7 • Sabtu dan Hadiah •

13 2 1
                                    

Eran turun lebih dulu daripada Sasa dan Naya. Setelah Eran turun, Sasa mengobrol dengan Naya.

"Nay, Eran kalau diliat-liat ganteng juga ya?" ucap Sasa.

"Hah? Ngaco lu!" sergah Naya dengan cepat.

"Yang tadi bukan dek?" ucap ibu-ibu yang berbisik kepada Naya kalau Eran itu 'stress'.

Naya dan Sasa lantas menoleh ke arah ibu-ibu tersebut.

"Eh? Bukan bu," jawab Naya dengan kikuk.

"Iya, Nay. Apalagi kalau bawa motor,"

"Bawa motor?"

"Eh mengendarai maksud gue. Lu pernah dibonceng Eran kan? Rasanya gimana Nay?" tanya Sasa.

"Gak gimana-gimana,"

"Lu suka sama Eran?" tanya Sasa lagi.

"Engga," jawab Naya singkat.

"Ya udah, gue aja yang suka. Boleh kan?"

"Seriously!? Lu gak bercanda kan?" tanya Naya dengan wajah yang terkejut.

"Gue serius Nay,"

"Jangan main-main sama perasaan lu. Suka atau ngga itu tergantung hati lu, gak bisa sekarang lu tiba-tiba suka terus labil, yakinin perasaan lu Sa," jawab Naya.

Tidak ada jawaban dari Sasa. Sepertinya ia larut dalam pikirannya sendiri.

Apa jangan-jangan Sasa marah kemarin karena Eran dekat dengan Naya?

Tapi Eran memiliki rasa dengan Gia. Naya takut kalau Sasa akan sakit hati. Apalagi Gia sepertinya memiliki perasaan yang sama dengan Eran.

•••••

Keesokan harinya.

"Naya!"

Orang yang dipanggil menoleh. Melihat laki-laki yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Naya hanya diam menunggu di ujung koridor.

"Kenapa Dim?" tanya Naya saat Dimas sudah berada di hadapannya.

"Gue bakal lomba–"

"–iya gue tau," potong Naya dengan cepat.

"Sabar elah. Gue belum selesai ngomong,"

"Ya udah lanjutin aja,"

"Nanti gue minjem catetan lu ya? Karena gue bakal banyak dispensasi," ucap Dimas.

"Hadiahnya apa?" tanya Naya.

"Hadiah? Maksudnya?"

"Ya iya, hadiah. Karena gue udah mau minjemin catetan gue ke lu,"

"Terserah lu mau apa, nanti gue kabulin,"

"Beneran!?" Naya terkejut. Ia kira Dimas tidak akan mau. Sebenarnya Naya hanya 'coba-coba' menanyakan itu kepada Dimas. Naya bukan tipe wanita yang matre.

"Iya, soalnya Gia juga bakal banyak dispensasi. Dan lu masih lama dispensasi kegiatan OSIS-nya," jelas Dimas.

Oh jadi karena Gia gak bisa.

"Oh oke," jawab Naya dengan singkat.

Dimas diam sejenak. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Sabtu belajar bareng sama gue,"

"Hah? Belajar apa?"

"Apa aja," ujar Dimas singkat, kemudian berbalik arah menuju kelas. Meninggalkan Naya yang masih mencerna kata-kata Dimas.

DIMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang