2. Diet Mulai Besok

3.6K 324 56
                                    

Ini tahun baru ngomong-ngomong. 2 Januari masih terhitung tahun baru, kan? Oh iya, kayaknya perlu kuberi tanda di kalender deh. Ini hari yang bersejarah. Hari ini spesial karena hari ini adalah hari pertama aku diet!

Sekian lama aku mendapatkan ilham, ternyata hari ini datang juga. Dari tahun jebot aku menganggap bentuk badanku masih biasa aja, ya ... Walaupun emang gendut. Itulah kenapa aku nggak menganggap diet sebagai life style.

Sorry to say, kulit ayam krispi masih enak, kenapa aku musti repot-repot ganti itu dengan sayuran yang ngga ada rasanya?

Tapi kalian tau pressure di masyarakat itu besar. Giliran aku pakai baju agak sesek aja dibilang kayak buntelan lontong. Giliran aku pakai jeans, dibilang nggak banget karena pahaku gede banget kayak piala dunia.

Kenapa sih orang-orang suka banget ngurusin badanku dari ujung rambut sampe ujung kaki?

Aku minta makan ke mereka juga nggak. Aku ngutang untuk dibeliin nasi padang juga nggak pernah!

Kalian tahu nggak, di balik kalimat "Nad, lo tuh aslinya cantik ... Sayangnya gendut sih" itu bikin ubun-ubun mendidih.

Lha, mohon maap nih, emang kenapa kalau aku gendut? Emang kalo gendut nggak bisa dibilang cantik? Emangnya cantik itu hanya untuk wanita langsing semampai yang pakai bikini bikin mata pria melotot?

Yang bikin aku makin gedeg lagi adalah si Bibim. Dia yang ngomong gitu ke aku. Mentang-mentang dia yang paling cakep di divisi ini, seenaknya ngatain.

Aku kalau langsing juga seleranya bukan dia kali!

"Makan siang yuk!" Adisti menghampiriku sembari menguncir rambut panjangnya.

"Maap diet."

Sontak ucapanku ini membuat beberapa orang yang mendengar terkejut. Mereka pada kenapa sih? Emang semengejutkan itu kalau aku bilang diet?

"Lo sakit hati ama ucapan Bibim kemarin?" balas Adisti kemudian.

Aku, sakit hati?

Yaiyalah, bego. Aku dari lahir udah gendut. Sejak kecil orang bilang badanku sehat karena gendut. Aku doyan minum susu. Aku kalau ada makanan suka nggak tega kalau nggak dihabisin. Dan aku baru sadar bahwa badanku ini sasaran empuk untuk dibully.

Tahu nggak rasanya dipanggil "Gentong" bertahun-tahun? Bahkan sampai aku SMP pun panggilan itu masih menjadi nama tengahku. Nadya "Gentong" Pitaloka. Sakit bangsat.

"Ngapain gue peduliin omongan Bibim. Omongan Pak Karim aja udah kayak angin lewat,"

Omong-omong, Pak Karim adalah atasanku. Yang kadang bikin aku stres karena banyak kerjaan. Kalau aku udah stres, obatnya cuma dua. Kalau nggak makan, ya belanja.

"Lagian lo kenapa juga tiba-tiba diet? Nad, please deh, Bakmi GM lagi ada promo tau. Pakai OVO disc 50%. Ayolah," Adisti mengomporiku lagi.

Kampret. Double kampret. Kupikir diskonnya 30% doang, kenapa jadi setengah harga gini sih?

Aku menelan ludah. Tahan, jangan tergiur. Tahan. Demi nikahan sahabat, aku harus pakai long dress yang bagus di badan. Aku nggak mau jadi buntelan lontong lagi.

"Mulai besok aja dietnya. Hari ini terakhir banget loh promonya. Tumbenan banget sih lo nggak update ginian."

Anjir bisa diem nggak sih ni cewek. Berisik banget.

Aku emang dari dulu informan nomor satu kalau urusan diskon makanan. Dari mulai Grabfood, GoFood, bahkan voucher shopee aku pasti nggak melewatkan satupun.

Tapi aku emang sengaja seminggu ini off sama diskon makanan. Aku nggak mau tergiur. Aku harus diet nih. Hari pertama masa gagal?

"Disti, lo tahu kan ini hari kedua di tahun 2019?"

Kamu Worth It Untuk DiperjuangkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang