☁ chapter iii ;vienna wine

77 9 5
                                    

Setelah tragedi hari Minggu itu, aku mengurung diri di kamarku sambil menginstropeksi diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tragedi hari Minggu itu, aku mengurung diri di kamarku sambil menginstropeksi diri. Aku hanya keluar dari kamar untuk mengambil makan malam dan kembali lagi ke kamar. Sepanjang sisa hari Minggu itu aku memikirkan bagaimana caranya untuk meminta maaf kepada seseorang bernama Jeon Wonwoo. Aku bertanya kepada Dino melalui chat untuk diberikan saran. Tapi tentu saja Dino yang baru kelas XI itu tidak tahu apa-apa tentang Jeon Wonwoo kecuali fakta bahwa dia bisu. Itu pun dia tahu gara-gara temannya yang memberitahu.

Kalau begini caranya bagaimana aku bisa meminta maaf kepadanya? Tidak mungkin aku menceritakan hal ini kepada teman perempuan sekelasku, pasti aku bisa di hujat atau justru malah dianggap aneh. Lagipula aku juga tidak terlalu dekat dengan mereka untuk curhat masalah seperti ini. Ah, semakin dipikirkan justru keberanianku untuk meminta maaf hilang. Oh, mengapa aku harus dipertemukan dengan laki-laki itu? Kenapa tidak bisa laki-laki lain saja? Kepalaku bisa pecah lama-lama memikirkan hal ini.

Ah, sudahlah, kalau sudah telanjur begini, biarkan saja semuanya mengalir apa adanya. Semoga saja aku tidak harus bertemu dengannya lagi. Aku dan dia sudah kelas XII, bukan? Hanya tersisa 6 bulan dan aku sudah bukan anak SMA lagi. Seharusnya, aku bisa tidak bertemu dengannya. Apalagi siswa kelas XII disibukkan dengan banyak hal, dan kami harus belajar untuk menghadapi tes masuk perguruan tinggi yang kata kakak alumni seperti neraka itu. Sekarang aku hanya bisa berharap untuk tidak menemui dia lagi.

Tapi, kalian tahu, kan, kalau kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapan kita? Ya, itulah yang sedang kurasakan sekarang. Selama seminggu ini aku terus-terusan berpapasan dengannya. Namun karena aku selalu gugup saat melihat wajahnya yang datar itu, aku selalu menarik diri untuk tidak meminta maaf.

Namun, hari Rabu ini, tepatnya setelah pulang sekolah di perpustakaan, aku bertemu dengan dia lagi. Setiap hari Selasa dan Rabu aku memiliki kebiasaan untuk pergi ke perpustakaan sekolah dan membaca buku sampai nanti Dino selesai melakukan pembelajaran mandiri, lalu kami akan pulang bersama. Aku sudah melakukan hal ini selama 2 tahun, namun mengapa aku tidak pernah menyadari keberadaan Jeon Wonwoo di perpustakaan?

Apakah mungkin karena sebelumnya aku tidak memiliki urusan dengannya jadi aku tidak mempedulikan eksistensinya? Atau karena aku selalu terlalu asyik membaca buku jadi tidak menyadari apapun yang terjadi disekitarku? Entah apapun alasannya, tapi yang jelas sekarang aku jadi tidak bisa konsentrasi membaca buku yang kupegang karena aku terus-terusan memandangi laki-laki bersurai hitam yang duduk 2 meja di depanku. Sambil menutupi sebagian wajahku dengan buku, kenapa aku malah jadi terlihat seperti stalker, ya?

Semakin memperhatikan wajah yang terlihat tenang itu, entah mengapa aku jadi ingin terus-terusan menatapnya. Sepertinya dia kutu buku akut dinilai dari penampilannya. Tapi ini tidak adil sama sekali! Kenapa kacamata bulat dan potongan rambut yang rapi itu cocok sekali dengan wajahnya? Biasanya orang-orang dengan penampilan seperti itu, kan, terlihat culun. Atau karena wajahnya yang tampan itu jadi dia akan terlihat cocok dengan apa saja? Wah, andwae!! Apa yang sedang aku pikirkan?! Sadarlah, (y/n)!! Kau tidak boleh lupa dengan misi utamamu, yaitu meminta maaf kepadanya, bukan menyukainya!

𝐘𝐔𝐀𝐍𝐅𝐄𝐍'ʲʷʷˊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang