Aku sama Bibim emang kayak Tom and Jerry. Sehari nggak berantem, orang sedivisiku pasti keheranan. Apalagi kalau satu di antara kita nggak ngantor, pasti nggak ada yang bikin berisik.
Tapi berantem ama Bibim itu bikin aku kesel ampun-ampunan. Akhir-akhir ini dia selalu komenin aku yang bawa infuse water atau bekal makan siang. Udah banyak nyinyir, masih punya harga diri juga dia minta bagi makan siang.
Tapi ya gitu, abis berantem ya baikan seperti sekarang.
"Lo diet beneran?" dia mengunyah potongan apel tanpa persetujuanku. Bibim selalu begitu, seenaknya.
"Ya masa candaan sih." balasku sambil menyelesaikan pekerjaan.
Bibim meskipun nyebelin, tapi kalau urusan kerja dia nggak sembarangan. Tanggap, cekatan, dan nggak suka menunda-nunda. Makanya sebelum jam pulang dia pasti udah leha-leha. Abis itu pasti langsung buat ulah.
"Udah berapa kilo emang?" tanya dia lagi.
"Turunnya?"
"Naiknya lah."
"Bangke lu, gue turun ya. Meskipun cuma sekilo."
Bibim tertawa sambil sesekali melempar pandangan, "Berarti kalo lo gue traktir mie ayam beneran kagak mempan nih?"
"Idih kayak mau aja ngeluarin duit buat gue."
Bibim tiba-tiba mengambil ponselku. Aku kaget dan berusaha merebutnya, malah aku yang hampir jatuh karena Bibim mundur selangkah.
Pria itu menggeser layar ponselku ke kanan dan kiri. Saat kulihat ujung alisnya terangkat, barulah aku curiga.
"Bim, lo ngapain sih. Balikin hape gue."
Tanpa menunggu lama, Bibim menyeret tempat duduknya dan menghampiriku.
"Nih, harusnya lo instal aplikasi Fat Secret, bukannya nonton orang mukbang!" ucap Bibim padaku.
Aku agak membeku di tempat. Bukan ... Bukan karena ke-gap nonton orang mukbang. Tapi posisiku dan Bibim ini deket banget. Aku bahkan bisa mencium aroma parfum yang khas Bibim banget.
Kalau gue lihat-lihat idung Bibim bagus juga.
Hish!!!!
Nadya, apaan sih! Sadar woy!
Aku berusaha memalingkan muka dan mulai membuat diriku sadar. Dia Bibim, Nad. Orang yang paling ngeselin di dunia ini. Bisa-bisanya muji dalam hati.
"Aplikasi apaan tuh?" tanyaku penasaran.
"Liat aja sendiri. Udah jam 5 nih, gue mau pulang dulu. Lo overtime?"
Aku masih asyik membuka laman utama aplikasi yang baru di-instal oleh Bibim di ponselku. Bagus juga ini aplikasi, bisa jadi pengatur seberapa banyak kalori yang harus masuk ke badanku.
"Bu Nadya, budeg ya?" Bibim berucap tepat di telingaku.
"Ih, Bibim. Jangan panggil ibu dong." aku membalas dengan cemberut.
Tawa Bibim mengudara, "Panggil apa terus? Sayang?"
Aku yang tadinya cemberut kok bisa jadi kayak patung gini sih. Sumpah ucapan Bibim maut emang. Hawa anehnya nyebar sampai ke badanku. Apa dia bilang tadi ... Sayang?
▪▪▪
Aku melihat kalender yang terletak di dekat meja rias. Besok sahabatku menikah dan aku tidak menunjukkan progress yang baik. Berat badanku stuck. Mana baju untuk bridesmaid aku bikin ukuran agak kecil lagi. Dan baju itu sekarang nggak muat di aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Worth It Untuk Diperjuangkan
Ficción GeneralPernah merasa insecure dengan diri sendiri? Pernah merasa nggak cantik dan nggak diinginkan oleh seseorang? Pernah merasa bahwa dicintai oleh seseorang itu mustahil? Dari lahir sampai umur segini belum pacaran? Hei, you are not alone. Aku Nadya Pit...