Esok harinya, kantin terlihat lebih lengang daripada biasanya. Jam istirahat tidak mengundang banyak siswa yang ke kantin.
Dimas sekarang berada di kantin, menunggu pesanannya selesai. Bersama Awan dan Eran, mereka memesan mie ayam.
"Dim makasi ya yang kemarin,"
Mata Dimas, Awan dan Eran langsung tertuju pada perempuan yang baru saja menghampiri meja mereka.
"Iya, kalem. Gak usah kepedean," sahut Dimas.
"Gue bilang makasi juga supaya lu gak berpikiran kalau gue gak tau terimakasih," ucap Naya dengan nada yang agak tinggi.
"Ribut lagi deh," bisik Awan kepada Eran.
"Ya udah gue balik ke kelas. Sekali lagi, gue gak kepedean. Jadi gak perlu takut,"
Naya langsung melangkahkan kakinya meninggalkan kantin.
"Kenapa lu sensi banget kayaknya sama Naya?" tanya Eran.
Mie ayam mereka sudah jadi dan diantarkan ke meja mereka.
"Makan dulu baru ngomong," jawab Dimas.
•••••
"Nay, Sasa masih kayak gitu?" tanya Vina.
"Ya gitu lah. Gak tau ah, capek gue ngadepinnya," ucap Naya.
Lihat saja, sekarang Sasa sedang tertawa bersama Alin dan Gia. Seakan-akan memperlihatkan kepsda teman sekelas kalau hubungannya dengan Naya dan Vina sedang tidak baik.
Kekanakan.
Sekarang Vina duduk di sebelah Naya. Sasa tidak pindah tempat duduk, masih di samping Naya. Tetapi orangnya di tempat duduk Alin dan Gia. Vina hanya inisiatif menemani Naya.
"Pulang sekolah gue mau ke mall, lu mau ikut Vin?"
"Tumben lu pulang sekolah ke mall,"
"Maunya kemarin, tapi ada rapat. Gak jadi akhirnya,"
"Ya udah gue izin mama gue dulu,"
"Yess! Oke Vin, gue tunggu kabar baiknya,"
Vina mengacungkan jempolnya. Sebentar lagi istirahat selesai, Vina harus kembali ke tempat duduknya. Sasa pun kembali ke tempat duduknya, di sebelah Naya.
Mereka masih sama-sama diam. Naya merasa dirinya sudah mengajaknya berbicara tadi, tetapi tidak digubris.
Kalau sudah begini, Naya menjadi ikutan kesal. Masalahnya sepele tapi seperti masalah besar.
•••••
"Yuk Vin, nanti keburu sore banget," ajak Naya saat ia sudah siap berangkat ke mall, Naya menghampiri tempat duduk Vina.
"Sasa gak diajak?"
"Lu aja yang ngajak,"
"Sebentar,"
Vina terlihat sedang membujuk Sasa untuk ikut, tetapi hasilnya nihil. Sasa tetap keras kepala dan sedikit membentak Vina. Dia tidak ikut.
"Sasa gak ikut," ujar Vina.
"Iya gue tau, ya udah sama lu aja gak apa-apa kan?"
"Iya lah gak masalah, gue juga udah diizinin,"
"Yuk langsung berangkat,"
Mereka memilih untuk memesan taksi online. Harganya cukup murah. Selama di perjalanan mereka berbincang banyak hal.
"Sasa beneran marah karena ditinggal lari, Vin?" tanya Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAS
Fiksi RemajaTidak pernah terlintas dalam pikiran Naya kalau dia akan dekat dengan Dimas. Dimas bukanlah laki-laki berparas tampan yang banyak digemari perempuan alay. Dimas, laki-laki most wanted yang sebenarnya biasa saja. Banyak orang berpendapat kalau Dimas...