Lie's

16 9 0
                                    

"Ley,sorry ya hari ini gak bisa pulang bareng."aku mengerutkan kening.

"Kenapa?ada kerja kelompok?"balasku.

"Em..i..iya."aku mengangguk saja lalu berlalu menuju kelas.

Aku bingung,sejak kapan Gabriel ikut serta dalam tugas kelompok?biasanya ia hanya ikut membayar keperluan atau mengerjakannya seorang diri.Tak mau ambil pusing aku segera menepis fikiran itu.

"Hey Billa."sapa Vero yang berjalan tepat di sampingku.

"Hey juga Ver."balasku.

"Oh iya waktu itu gue denger lo sakit ya,sakit apa?"tanya Vero.

"Gak sakit kok cuma ke capekan aja."Vero mengangguk.

"Eh gue mau tanya dong,kesukaan Nada apa ya?"tanya Vero.

"Kenapa emang?"aku balas bertanya.

"Em..niatnya gue mau oficiallin dia"aku hanya terkekeh.

"Kasih aja coklat sama bunga atau gak yah boneka?hampir semua gadis menyukainya."balasku.

"Termasuk lo?"aku terkekeh.

"Gue sih engga"Vero hanya mengangguk.

Akhirnya,kami berdua tiba di kelas masing - masing.Di dalama kelas aku hanya fokus membaca buku karena entah apa yang ingin aku lakukan.

Bel masuk berbunyi dan guru pengajar sudah masuk ke dalam dam memulai pelajaran.

•••

Bel istirahat berbunyi entah mengapa hari ini aneh sekali siswa dan siswi kelasku keluar menuju kantin lebih cepat dari biasanya.Padahal murid kelasku ini termasuk murid - murid yang jarang sekali pergi ke kantin.

Aku berjalan menuju kantin seorang diri.Setibanya di kantin aku terkejut.Ramai sekali,lebih ramai dari biasanya.

Aku bertanya pada salah satu siswi yang kebetulan ada di sebelahku."Ada apa ya?"

"Itu kak katanya ada yang di tembak romantis banget lagi."balas siswi sampingku.

"Siapa?"tanyaku lagi.

"Katanya nama cowoknya kak Vero ceweknya aku gak tau kak."aku terkejut.Aku lupa kalau pria itu akan menembak Nada.

Aku masuk kedalam kerumunan dan berdiri paling depan.Ku lihat Vero yang membungkuk di depan Nada sambil memegang bucket bunga dan cokelat dan tampak jelas sekali wajah Nada yang tegang dan merah merona.

Banyak sorakan yang lontarkan penonton sekitar.Jujur,jika aku ada di posisi Nada aku akan sangat malu sekali.

"Jadi bagaimana Nada?"

"Answer...."

Keadaan menjadi tegang seketika tetapi hal itu membuatku ingin tertawa.

"Yes,iya aku mau Ver."

Riuh kembali sorakan yang memekikan telinga.Aku segera menutup telingaku dan keluar dari dalam kantin.

Aku memilih kembali ke kelas dan memakan bekal yang sempat ku bawa.Di tengah jalan aku tak sengaja melihat Gabriel sedang duduk bersama gadis yang sama.

Mendadak nafsu makanku hilang hatiku pun terhenyak.Aku tahu aku hanya sebatas sahabat dia saja tak lebih tak mau ambil pusing aku melewati mereka dengan terus memandang kedepan.

"Hai Ley."sapa Gabriel namun aku hanya menoleh dan tersenyum lalu aku kembali berjalan menuju kelas.

Di kelas aku hanya menatap keluar jendela.Hidupku semakin hari semakin aneh seakan banyak rahasia yang tersembunyi dan untuk mengungkapnya aku malas mencari tahu.

Ku hembuskan nafas gusar dan membuka buku harianku yang kebetulan ku bawa hari ini.Entah angin dari mana.

Aku mengambil pena di tempat pensil dan kutorehkan semua perasaanku kedalam buku yang pernah terkena cipratan darah tanganku.

Bel masuk berdering nyaring semua siswa dan siswi berhamburan masuk kedalam kelas dan tak lama guru pengajar tiba dengan segudang materi baru.

•••

Pulang sekolah kali ini aku harus menunggu angkot di halte sekolah.Sekolah sudah mulai sepi hanya tersisa anak osis yang sedang mengadakan rapat osis.

Hari ini begitu panas,kepalaku sedikit pusing menunggu dan entah kesialan dari mana angkot hanya ada 2 kali disini dan semuanya sudah pergi.

Aku menghembuskan nafas penat ku putuskan untuk memesan ojek online saja.Tak lama ojek online itu datang dan aku meninggalkan pekarangan sekolah.

Saat asik melamun mataku tak sengaja melihat Gabriel sedang bersama gadis itu di sebuah cafe.Mereka sedang mengobrol ria dan sesekali tertawa bersama dan tampak jelas sekali Gabriel mengacak rambut gadis itu sebagaimana ia memberikan itu kepadaku.

Cemburu.Tentu.Karena aku sudah menyadari perasaanku satu hari lalu.Tapi aku sadar,aku hanya sahabat.Iya sebatas sahabat.

Kemacetan kota membuatku semakin sial.Aku harus berlama - lama memandang pemandangan yang tak kusuka.Dan ah,aku baru ingat.Gabriel tadi tak mau mengantarku karena kerja kelompok,tapi mengapa ia pergi bersama gadis itu?

Tak mau menambah sakit di relung hati ku palingkan wajah dan menatap ke arah lain sampai akhirnya kemacetan reda dan aku tiba di rumah.

•••

📢Semoga happy bacanya!!

Kita pernah ada ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang