2

27 2 0
                                    

Setelah pernikahan itu, kami pindah ke rumah nenek. Rumah nenek dari mama mulai sepi semenjak paman dan bibiku membeli rumahnya masing-masing. Mama yang tinggal dikontrakkan pun memutuskan pindah setelah 5 tahun disana.

Jujur aku tidak terlalu suka dengan nuansa rumah nenek. Selalu saja aku merasa diawasi entah dengan siapa. Suasananya menyeramkan jika tidak ramai.

Oh ya, kakek sudah meninggal sejak aku berumur 4 tahun. Satu-satunya kenangan yang kupunya adalah duduk di pangkuan kakek yang dihiasi tawa ria.

Sesampainya di sana, aku menunggu barang-barang sepupuku dibereskan dan ditukar dengan barangku serta kakak. Ya, kami sekamar lagi. Di rumah nenek hanya ada tiga kamar. Jadi mau tidak mau kami harus tidur di satu kamar yang sama.

Akan kulompati cerita pindah rumahnya, aku tak mau kalian bosan.

Selain katering, mama juga mempunyai EO atau Event Organizer. Mama bekerja dibantu oleh teman-temannya dan biasanya mama dijuluki 'Bu-Dir'. Tebak sendiri kepanjangannya apa. Satu tahun sekali, paling banyak, mama hanya dapat satu event. Event ini berupa pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh perusahaan untuk mereka-mereka yang akan pensiun dari perusahaan tersebut agar tetap bisa sukses dan produktif dihari tuanya. Sedari kecil, pasti ada satu minggu yang sangat berharga. Aku selalu ikut mama kesana-kemari mengurusi event. Ada hari-hari dimana orang hanya duduk di ruang meeting sebuah hotel, ada pula yang makan di luar, melihat-lihat budidaya tumbuhan dan hewan, makan di tempat-tempat ternama. Mama kadang memilih acaranya diadakan di luar kota, seperti Bandung, Bali, Jakarta, Aceh, kadang di Jogja. Sejauh ini, yang menarik adalah saat-saat di Bandung dan Bali. Bandung rasanya sangat akrab ditelingaku. Memori-memori indah bersama mama ada di Bandung. Banyak sekali.

***

Bocah ini adalah anak yang cengeng. Diganggu sedikit langsung menangis sesenggukan. Kakak selalu mengejek dirinya karena itu. Bocah cengeng pun mulai menangis dalam diam, terlebih jika ada kakak di sampingnya.

Sakit rasanya menangis dalam diam. Pura-pura pilek jika ditanya.
Aku tidak pernah bisa menangis lagi dihadapan orang lain. Aku mulai memasang topeng bahagia dan memendam segala rasa sakit hati yang kurasakan setelahnya.

Tak hanya sekali ia menyebutku cengeng. Aku yang terus-terusan mendengar kata itu mulai memutuskan untuk menutup diri. Sekarang aku mulai menyesal kenapa aku memilih pilihan tersebut.

Diolok kakak sudah menjadi makananku sepertinya. Hey, dia bahkan pernah menamparku. Itu bukan hal yang menyenangkan. Akan tetapi, aku selalu tertawa ketika menceritakannya. Hanya aku atau..

Lupakan. Aku ini memang aneh. Setiap kali terluka, selalu saja tertawa.

Tidak seorang pun mengenaliku dengan baik. Tidak seorang pun mengetahui semua rahasiaku. Tidak barang seorang pun tahu aku butuh bantuan. Mereka tak akan percaya. Menganggap ini semua hanya gurauan semata. Haruskah aku tetap percaya pada mereka atau tidak? Jika ditinggalkan, maka aku akan kehilangan teman. Sulit bagiku untuk mencari teman. Banyak yang palsu. Pemikiran mereka tak bisa ditebak. Dengan begitu, aku berpikir lebih baik menyendiri.

Setiap harinya, aku menambah pikiran negatif. Aku ini terlalu bingung dengan diriku sendiri. Tiba-tiba menangis, tiba-tiba sangat sensitif, marah. Ingin mati saja. Satu-satunya cara untuk tidak lagi merasakan sakit. Peduli setan dengan orang lain. Biarpun mereka merasa kehilangan, itu adalah kutukan yang tepat untuk mereka.

Ternyata sakit ini bisa membuat otakku gila. Aku suka dengan darah, tapi aku tidak akan membuat diriku berdarah. Walaupun secara tidak sengaja bagian tubuhku berdarah, itu membuatku sangat senang. Ketika aku merasa ingin menyakiti diriku atau self-harm, aku lebih menyukai cara-cara seperti menjepitkan tanganku di lemari, membenturkan kepala, dan menarik rambutku hingga rontok. Aku tidak menyarankan kalian untuk melakukannya, cukup aku saja yang gila.

Lama-lama aku berpikir, sepertinya aku mulai menyukai kegilaan ini. Unik rasanya. Saat aku mulai menggila, pikiranku dipenuhi dengan keinginan bunuh diri, sesak, jantungku serasa diremas. Sampai-sampai aku suka merindukan rasanya.

Kalian mungkin bertanya, apa yang ada diotakku saat fase itu terjadi?

Maka jawabannya adalah,
Semua masalah berkumpul diotakku. Semua emosi berkecamuk menjadi satu. Memikirkan orang-orang yang terlibat denganku. Tiba-tiba jantungku seperti diremas. Aku benar-benar cemas bagaimana cara untuk menyelesaikan semua masalah. Alasan-alasan apa yang membuatku seperti ini. Mengapa aku selemah ini. Mengapa aku merasakan ini. Sungguh aku tak pernah meminta untuk semua ini terjadi. Napasku terasa sesak. Aku menangis untuk kesekian kalinya. Aku mulai menarik helaian rambutku. Andai helaian-helaian itu adalah masalah, banyak sekali masalah yang telah selesai seiring aku mencabutnya. Aku memukul tembok, membenturkan kepala hingga pusing, dan menjepitkan jari-jari sampai memar dan bengkak. Kalau masih sakit, aku ingin mati. Entah berapa banyak percobaan bunuh diri yang aku lakukan. Aku suka menahan napasku ditengah malam, membayangkan aku mati dan ditemukan keesokan harinya atau mencoba berjalan ke dapur untuk mengambil sebuah pisau dan menancapkannya ke lambung. Aku ingin mati perlahan. Menikmati tiap detiknya untuk terakhir kalinya? Meskipun aku menangis, tak ada yang bisa mendengarnya kecuali diriku sendiri.

Untuk apa aku menangis? Toh, sudah sering. Namun, kenapa setiap kali aku merasakannya, keadaan semakin memburuk? Aku berharap aku tak pernah dilahirkan seperti ini. Aku berharap keluargaku normal-normal saja. Aku tidak perlu merasakan rasa sakit ini. Topeng yang kupakai rasanya semakin retak, tapi aku terus menambal topeng itu tanpa mau membukanya dihadapan orang-orang. Orang-orang sudah mengenalku menjadi diri yang periang, suka membuat mereka tertawa. Aku ini sudah dianggap seperti pelawak. Pelawak mana yang menceritakan kisah sedih sambil menangis tersedu-sedu? Aku tahu pelawak pun punya kisah menyedihkan dibaliknya. Akan tetapi, mereka membuatnya sebagai lelucon yang mungkin dianggap masyarakat hanya lelucon belaka. Masyarakat tak pernah tahu apakah itu benar adanya atau tidak. Sementara itu, aku berpura-pura tidak terjadi apapun.

Mereka berkata, "Kamu kurang ibadah kali! Makanya sering-sering mendekatkan diri pada Tuhan! Kena karma kan, jadinya."

OMONGANMU ITU SAMPAH! AKU PUN SUDAH BERIBADAH SERAJIN MUNGKIN DAN TIDAK ADA YANG BERUBAH! INI BUKAN SEKEDAR MASALAH YANG BISA DISELESAIKAN DENGAN IBADAH. KAMU TIDAK BISA SEENAKNYA MEMANDANG SEMUA INI MUDAH SAMPAI KAMU BENAR-BENAR MERASAKANNYA.

Aku ingin kamu merasakannya juga. Menderita. Sesak sampai ingin mati. Aku ingin tahu jalan mana yang akan kamu pilih. Mati atau tetap bertahan?

Lucu sekali orang zaman sekarang menilai sesuatu dengan mudahnya. Aku disini selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang baru dan tidak mau mengkritik orang tersebut tanpa mengenalnya lebih dalam. Manusia-manusia tersebut harus disingkirkan. Kami ini menderita dan mereka yang berperan sebagai pelaku, hidup dengan damai tanpa dihantui rasa bersalahnya. Banyak dari mereka yang tak tahu, korbannya bisa benar-benar kehilangan akal sehatnya dan melakukan tindakan ekstrem.

***

Karena aku selalu memendam segala masalahku, aku akan menceritakan rahasia-rahasia dan emosi yang ada dalam diriku lebih dalam.

Kita mulai,
sekarang.

Mei 1
-Craxx.

AKU (Tidak) Bahagia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang