Aku tak mengerti. Mengapa di rumah hanya ada Mama, Kakak, dan Aku? Mana Papa? Semenjak aku bisa mengingat, aku tak ingat aku pernah bertemu dengan Papa. Seperti apa gurat wajahnya? Suaranya? Kasihnya? Aku tak mengingatnya.
"Ma, Papa mana?" Hey, si polos bertanya!
"Besok ya,"***
Kutunggu entah berapa hari atau malah sudah memasuki usia minggu. Akhirnya Mama mengajakku ke suatu tempat. Rumah siapa?
"Kania!!" Seseorang menggendongku. Dekapannya benar-benar hangat. Mama memberikan tas berisikan baju ke pria itu, "Kania nginep tempat Papa, ya?" Aku diam. Ini... Papa? Sepertinya pernah lihat.
"Kania sama Papa dulu, ada kakak juga, kok," Namanya masih kecil, nurut-nurut saja. Kemudian kami masuk dan Mama pun pulang. Saat memasuki rumah itu, aneh rasanya. Bukan tempat yang mewah, hanya rumah biasa merangkap tempat sewa mobil. Bahkan ruang kerja dan kamar hanya dipisahkan triplek tipis, lemari baju, dan tirai yang sudah lama tak dicuci. Aku tak terbiasa mengucapkan kata 'Papa'. Bahkan, saat aku ingin memanggil Papa, aku mengatakan 'Mama' bukan 'Papa'. Lucu sekali kala itu.
Papa sangat suka menonton televisi. Papa suka melihat berita, namun ketika sudah menjelang malam, tayangannya menjadi kartun jepang si rambut kuning dengan dua temannya atau pria bertopi yang biasanya berada di kapal bajak laut. Jujur aku sangat menyukai tayangan itu. Aku selalu mengingatkan Papa agar aku tidak tertinggal tayangan si rambut kuning, waktunya bergantian. Kadang aku menonton sendiri, aku tak ingin meninggalkan 1 episode pun. Aku akan marah jika tertinggal barang sedetik saja. Anak berambut kuning yang tidak mempunyai keluarga, dengan dua teman se-timnya yang mungkin saat itu tak menganggapnya seorang teman. Papa kerap bertanya karena beberapa kali tidak menonton. Ih mengganggu saja, aku sangat fokus saat itu!
Mana bisa aku menonton kartun ini di rumah Mama? Pasti aku sudah makan dan bermain di kamar Mama lalu tidur. Sementara di rumah Papa, aku bisa tidur jam berapa pun, makan sesukaku, jajan sebosanku. Tak jarang Papa menyuruhku untuk membeli rokok di warung sebelah, imbalannya adalah jajanan yang aku mau. Aku menggendut di sana.
Semenjak saat itu, aku sering berpindah-pindah rumah. Sesuai mood-ku. Sungguh aku bisa meminta dijemput Papaku jika bosan. Terdengar asyik bukan? Tapi nyatanya tidak. Tidak sama sekali.
Ada saat dimana aku lebih suka tinggal dengan Mama. Misal, ketika aku mendengar petikan gitar Mama yang tak jago-jago amat, menyanyi bermodalkan kaset CD dari brand susu ternama, pergi ke tempat fitness, tidur di kamar Mama, dan membantu memasak katering. Bila ditanya, bocah ini pasti rindu masa itu.
Aku didaftarkan di sebuah TK swasta yang cukup mahal dan terkenal. Tentu kualitas pendidikannya sangat baik. Kakakku tidak disekolahkan disana dulunya. Ia hanya didaftarkan di TK dekat rumah Nenekku (dari Mama). Mungkin itu salah satu keistimewaan yang aku dapatkan?
Ada kejadian unik—menurutku— di TK itu. Aku punya teman dekat. Laki-laki yang gendut. Kami selalu asyik bermain saat masih ditingkat A. Sampai suatu hari aku dipindah ke kelas A yang lain. Huft. Punya teman satu tapi sekarang dipisah. Menyebalkan. Aku hanya sering bermain dengannya, salah?
Lalu, ada lagi. Mama mengajakku ke rumah Nenek. Ada acara keluarga disana, sepertinya ulang tahun Kakakku. Aku melihat seseorang disana. Umurnya setara denganku, mungkin berbeda bulan. Aku memanggil namanya. Benar saja itu teman dekatku yang dipisahkan denganku. Aku bertanya pada Mama, ''Ma, kok ada temen Nia?" tentu dengan bahasa sebisaku. Mama tertawa, "Iya, dia saudara sepupu kamu,"
Mataku membulat. Bagaimana bisa teman dekatku adalah sepupuku? Bisa jadi sinetron baru, sepertinya.
Aku bukan anak yang pemalas waktu itu. Setiap pulang sekolah, selepas mengganti pakaianku, aku mengerjakan pr terlebih dahulu baru pergi bermain ke rumah Diandra atau tidur. Rajin sekali. Tapi itu dulu. Sekarang?
Masa balitaku tidak begitu mengasyikkan, lebih sering dijahili Kakakku sampai menangis. Terkadang aku suka menguping pembicaraan Mama dengan karyawannya. Cerita-cerita itu langsung melekat di otakku. Apa pun yang berkaitan dengan kedua orangtuaku.
***
Hari ini mama mengajakku ke gym. Bocah gendut itu berlarian mengejar Mamanya yang sedang menuju pintu masuk. Mamaku menyerahkan kartu membernya dan segera menaruh tasnya. Banyak yang menyapaku, rasanya seperti artis yang dikelilingi para penggemarnya.
Tiba-tiba saja Mama memperkenalkanku dengan seorang temannya. Aku tak sudi menyebut namanya. Mari kita panggil dia 'Kodok'. Dia seorang binaragawan. Aku tak tahu Mama kenal dimana, kapan. Yang aku tahu adalah beberapa waktu kemudian orang itu menginap di rumahku.
Ia tidur di karpet ruang keluarga yang menurutku itu lebih seperti ruang menonton TV biasa—aku tak merasakan kehangatan berkumpul dengan keluarga.
Karena Mamaku memiliki usaha katering dan lebih efisien jika diantar dengan motor, Kodok yang mengantarkan katering itu. Ia juga sering pergi ke gym entah ngapain di sana.
Kupikir ia hanya akan menginap sebentar saja. Namun, jauh dari bayanganku maupun Kakakku. Satu tahun kemudian, aku yang sudah berada di bangku sekolah dasar bersama kakak, mulai diantarnya ke sekolah. That's weird.
Bagaimana bisa Kodok mengantarku sementara ia bukanlah orangtuaku?
Aku tak mau diantarnya. Aku tak mau teman-temanku tahu aku diantar oleh siapa. Seberapa sering pun ia membantuku mengerjakan pr, aku tetap tak suka padanya. Tiba-tiba datang, menginap bertahun-tahun. Aku tak tahu hubungannya dengan Mama.Ada satu rahasia kecil yang kusimpan. Kini akan kubagikan dengan kalian.
Laki-laki itu pernah memarahi Mama. Anak berumur 6 tahun yang melihat kejadian itu bungkam. Memilih bersembunyi setelah menguping dan mendapati Mamanya menangis karena orang asing.
Rumah sudah hening, aku masuk ke kamar Mama. Mama terburu-buru mengusap matanya. Aku melihatnya. Air mata. Hening.
Sampai sini, mungkin kalian akan bosan. Sungguh, ini belum ada apa-apanya. Bisa saja kalian menganggap kehidupan seseorang seperti bocah ini akan bahagia. Tapi tunggu, apa yang akan terjadi padanya nanti, esok, dan lusa.
Aku sempat diajak Mama ke suatu tempat, tentunya dengan Kodok. Entah apa yang mereka bicarakan dengan seorang pemuka agama. Lalu, untuk pertama kalinya aku melihat Kodok beribadah. Wow. Aku tak tahu kenapa kami kesana sampai..
Maju ke 8 April 2011. Mungkin hari membahagiakan untuk Mama. Tidak untukku maupun kakak. Hari dimana Mama menyuruh kami untuk memanggilnya 'Ayah'. Aku tidak pernah menerima hal itu. Tidak akan. Setiap hari benciku padanya semakin bertambah secara eksponensial. Dan sekarang aku harus memanggilnya Ayah? Jangan bercanda. Sejak aku melihat Mama menangis, aku membencinya. Dan aku harus membawakan cincin pernikahan Mama dengan orang yang kubenci.
April 15
-Craxx.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU (Tidak) Bahagia.
Teen Fictionbroken inside. Aku ingin menghilang. Hatiku penuh luka. Mental rusak. Otakku mulai terpengaruh kegilaan ini. Aku akan membawamu melintasi ruang waktu, melihat betapa kejamnya dunia padaku dan manusia yang merasakan hal serupa. cerita ini mengandung...