Bel masuk sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Semua murid sudah berada di kelasnya masing-masing. Tapi Naya belum berada di kelas.
"Naya dimana ya?" tanya Sasa kepada Vina yang duduk di belakang Sasa.
"Gak tau gue juga. Telat mungkin? Coba sebentar gue whatsapp orangnya," ucap Vina lalu ia mengutak-atik ponselnya.
Naya
Gue ada urusan sebentar
Dipanggil pembina
Read."Ohh, Naya dipanggil pembina Sa," ucap Vina kepada Sasa.
"Sibuk banget sih tuh orang, masih pagi udah ngurusin OSIS aja,"
Kalau yang lain dipanggil pembina, rasanya mereka pasti membuat pelanggaran. Tetapi tidak berlaku bagi Naya yang hampir setiap hari mengunjungi ruangan pembina. Walaupun pembina itu dianggap galak dan 'killer' oleh banyak murid, tetapi sebenarnya semua pembina OSIS adalah orang yang baik.
"Ya namanya juga bendahara Sa, tapi gue salut loh sama Naya. Masih aja dapet nilai yang bagus. Padahal bagi waktu itu katanya susah,"
"Gue juga salut sama Naya, Vin. Kuat banget ngadepin gue yang kayak gini bentukannya," ucap Sasa sambil tertawa.
•••••
Putri, Gio dan Naya sedang berada di ruangan pembina OSIS. Mereka dipanggil karena event OSIS tinggal satu bulan lagi.
"Saya ingin acara ini sangat meriah, anak-anak. Seperti yang kalian tahu, acara ini sudah turun-temurun. Saya pribadi menaruh harapan besar kepada kalian, jangan sampai hasilnya mengecewakan,"
"Iya pak, baik. Kami janji hasilnya tidak akan mengecewakan," jawab Putri.
Tidak mudah menjanjikan suatu acara akan berjalan lancar, bahkan sukses. Tetapi sebagai jaminan, selurug anggota OSIS pastinya akan mengusahakan semaksimal mungkin agar acara ini sukses. Acara ini semacam festival musik, diadakan setiap tahun.
Hanya satu bulan untuk mematangkan persiapan acara. Sponsor sudah didapat oleh panitia. Susunan acara sudah siap. Bintang tamu sudah ada. Tinggal persiapan teknis dan pematangan saja. Tetapi panitia tetap saja harus siap sibuk.
Mereka masih berbincang-bincang dengan para pembina. Membahas persiapan yang diperlukan dan tawaran bantuan dana dari pihak sekolah.
•••••
"Gimana rasanya belajar barenggg, terusss pulang barenggg sama 'most wanted' kayak Dimas?"
Pertanyaan ini ditujukan untuk Naya. Dari siapa orang ini tahu kalau Naya belajar bersama Dimas?
Ini pertanyaan mengagetkan bagi Naya. Apalagi sekarang ia masih berada di ruang osis sejak jam istirahat tadi. Sibuk membereskan berkas-berkas dan dikejutkan dengan pertanyaan itu.
"Sok tau!" tukas Naya dengan cepat. Berpura-pura tidak melakukan hal yang dituduhkan.
"Kalau gue emang tau gimana?"
"Ya gak gimana-gimana,"
"Udah lah Nay, udah berapa lama sih kita partneran?"
"Gak gitu Han,"
"Terus gimana Nay?"
"Oke. Emang iya gue kemarin hari sabtu lagi bareng sama Dimas, tapi gue gak ada maksud sama sekali Hani. Jangan mikir yang aneh-aneh, oke?"
Entah darimana Hani mengetahui kalau Naya dan Dimas belajar bersama hari sabtu. Tapi memang tujuan mereka untuk belajar. Naya meminjamkan buku catatannya untuk Dimas karena Dimas sedang banyak-banyaknya dispensasi. Hanya tersisa lima hari lagi Dimas akan mengikuti lomba.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAS
Teen FictionTidak pernah terlintas dalam pikiran Naya kalau dia akan dekat dengan Dimas. Dimas bukanlah laki-laki berparas tampan yang banyak digemari perempuan alay. Dimas, laki-laki most wanted yang sebenarnya biasa saja. Banyak orang berpendapat kalau Dimas...