Dimas?
"Ya udah, gue duluan Nay. Have fun,"
Have fun? What the... Batin Naya.
Dan Naya masih memperhatikan punggung Vina yang mulai menjauh.
"Lu mau?"
"Mau apa sih?"
"Mau ke toko buku gak?"
"Ya mau lah, Dim," ucap Naya.
"Ya udah, ayo,"
Akhirnya Naya dan Dimas pergi ke toko buku. Berdua.
Karena mereka berada di lantai 3, sedangkan toko buku itu berada di lantai 1 maka mereka menggunakan eskalator.
Naya jadi teringat kalau dulu sendalnya pernah terjepit di eskalator. Kejadiannya di Jakarta saat Naya bersama mama-nya sedang pergi ke supermarket. Naya menangis ketika sendalnya putus di eskalator.
Dan eskalator itu mati. Karena Naya. Kejadian memalukan yang masih ia ingat sampai sekarang.
Naya menceritakan hal itu kepada Dimas.
"Tapi kaki lu gak kenapa-kenapa?"
"Ya, enggak sih. Kaki gue baik-baik aja, tapi kan gue malu. Eskalatornya mati Dim gara-gara gue. Untung masih kecil, coba kalau sekarang,"
"Jangan sampe," ujar Dimas dengan suara kecil.
Naya itu kadang memiliki masalah dengan pendengaran. Jadi wajar saja ia tidak mendengar ucapan Dimas. Apalagi kalau sedang menaiki motor. Pengemudinya bilang apa, Naya hanya iya-iya saja. Kadang ditertawakan ojek online.
"Nanti mau beli buku apa Nay?" ucap Dimas.
"Tere Liye," Naya menjawab dengan cepat.
"Kalau lu?" Naya bertanya balik.
"Belum tau,"
"Hah? Terus lu ngapain ke toko buku?"
"Nemenin lu,"
.....
"Ohh," jawab Naya setelah terdiam sejenak.
Untuk apa Dimas menemani Naya? Bukannya laki-laki itu malas sekali dekat-dekat dengan Naya?
Setelah sampai di toko buku, Naya langsung melangkah ke deretan buku karya Tere Liye. Dimas membuntutinya dari belakang.
"Udah ketemu bukunya?" tanya Dimas.
"Udah, ini gue mau ke kasir. Lu tunggu di depan aja,"
Saat mengantri di kasir, Naya berpikir kenapa Dimas malah menemaninya membeli buku? Memangnya tujuan Dimas ke mall itu apa?
"Udah selesai nih gue. Lu mau pulang Dim?"
"Nanti,"
"Gue duluan gak apa-apa?" ucap Naya.
"Naik apa?"
"Angutan umum kayaknya,"
"Oh ya udah, hati-hati," jawab Dimas.
"Gue duluan ya,"
Naya melangkah menuju pintu keluar mall. Tapi ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Naya mempercepat langkahnya. Ia takut kalau-kalau ada yang berniat jahat kepadanya.
Saat Naya berada di pinggir jalan untuk menaiki angkutan umum, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.
Please ya Tuhan, ini siapa? Gue gak mau diculikk. Batin Naya
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAS
Teen FictionTidak pernah terlintas dalam pikiran Naya kalau dia akan dekat dengan Dimas. Dimas bukanlah laki-laki berparas tampan yang banyak digemari perempuan alay. Dimas, laki-laki most wanted yang sebenarnya biasa saja. Banyak orang berpendapat kalau Dimas...