Hari sekolah terlihat menjenuhkan. Tugas yang menumpuk ditambah ulangan dan presentasi yang mengantri. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya Naya mengatur waktu? Terlebih Naya adalah anggota OSIS. Tentu saja Naya memiliki tanggung jawab di organisasi itu. Tugas sekolah belum selesai, kegiatan OSIS berjajar di depan mata.
Hani dan Naya adalah teman dekat di organisasi. Mereka sudah kenal dari masa perkenalan sekolah. Kalau sudah bersama Hani, Naya langsung berubah menjadi sosok yang selera humornya membuat geleng-geleng kepala.
Kucing lewat saja ditertawakan.
Sekarang Naya diajak menikuti rapat hari ini. Naya tidak masalah, hari ini ia tidak ada kegiatan lain.
"Nay, jangan lupa. Nanti momski marah," ujar Hani saat menghampiri tempat duduk Naya.
"Siap bosque! Momski tercinta gue ikut kan?"
"Ikut lah. Dia ketua masa gak ikut, ngaco lu ah" ujar Hani diiringi kekehan kecil.
"Oke deh,"
Percakapan Hani dan Naya selesai. Bel masuk akan berbunyi lima menit lagi. Saatnya bagi Naya untuk kembali ke kelas, setelah hampir satu jam berada di Ruang Osis.
Hari ini X MIPA 1 sedang ujian olahraga. Mereka diminta untuk lari dua kali keliling komplek sekitar sekolah. Bayangkan, sekali keliling saja sudah mau pingsan rasanya. Ini dua kali keliling!
"Dim, coba lu bilangin ke Bu Sri. Jangan nyiksa muridnya kayak gini," ujar Eran saat mendapat pesan dari Bu Sri yang menginfokan kegiatan hari ini.
"Ketua kelasnya siapa?" sahut Dimas.
"Gue," ucap Eran.
"Tugas siapa harusnya?"
"Ya elah Dim. Skak banget sih. Kenapa ya ada orang kayak lu,"
"Gak tau gue juga,"
Buntu sudah. Akhirnya Eran mengumumkan di depan kelas kegiatan olahraga hari ini.
Nasib. Mereka harus berlari dua kali keliling komplek. Siswi X MIPA 1 sudah letih. Mereka memegangi lutut masing-masing. Baru setengah keliling. Masih satu setengah kali keliling lagi.
Sedangkan siswa X MIPA 1 belum berangkat. Mereka tahu kalau siswi-siswi itu akan lambat berlarinya. Supaya adil, siswa X MIPA 1 berlari setelah 10 menit siswi X MIPA 1 berangkat.
Sepuluh orang pertama mendapatkan nilai 95. Sepuluh orang berikutnya mendapatkan nilai 90. Dan seterusnya.
Bu Sri menunggu di depan gerbang sekolah. Membawa timer dan peluit.
Sasa sepertinya sudah tidak kuat. Nafasnya sudah terengah-engah. Akhirnya Naya dan Vina berhenti. Mengajak Sasa untuk beristirahat dulu.
"Sa, napas dulu Sa. Jangan sampe lu pingsan di sini. Gue gak bisa gendong lu," ujar Naya.
"Tarik napaasss, buang. Tarik napaasss, buang," ucap Vina sambil mencontohkannya.
Sasa masih berusaha mengatur nafasnya. Naya dan Vina juga mengatur nafasnya yang ngos-ngosan, namun tidak separah Sasa.
"Udah Sa?" tanya Naya.
"Udah. Ayo lanjut," ucap Sasa.
Mereka pun melanjutkan lari mereka. Tidak jauh di belakang mereka, siswa X MIPA 1 sudah terlihat mendekat.
Naya mempercepat larinya. Walaupun ia menolong Sasa, tetapi tetap saja nilai Naya tidak boleh jelek. Kelas mereka terdiri dari 35 siswa. Setidaknya Naya harus mendapat nilai 85. Artinya minimal ia harus mengalahkan 5 siswa di kelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAS
Novela JuvenilTidak pernah terlintas dalam pikiran Naya kalau dia akan dekat dengan Dimas. Dimas bukanlah laki-laki berparas tampan yang banyak digemari perempuan alay. Dimas, laki-laki most wanted yang sebenarnya biasa saja. Banyak orang berpendapat kalau Dimas...