bu CEO yang saya hormati," balas Eunbi seraya menghadap Eunseo. Ia berdiri dan melepaskan pulpen ditangannya. "Untuk apa ngasih kesempatan buat orang yang udah ngebuang kita?"

"Jungkook, orang itu.." ia menggigit bibirnya mengoreksi ucapannya. "Maksudnya, Pak Jungkook itu, dia udah buang saya. Lupa ya?"

Mata Eunseo berubah sendu. Ia menarik napasnya, mencoba agar Eunbi tidak kembali mengingat yang dulu.

"Okay." Eunseo melepaskan sandarannya. "Gua balik ke ruangan gua dulu."

-

Jungkook mengikuti Eunseo dari belakang. Setelah menguping pembicaraan mereka, ia ikut masuk ke ruangan Eunseo.

Gadis itu menyerah.

"Gua gak bisa ngapa-ngapain lagi. Cuman lu yang bisa ngubah pikiran Eunbi."

Jungkook hanya mengangguk. Ia tidak bisa selalu mengandalkan Eunseo untuk membantunya. "Makasih, ya. Sorry juga."

Pria itu benar-benar menyesali keputusannya saat muda dulu.

######

AN

Disini banyak flashbacknya gitu yaak, bisa dibilang disemua chapter ada. Biar kalian ga bingung. Kalo lagi flashback bakal ada tanda (◀◀◀) okay?

(▶▶▶) buat pas masa dewasa dan mereka udah ketemu lagi, bisa dibilang alur maju cerita ini

Semoga suka chapter ini! ♡

hello again! (hwang eunbi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang