SMA Pencakar Langit
Pajero sport berwarna biru tua, berhasil sempurna diparkirkan.
Hari pertama ini Mami Tanti yang mengantarkan Sam, sebenarnya Sam menolak ia ingin berangkat sendiri tapi maminya memaksa.
"Eh, Sam mau kemana dengerin mami dulu!" cegat Tanti yang melihat anaknya membuka pintu mobil.
"Sekarang kamu ke kantor kepala sekolah serahkan dokumen tambahan ini nanti kamu bakal dikasih arahan sama Pak Lasso, ia adalah kepala sekolah SMA Pencakar Langit."
"Kantor kepsek dimana?"
"Kamu tanya dong sam itung itung sekalian nyari temen," jawab Mami Tanti yang ingin sekali melihat Sam menggandeng teman apalagi menggandeng wanita.
"Hm."
"Oh iya jangan diem dieman loh Sam, jangan takut nyapa, jangan cuek, jangan dingin, senyum dong, nanti orang takut liat muka mu," ucap Tanti sambil sesekali terkekeh.
"Iya Mi, bawel!" balas Sam sambil menyunggingkan senyum paksa.
"Mami jalan ya, good luck baby!"
"Apaan sih Mi!"
Tanti terkekeh geli mendengar ucapan anaknya.
Sam berjalan memasuki gerbang SMA Pencakar langit.
Ia menyapu pandangan ke halaman sebuah gedung yang kini menjadi sekolahnya.
Sam teguh tidak ingin bertanya pada siapapun dan mencari sendiri kantor kepsek.
Ia berjalan dan membaca setiap ruangan dengan tatapan kagum para siswi yang mengiringi langkahnya.
"Cakep parah."
"Oppa, Oppa saranghae!""Opah? Gue 16 tahun kali blom tua!" batin Sam.
"Astaga dragon, cute banget."
"OMG, tipe gue tu."
"Koko aishiteru!"
"Please semoga sekelas ama gue, please!"
"Minggir lu, punya gue tu, udah gue cup ya!"
"Badas gaess!"Sam belum terbiasa dan merasa risih mendengar itu semua.
Para siswa juga tak ingin kalah.
"Ih palingan juga anak mami."
"Songong banget sih!"
"Gantengan gue kali."Begitulah kira kira suasana SMA Pencakar Langit ketika melihat seorang Samuel Cipta.
"Kamu Samuel Cipta kan?" ucap seorang bapak, yang Sam pikir guru. Sam hanya mengangguk.
"Mari, ikut saya!"
Tertera nama "Ari Bernardus Lasso" pada badge di seragam bapak tersebut.
"Oo Pak Lasso, kepsek SMA Pencakar Langit," batinnya
"Silahkan duduk Samuel."
"Baik, Pak,"
Perlu diketahui Sam itu dingin dan cuek tapi bisa ia kontrol jika berbincang dengan orang yang jauh lebih tua darinya.
"Pagi Sam, selamat datang di SMA Pencakar Langit," sapa Pak Lasso seramah mungkin.
"Pagi, Pak."
"Gimana kamu suka dengan sekolah ini?"
"Suka, Pak."
"Oh ya kamu bawa dokumen tambahan yang bapak suruh?"
"Bawa, Pak, ini."
Sam menyerahkan dokumen yang Tanti suruh.
"Oke Sam. Bapak menempatkan kamu di kelas XI IPS 4. Dengan wali kelas Ibu Bunga Citra Lestari, mari saya antar."
Sam membuntuti Pak Lasso dengan seribu semoga di kepalanya.
"Semoga gue bisa nyenengin mami, papi dan Niel dengan ini, semoga gue bisa kontrol emosi, semoga semuanya baik-baik saja"Selama perjalanan Pak Lasso memberitahu Sam banyak hal tentang SMA Pencakar Langit, seperti :
1. Sekolah ini hanya menempatkan 15-18 orang dalam satu kelas.
2. Sekolah ini mengadakan camping persaudaraan setiap 3 bulan sekali.
3. Ada tiga tempat makan di sekolah ini.
4. Bangunan kelas jurusan ips dan ipa di sekolah ini dipisahkan dengan taman sekolah yang berada di antaranya.
5. Banyak tempat-tempat indah tersembunyi di sekolah ini yang dibangun agar siswa tidak merasakan bosan.
Pak Lasso hanya mengantarkan Sam sampai depan pintu kelas saja, setelahnya beliau serahkan kepada Bu Unge-begitulah warga sekolah memanggil wali kelas XI IPS 4.
Baru selangkah Sam maju, ia sudah dihadiahi pujian oleh seisi kelas.
"Tipe gue banget woe!"
"Cakep anjer!"
"Gumushhh."
"Aduh meleleh adek bang."
"Imit bingittt."Bu Unge mengkoordinasi kelas yang suasananya tak kondusif karena ketampanan seorang Samuel Cipta.
"Ayo, Nak. Perkenalkan dirimu!"Hatinya berdebar-debar tak karuan.
Sejujurnya Sam belum siap menghadapi ini semua.
Ia diam terpaku di depan kelas, traumanya kambuh.
Oppa, bukan opah sam wkwk.
Aduh, gimana nih traumanya kambuh?
Penasaran ga seperti apa kelas XI IPS 4?
Stay tune, ya!
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri! ^_^
Dan komen sebanyak-banyaknya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent✔️
ФанфикBumi membutuhkan bulan untuk beristirahat dari ramainya manusia, tapi bulan tak bisa selalu ada untuk bumi. Dan matahari, ia boleh mencintai bumi tapi mendekat pada bumi justru membinasakan. Cerita ini bukan cuma menceritakan konflik romansa tapi j...