Bumi Bulan
Dua jam berlalu, Sam terbangun dari tidurnya. Ia menghampiri Mami Tanti dan Titi di ruang keluarga.
“Eh Sam, gimana? Udah mendingan?” Titi langsung beranjak dari tempat duduknya.
“Aman kan Sam?” Tanya Mami.
“I’m fine,” jawab Sam diiringi senyum membuat Mami dan Titi merasa lega.
“Titi khawatir loh Sam dari tadi. Kalian ngobrol dulu berdua Mami mau ngurusin Eve-anjing kesayangan Mami dan Sam.”
“Siap Mi,” sahut Titi mengacungkan jempol.
Selepas perginya Mami, suasana menjadi awkward.
Sam dengan tatapan kosong menatap lurus kedepan, sedangkan Titi sedang merangkai kata di otaknya, Titi ingin berpura-pura tidak tau dulu soal Sam.
“Ga pusing lagi kan, Sam?”
“Ti, lo udah tau semuanya?”
Titi terdiam.
“Aduh gimana ni, bilang tau atau gak, tau gak tau gak tau gak,” batin Titi sementara jarinya terus terangkat satu per satu mengikuti iringan suara hati ‘tau gak tau gak tau gak tau gak tau’
“Bilang aja Ti”
“Sam lo bisa baca pikiran ya eh maksud gue, em.. Iya gue tau tapi belum sepenuhnya karena Mami cuma nyeritain garis besarnya aja ke gue. Mami bilang cerita detailnya biar lo yang sampein.”
“Oo.. oke tapi ga bisa sekarang,” ucap Sam tanpa melihat Titi.
“Aelah kaya baru kenal aja lo, santuy aja kali kapan-kapan juga bisa.”
“Hm”
“Gue harap mulai sekarang kalau ada masalah atau apapun cerita yang pengen lo ceritain tuangin aja ke gue.”
Sam melirik Titi, “tuangin air panas boleh?”
“Nyebelin juga ya lo, orang lagi serius nih. Tau gak dari tadi gue khawatir. Awas aja kalau sampe gue mati gara gara khawatir, lo bakal jadi orang pertama yang gue gentayangin.”
”Iya iya thanks udah khawatirin gue terus bawa gue ke rumah.”
Senyum Titi mengembang rasa khawatirnya terbalaskan.
“Lo ga cape?” Tanya Sam.
“Iya gue cape liat muka lo datar terus, senyum dong. Udah ga usah mikirin apa apa, mikirin gue aja,” Titi terkekeh kemudian mencubit pipi Sam.
“Sakit. Ikut gue yuk.”
“Kemana?”
“Halaman belakang rumah.”
Titi sangat takjub ketika melihat halaman belakang Sam. Dipenuhi pepohonan, kolam kecil dan yang membuat Titi bahagia adalah rumah pohon. Sejak kecil Titi ingin sekali mempunyai rumah pohon tapi bagaimana bisa? Ia kan tinggal di perumahan.
“Wah ada rumah pohon!” seru Titi.
“Mau kesana?”
“Mauuuu,” teriak Titi kegirangan.
“Imut,” batin Sam.
Mereka duduk di atas rumah pohon menikmati rindangnya pepohonan dan udara segar di halaman belakang rumah Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent✔️
Fiksi PenggemarBumi membutuhkan bulan untuk beristirahat dari ramainya manusia, tapi bulan tak bisa selalu ada untuk bumi. Dan matahari, ia boleh mencintai bumi tapi mendekat pada bumi justru membinasakan. Cerita ini bukan cuma menceritakan konflik romansa tapi j...
