◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️
.
Seorang pria membuka pintu kamar. Dibalik pintu memasuki cahaya, menghampiri Hyeri yang tengah terbaring di atas ranjang. Perlahan semakin mendekat wajahnya terlihat jelas, dan itu adalah Jeon Jungkook. Pria tampan itu terlihat tersenyum dan membangunkan Hyeri dengan penuh kasih sayang. "Jeon Jungkook ...," lirih Hyeri yang menatao kebingungan. Namun, pria itu malah tersenyum sembari membelai lembut pipi tirusnya. "Tuan mud--," kata-katanya tersela tatkala bibir Jungkook menyapa mesra. Sentuhan lembut itu membuat Hyeri terlena dan bahagia. Rasa hati ingin terbang, tatkala kerinduan ini terbayarkan dengan perlakuan manisnya.
Tak lama tautan itu berakhir. Jungkook melepas secara perlahan sambil menatap Hyeri sangat dalam, pria itu juga mengusap perut Hyeri yang sudah membesar. "Hyeri, kau adalah milikku dan akan selamanya begitu!" ucap Jungkook yang kemudian smirk dan menjauh. Ia tiba-tiba hilang dibalik kegelapan dan pada saat yang bersamaan Hyeri terbangun di sepertiga malamnya.
"Jangan pergi!!!" Hyeri terbangun dengan air mata yang tiba-tiba membasahi pipinya. "Kenapa bermimpi tentang Jeon Jungkook? Apakah aku terlalu merindukannya? Kenap perasaan ini begitu sakit melihatnya pergi?!" gumam Hyeri yang kemudian mengusap perutnya yang mulai membesar. Ia sadar jika rasa rindunya tak mampu ditahan, mungkin ini pula sebabnya mengapa ia bisa bertemu Jungkook dalam mimpinya.
"Aku miliknya, dan akan selamanya begitu!" gumam Hyeri.
.
***
Esok paginya. Hyeri membawa tas pakaiannya yang dikemas secara rapi sejak semalam.
"Hyeri! Ayo makan!" ajak Seokjin. Pria itu menghampiri Hyeri yang kepayahan membawa tas ransel di tangannya.
"Kim Seokjin. Sebelumnya aku berterima kasih karena kau telah menolongku dan memberi tempat untukku tinggal," ucap Hyeri sambil melirik sang ibu yang juga menatapnya di meja makan.
"Apa maksudmu, Hye?!" tanya ibunya.
"Setelah kupikir-pikir, aku tidak bisa melanjutkan ini semua. Aku memutuskan untuk berdiri sendiri dan berjuang untuk menjadi orang tau tunggalnya calon anakku," ucap Hyeri sembari melepas cincin pemberian Seokjin yang telah melingkar di jari manisnya. "Tolong maafkan aku! Cinta tidak bisa dipaksakan, aku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi ...," lirih Hyeri yang kemudian memberi penghormatan untuk Seokjin dan tersenyum padanya walau air mata menetes di pipinya.
"Gwencana, Hyeri ... aku bisa mengerti diposisimu. Aku juga bukan tipe pria yang memaksakan kehendak seseorang. Suatu hari nanti kau harus menemui ayah dari anakmu dan jangan pernah memutuskan hubungan antara keduanya, walau ayahnya tidak menginginkannya lahir ke dunia." Hyeri hanya tertunduk dengan air mata mengalir di pipinya.
"Dia pasti tidak akan peduli, mungkin dia akan memiliki banyak anak dari wanita lain," ucap Hyeri terlihat menahan sakit hati jika membicarakan Jungkook.
"Tetap saja hubungan ayah dan anak tidak boleh terputus. Walau kau tidak mengizinkanku masuk dalam hidupmu, biarkan aku menjadi ayah angkat dimana aku akan membantu dalam hal materi untuk membesarkannya," ungkap Seokjin.
"Jangan! Aku tidak mau kau terbenani dengan anak yang bukan darah dagingmu," tolak Hyeri.
"Apakah memberi kasih sayang harus dari darah daging sendiri? Hyeri aku sudah biasa melakukan ini, aku punya banyak anak asuh di panti asuhan yang kehidupan dan pendidikan mereka aku yang tanggung. Lagi pula kekayaan keluargaku tidak akan habis untuk memberi mereka hak yang sama seperti anak lainnya," imbuh Seokjin. Mendengar hal itu Hyeri berkaca-kaca matanya, ia tak menyanka jika ada pria yang sangat baik dan tulus hatinya. "Meski aku masih mencintaimu, Hye ... tapi aku sadar jika cinta tidak harus memiliki. Aku berdoa, semoga suatu hari nanti kau dan anakmu bisa mendapatkan hak kalian. Sudah jangan menangis ...," lirih Seokjin sambil menghapus air matanya.
Seokjin adalah pria dengan pemikiran dewasa dan bijak. Sisi lain yang istimewa darinya, tapi sayang jika Hyeri tidak bisa memaksakan kehendaknya.
.
***
Bukan ingin menemui Jungkook, karena Hyeri paham betul jika ia tidak bisa menahan sakit hati untuk menemui ayah dari anaknya yang sudah bahagia dengan wanita lain. Disini, Hyeri masih belum tahu tentang kebenaran dan musibah apa yang dialami Jungkook. Hyeri bukan tipe orang yang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, hingga dia tidak tahu sama sekali tentang berita tersebut.
"Rumah sewa ini cukup nyaman, kan?!" tanya Seokjin.
"Seharusnya sewa rumah yang lebih kecil dan sederhana lagi," pinta Hyeri yang merasa tak enak hati akan kemurahan Seokjin.
"Hyeri, lagi pula anakmu itu laki-laki. Pasti nanti dia akan suka berlari-larian dan bermain di dalam rumah, maka aku memilih rumah ini yang cukup luas untuk kalian berdua tinggal. Lagi pula, letak rumah sewaku tidak jauh dari kantorku, jadi aku bisa sering datang ke sini untuk mengajak anakmu bermain ... anakmu tidak akan kehilangan sosok figure seorang ayah!" kekeh Seokjin. Sungguh pria yang sangat baik hingga membuat Hyeri tak kuasa menahan tangis harunya. "Besok aku akan meminta pekerja untuk merenovasi rumah ini, dan mengisi barang-barang kebutuhanmu selama tinggal di sini!" ungkapnya.
"Jangan! Ini sudah cukup, kau tidak perlu melakukannya!" tolak Hyeri.
"Kalau kau tidak mau menerima bantuanku, maka pilihannya kau harus menikah denganku dan tinggal di rumahku! Sudahlah jangan menolak, lagi pula harta kekayaanku tidak akan habis hanya untuk ini," ungkap Seokjin sambil tersenyum sangat manis, memancarkan aura kebijaksanaan dalam tuturnya.
Rumah sewa yang letaknya cukup strategis untuk Hyeri memulai kehidupan baru membesarkan anaknya. Ini jauh lebih membuatnya tenang, sambil menunggu kelahiran anaknya.
Sementara di tempat yang lain. Seorang pengacara kepercayaan Jungkook bernama Kim Hyun, masih membantu Jungkook dengan setia untuk berjuang hidup. Beruntung, Jungkook masih memiliki orang kepercayaan yang membantu mengelola sistem keuangannya untuk tetap bisa membiayainya di rumah sakit. "Apakah dia masih punya harapan hidup, Dok?!" tanya pengacaranya.
"Ada tentunya, tapi kita tidak bisa memastikan kapan dia akan bangun dari tidur panjangnya."
"Besok aku akan melelang rumahnya untuk biaya pengobatannya. Tolong lakukan semua yang kalian bisa untuk membantunya bisa kembali hidup, aku percayakan semua pada kalian!" ucap Kim Hyun dengan penuh harap. Karena meski Jungkook semasa dulu adalah pria yang arogan, sombong, angkuh, dan jahat. Namun, Jungkook adalah orang yang berjasa untuknya semasa Kim Hyun menjadi orang yang kesusahan ekonomi. Ini mungkin caranya membalas jasa untuk membantu Jeon Jungkook bisa kembali lagi.
Panjangnya waktu Jungkook tertidur dalam komanya.
5 tahun kemudian.
"Jeon JunGuk!"
"Paman! Bagaimana ini? Kalau ibuku tahu aku makan ice cream?!" tanya anak manis itu yang cukup khawatir. Mendengar tingkah imut anak tersebut, Seokjin hanya tersenyum sambil mencubit pipinya yang gembul. "Paman Seokjin! Kalau ibu marah nanti dia tidak mau bicara denganku! Aku takut ...," ucapnya kembali. Bocah imut itu sangat tampan walau dalam keadaan panik dengan ice cream yang belepotan di pipinya.
"Paman akan membelamu, tenang saja ...," ungkap Seokjin sambil membersihkan cream itu di pipi JunGuk. Senjatanya bocah lima tahun tersebut adalah meminta bantuan Kim Seokjin dalam meredakan emosi ibunya.
To be continued ....
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN MUDA - [TAMAT✓]
Fanfiction[BACA SEBELUM DI PRIVATE] Adult Story preview _______________________________ Dia adalah pria yang terkenal akan kesombongan dan juga angkuh. Pria bermarga 'Jeon' tersebut mampu memiliki apapun yang ia mau, termasuk harga diri. ___________________...