Bab 25

1.8K 199 69
                                    

Kekeyi

Tiga hari lagi sesuatu yang paling dibenci anak-anak  XI IPS 4 tiba, yakni UAS.

Pukul 13.00 Sam tiba di rumah Titi. Mereka berdua sepakat untuk belajar bersama. Sebenarnya Titi yang meminta, ia ingin mendapatkan nilai yang bagus di UAS kali ini, setidaknya melewati KKM.

Rumah Titi tampak sepi membuat Sam sedikit ragu mengetuk pintu.

“Pacarnya Non Tiara ya?” tanya seseorang menepuk pundak Sam.

Sam sedikit tersentak.

“Eh? Kaget toh? Maap, saya Bi Ayu, asisten rumah tangga di sini.”

“Oh iya Bi, saya Samuel, temennya Tiara.”

“Yuk masuk,” Bi Ayu membukakan pintu.

“Tak kira pacarnya Non Tiara hehe.”

“Belum jadi pacar Bi hehe.”

“Belum toh, berarti akan ya?” goda Bi Ayu.

“Doain aja Bi.”

Kring.. kring.. kring.

“Eh ada telepon, Bibi angkat dulu ya, kamu langsung aja keatas kayanya Non Tiara lagi di balkon kamarnya.”

“Oh iya Bi, makasih Bi.”

Sam mulai menaiki tangga, tak butuh waktu lama ia mencari kamar Titi sebab tepat di depan pintu kamar Titi tertempel stiker huruf yang bila disatukan menjadi ‘Tiara’.

Ketika melangkah masuk Sam di sambut dengan pewangi ruangan beraroma Mocca, sangat menenangkan.

“Ketiduran dia,” gumam Sam ketika melihat Titi tertidur dikasurnya dengan beberapa tumpukan buku di sebelahnya.

Sam menarik selimut Titi hingga menutupi setengah tubuhnya.

“Kayanya cape, biar dia bangun sendiri deh,” batin Sam.

Sam mengelilingi kamar Titi yang tampak begitu aesthetic.

Terdapat lemari kaca kecil yang Titi gunakan menyimpan aksesoris yang rata-rata bergambar bulan.

Pandangan Sam beralih kepada beberapa polaroid yang Titi jepit pada lampu tumblr. Ada foto Titi dengan adik-adiknya, dengan anak-anak XI IPS 4, dengan Mama Sari dan Papa Deddy.

Senyum Sam mengembang ketika melihat beberapa foto dirinya bersama Titi yang ikut tergantung di sana.

“Lucu,” gumamnya.

Sam mengernyitkan alis ketika melihat foto yang Titi gantung di pojok kanan, yakni foto Sam tengah tertawa yang Titi ambil secara diam diam.

“Dasar,” Sam terkekeh pelan.

“Hoam, eh? Jangan macem-macem lo setan pake nyamar nyamar jadi Sam lagi,” teriak Titi beranjak dari kasurnya kemudian mendorong Sam.

“Apaan sih Ti? Ini manusia.”

“Iya kah? Hehe maaf efek jurit malem.”

“Jadi belajar ga nih?”

“Jadi, jadi, jadi,” ucap Titi antusias.

Sam membantu Titi membawa buku-bukunya menuju ruang tengah.

“Mau mapel apa?”

“Matematika deh Sam, gue ga paham dari materi awal hehe.”

Sam menuruti permintaan Titi.

Dua jam berlalu Titi tetap saja tidak mengerti, bukan karena cara Sam mengajar yang sulit dipahami namun fokus Titi yang terbagi dua antara memperhatikan materi yang diajarkan dan memperhatikan yang mengajar.

Evanescent✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang