"Pagi Billa."sapa dokter Andi dari mobilnya.
"Pagi dokter!"balasku seraya tersenyum kikuk.
Hari ini kedua kalinya aku melakukan kemoterapi dan aku masih sangat takut.
Aku masuk kedalam mobil dokter Andi yang perlahan menjauhi rumah. Tak ada yang membuka suara,aku terdiam merenung ke jendela sembari membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
"Hei,kok diem aja?kenapa?"tanya dokter Andi yang mulai bosan dengan keheningan.
"Emm....takut."balasku sambil menunduk.
"Kan ada dokter."dokter Andi mengelus pangkal kepalaku sembari tersenyum manis.
Aku yang melihat itu perlahan mulai tenang dan tak terlalu khawatir dan takut.
"Jangan takut dan khawatir dong,nanti makin sakit."aku yang mendengar itu hanya mengangguk saja.
Akhirnya kami tiba di rumah sakit aku di bawa ke dalam ruangan yang sama seperti saat pertama kali aku di kemoterapi.
Selepas kemoterapi tubuhku terasa sangat lemas seperti sebelumnya aku tak bisa duduk lagi jadilah aku harus menunggu beberapa jam kedepan sampai aku sedikit pulih.
Di luar ruangan,dokter Andi mengobrol dengan suster yang membantu menangani Billa.
"Kanker nya semakin buruk ya."ujar dokter Andi sambil memijat pelipis.
"Iya dokter kau benar kankernya sudah masuk stadium dua."dokter Andi merasa sangat cemas.Ingatannya kembali berputar pada gadis yang dulu selalu ia peluk dan kecup setiap pagi,anaknya.
"Jangan kembali memutar masa lalu dokter."ujar suster Raysa,suster yang membantu dokter Andi.
"Iya kau benar Raysa,tapi rasanya aku tak ingin kehilangan gadis itu meski dia bukan anakku."sahut dokter Andi.
"Doakan dia dan beri semangat itu yang di butuhkan oleh pengidap kanker."ucap suster Raysa sambil tersenyum manis.
"Lagi - lagi kau benar,aku permisi dulu."suster Raysa mengangguk.
Perlahan dokter Andi membuka pintu kamar yang di singghai oleh Billa.Disana,gadis itu terbaring lemah tubuhnya putih pucat mengenaskan.
"Hallo Billa."sapaan sokter Andi itu membuat gadis yang di panggil menoleh.
"Eh dokter."katanya sambil menyengir.
"Gimana keadaan kamu?udah baikan?"Billa mengangguk.
"Ya,lumayan dok.Hari ini aku gak bisa pulang sore kayak waktu itu,aku harus belajar buat ujian besok."ujar Billa.
"Tapi kondisi kamu sedang begini."balas dokter Andi.
"Nanti...mama saya marah dok kalau ketahuan tidam belajar."ucap Billa.
"Kenapa kamu gak jujur aja kamu itu punya kanker Billa..."wajah dokter Andi begitu khawatir.
"Gak bisa!"balas Billa.
"Kenapa?ini juga untuk kebaikan kamu..."ucap dokter Andi lagi.
"Orang tuaku keras dok,percuma saya bilang saya sakit mereka gak akan peduli bagi mereka pekerjaan nomor satu."balas Billa.
"Mereka pasti peduli."ucap dokter Andi mencoba meyakinkan.
"Gak!pokoknya gak mau!biarkan mereka cari tahu sendiri."ujar Billa.
Dokter Andi menghela nafas."Yasudah,kamu harus pulang jam berapa?"tanyanya.
"Jam 3 sore paling lambat."dokter Andi mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita pernah ada ✓
Teen Fiction"Selalu ingat kalau aku pernah ada" "Bukan kamu aja,tapi kita iya kita pernah ada" Hidup billa semakin rumit ketika kedatangan adeline di hidupnya dan tak lupa dibalik segala kerumitan itu ada seseorang yang mewarnai hidupnya,dia gabriel. Billa adal...